15. Clue

990 Kata
“Siapa yang dapat kelompok 1?” tanya Bu Liane tepat menyelesaikan pembagian gulungan kertas yang berisikan nomor giliran untuk turun. Semua pandangan murid SMA Catur Wulan langsung mengarah pada seorang lelaki tampan yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Entah sebuah pertanda baik atau buruk kelompok Evelina dan The Handsome Guy mendapat giliran pertama untuk melakukan permainan pencari jejak. “Saya, Bu!” jawab Zafran memperlihatkan kertas kecil yang bertuliskan angka satu berada di tangannya. Bu Liane mengangguk pelan. “Baik. Siapa yang menjadi ketua kelompoknya?” Sontak mereka berempat saling berpandangan satu sama lain. Evelina tampak mengkode pada tiga lelaki di sampingnya untuk segera memutuskan ketua kelompok. Sebab, mereka terlalu asyik membicarakan masalah permainan sampai melupakan kenyataan bahwa ketua kelompok belum ditentukan. “Siapa yang jadi ketua kelompoknya?” tanya Evelina bingung, sebab tidak ada satu pun dari mereka yang mengajukan diri. “Menurut gue lebih lo aja, Ve,” jawab Reyhan mengangguk mantap. “Hah? Enggak!” tolak Evelina cepat. “Lo kenapa? Bukankah lebih baik perempuan? Dan, kita semua juga udah punya tugas masing-masing. Gue ketua kelas, Zafran ketua The Handsome Guy, dan hanya tersisa Jo. Tapi, gue ragu kalau dia yang jadi ketua kelompoknya. Yang ada kelompok kita enggak gerak karena ketuanya jadi batu,” sanggah Reyhan setengah menyindir Jordan yang memang pada kenyataannya tetap diam seperti batu bernyawa. Sejenak Evelina tampak ragu. Jelas saja tidak mudah memimpin tiga lelaki yang menurutnya sangat menyebalkan. Belum lagi tatapan membunuh dari para penggemar The Handsome Guy yang benar-benar menakutkan. “Gue sepertinya enggak bisa, lebih baik kalian bertigas memutuskannya sendiri,” balas Evelina tetap pada pendiriannya. Akhirnya, mendengar Evelina yang terus-menerus menolak membuat Zafran merasa tidak nyaman. Jelas saja keberanian gadis itu terkikis akibat intimidasi dari penggemarnya yang mungkin sangat menakutkan. Padahal sudah sejak lama lelaki itu memutuskan penggemarnya untuk tidak mengusik Evelina sama sekali. Akan tetapi, yang didapat malah rasa takut Evelina mulai berlebihan membuat Zafran merasa bersalah. Tentu ia tidak ingin persahabatannya hancur akibat penggemarnya sendiri. Mungkin kalau bisa Zafran lebih memilih untuk tidak memiliki penggemar sama sekali. “Begini saja, kalau Eve memang enggak mau, kenapa kita harus meminta pendapatnya? Lagi pula ketua itu dipilih bukan memilih, jadi kita akan tetap menempatkannya sebagai ketua kelompok,” pungkas Zafran tersenyum miring. Tanpa diduga siapa pun lelaki itu benar-benar menempatkan Evelina sebagai ketua tim membuat pandangan tidak suka dari banyak perempuan mulai diterima gadis itu. Namun, dengan tatapan lebih berani Zafran memperhatikan mereka semua satu per satu. Sontak mendapat pandangan seperti itu membuat mereka tidak ada yang berani memperhatikan kelompok satu. Membuat mereka satu per satu dari keempatnya melenggang pergi dengan membawa sebuah perintah dari gulungan kertas akan dibuka ketika mereka benar-benar turun. Selama melakukan perjalanan turun, sesekali Evelina terlihat kesusahan membuat gadis itu berpegangan baik itu pada Jo maupun Zafran yang berada di dekatnya. Sedangkan Reyhan memimpin jalan, karena lelaki itu sedikit banyak memahami medan perjalanan yang terasa tidak asing. