14. Masalah Yang belum Selesai

1024 Kata
Sebuah perjalanan alam yang ternyata mendaki bukit kecil menjadi salah satu olahraga pagi yang menyenangkan. Murid SMA Catur Wulan terlihat sangat antusias dengan sesekali memotret banyak pemandangan menenangkan. Barisan pun dipimpin oleh masing-masing kelompok yang telah dibagi sebanyak empat orang. Sebab, di desa ini memiliki pantangan agar tamu tidak datang dalam keadaan ganjil. Mengingat dari masa lalunya terdapat kejadian mengerikan yang menyebabkan seluruh tamu menghilang secara misterius. The Handsome Guy dan Evelina memutuskan untuk beristirahat di salah satu batu yang terdapat di pinggiran pohon bambu rindang. Keempatnya terlihat meneguk air mineral dari dalam botol sembari memperhatikan keadaan sekitar yang tampak sepi. Sebelum berangkat, mereka memang sempat bertanya pada penduduk sekitar untuk memastikan bahwa medan perjalanan benar-benar aman. Sebab, tidak bisa sembarangan mereka melakukan kegiatan. Jelas desa yang menjadi objek pilihan The Handsome Guy benar-benar tidak mudah. Sudah dalam perjalanan masuk menghabiskan banyak waktu, lalu ketika sampai mulai terjadi keanehan pada Mesya yang melibatkan Evelina. Dan kali ini hendak melakukan perjalanan pun harus mendapatkan izin terlebih dulu. Sejenak Evelina terlihat asyik memastikan hot pack yang berada di dalam kantung hoodie seragam dengan seluruh murid lainnya untuk menandakan mereka dari rombongan SMA Catur Wulan. Agar memastikan bahwa tidak ada yang menghilang ketika mereka benar-benar terlepas dari rombongan. Beberapa siswi SMA Catur Wulan terlihat mendekati Zafran yang asyik bermain bersama Reyhan. Keduanya tampak seperti anak balita yang tertawa akibat hal-hal kecil. Membuat Jordan di sampingnya menggeleng tidak percaya. Kehadiran gadis asing yang tersenyum malu-malu membuat Reyhan mengalihkan perhatiannya, lalu berkata, “Apa yang ingin kalian lakukan di sini? Bukankah jauh lebih baik kalau kalian tetap di sana?” Dua gadis centil itu tampak memberikan sesuatu kepada Reyha, sebelum akhirnya berlari pergi meninggalkan dua lelaki tersebut. Sedangkan Evelina yang melihat hal tersebut menggeleng tidak percaya. Terkadang memang tidak dapat dipungkiri bahwa The Handsome Guy memiliki banyak penggemar. “Kalian benar-benar sangat popular, jadi enggak heran kalau aku sering mendapat penindasan,” keluh Evelina benar adanya. Terkadang gadis itu sering mendapatkan perlakuan tidak adil akibat ulah dari tiga lelaki tampan di hadapannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa Evelina merasa kesal sekaligus muak, tetapi ia tidak bisa melakukan hal banyak, selain menghindari ketiga lelaki tampan itu demi ketentraman hidupnya di sekolah. “Sebenarnya kita juga enggak mau, tapi pesona lelaki tampan memang menarik banyak perhatian. Sulit untuk dihilangkan dengan mudah,” balas Reyhan menyisir rambut jambulnya dengan kedua tangan sembari mengerling nakal. Tentu saja perlakuan itu membuat Zafran mendengkus tidak suka, lalu menutupi kedua mata Evelina menggunakan tangannya. “Jangan m*****i Eve gue sama tingkah kupu-kupu lo itu, Rey. Ingat, sampai kapan pun gue enggak akan rela kalau lo pacari Eve cuma buat koleksi mantan.” Perkataan itu pun sukses membuat keadaaan menjadi sangat canggung. Sebab, mereka berdua memang sempat terlibat pertengkaran akibat rencana jahil Reyhan yang ingin menaklukan hati Evelina. Namun, kejadian itu jelas sebelum Zafran bercerita bahwa lelaki itu berteman dengan baik. Bahkan bisa dikatakan keduanya tumbuh besar bersama-sama, sehingga tidak dapat dipungkiri mereka memiliki perasaan yang mungkin lebih daripada seorang sahabat. “Percaya diri sekali kalian tampan,” sindir Evelina menggeleng tidak percaya. Dari kejauhan, Mesya tampak memperhatikan setiap gerak-gerik Evelina yang terlihat sangat dekat. Memang beberapa kali gadis itu ketahuan dekat dengan The Handsome Guy, tetapi masih tanda tanya besar mengenai kedekatan mereka yang bisa dikatakan sangat jarang ditemui. Sebab, Evelina selalu menyendiri ketika berada di sekolah dan berusaha menghindari The Handsome Guy. Akan tetapi, kali ini Mesya cukup mengakui kedekatan mereka. Nyatanya Evelina terlihat tidak terlalu canggung ketika melemparkan candaan satu sama lain. Karena memang sudah menjadi salah satu interaksi kedekatan mereka. “Mesya, semalam itu lo benar-benar nyekik Eve kah?” tanya Dara yang menjadi teman sekelompok sekaligus teman kelas Reyhan dan Zafran. Awalnya Mesya sibuk memperhatikan Evelina pun langsung menoleh, lalu menjawab, “Gue juga enggak tahu, tapi kalau dilihat dari keadaannya … mungkin seperti itu.” “Gue bukannya mau ngebela siapa pun atau mendukung Eve, tapi kalau dilihat dari sifatnya yang tertutup gue agak kurang percaya. Mustahil enggak sih Eve nyari masalah cuma buat dapat perhatian The Handsome Guy? Ada beberapa orang yang tahu masalah ini lebih ke faktanya memang begitu,” sahut Syafa mengangguk beberapa kali meyakinkan teman kelompoknya yang masih membahas masalah semalam. “Benar! Dan gue rasa