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa lelaki itu menguasai medan yang akan menjadi perjalanan mereka, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa Reyhan cocok untuk dijadikan sebagai pemimpin jalan. Membuat mereka tidak ada yang merasa khawatir untuk tetap menjadikan Reyhan sebagai pemimpin jalan, walaupun ketua kelompok akan tetap dipegang oleh Evelina. Sesampainya di sebuah pos kecil yang terlihat baru, mereka berempat pun saling berpandangan satu sama lain. Membuat Evelina langsung mengeluarkan gulungan yang berada di dalam tasnya, lalu membuka gulungan surat tersebut dengan memperlihatkan isinya pada tiga lelaki di hadapannya. Melihat hal tersebut, Jordan pun mengambil kertas yang berada di tangan Evelina sembari membaca dengan seksama. Kemudian, lelaki itu memperhatikan sekitarnya untuk mencari petunjuk. Selama beberapa menit mengitari sekeliling, Jordan pun melihat sebuah bendera berwarna-warni terpasang dengan baik di batang pohon. Membuat lelaki itu berlari menghampirinya, sedangkan teman kelompoknya tampak diam memperhatikan tingkah Jordan yang begitu aktif. Setelah mengambil satu bendera berwarna merah, lelaki itu kembali menghampiri ketiga teman kelompok yang mengernyit bingung. Membuat Jordan mengembuskan napasnya panjang. “Perintah dari benda kotak berwarna merah dengan bintang kuning di tengah untuk mengikrarkan penegasan,” ucap Jordan mendadak teman kelompoknya mengernyit bingung. “Apa maksud lo, Jo? Gue mendadak pintar,” tanya Zafran mewakili ketiganya yang merasa bingung. Jordan menipiskan bibirnya kesal, sebelum akhirnya menjawab, “Itu artinya kita disuruh menebak apa yang dimaksud dari teka-teki ini.” Sejenak Evelina terdiam, lalu mengangguk pelan. “Oh, gue kira apa.” Mendengar jawaban tidak terduga itu membuat Jordan menganga tidak percaya. Namun, lelaki tersebut tetap memasang eksprei datar apa pun perasaannya yang telah mendapat jawaban tersebut. Sedangkan Reyhan dan Zafran kompak diam tanpa membalas apa pun. Mereka berdua sudah telanjur geli dengan tingkah Evelina yang benar-benar menghibur. Bahkan dugaan keduanya Jordan akan mengamuk pun salah. Nyatanya tidak ada satu pun dari mereka yang berani dengan gadis itu. Kemudian, keempatnya pun kembali melanjutkan perjalanan untuk mengumpulkan empat bendera lainnya yang mungkin sudah tersebar di banyak tempat. Karena mereka harus segera mencarinya sebelum hari mulai gelap. Saat Evelina melangkah lebih dulu memimpin jalan, tiba-tiba langkah gadis itu terhenti seakan ada seseorang yang menahan kedua kakinya. Membuat tiga lelaki lainnya yang berada di belakang langsung mengernyit bingung memperhatikan Evelina. “Ve, lo kenapa?” tanya Reyhan mengernyit bingung dengan menyentuh pundak mungil itu lembut. Namun, siapa sangka kalau ternyata Evelina terjerngit terkejut membuat Zafran yang berada di paling belakang langsung berlari mendekat ke arah sahabatnya. Ia benar-benar cemas berlebihan kalau Evelina bertingkah aneh. “Hah? Enggak, tadi seperti aneh aja di sini,” jawab Evelina meringis pelan menyembunyikan rasa takutnya pada nonik belanda yang ternyata berada tepat di depannya. Entah kenapa ia terkejut melihat hantu berwujud manusia dibandingkan menyeramkan. Karena jelas dirinya tidak bisa membedakan dengan mudah. Mengingat selama ini Evelina berusaha menghilangkan kemampuannya sendiri, sehingga semakin lama semakin terkikis dengan perasaan positif dirinya terhadap sesuatu menakutkan tersebut. Membuat Evelina mendadak kesulitan menyesuaikan diri di tempat bebas seperti ini. Sehingga ia harus berhati-hati agar tidak terjadi sesuatu dan mengejutkan tiga lelaki di belakangnya. Karena lambat laun mereka akan menyadari, terlebih Zafran yang sudah curiga sejak dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN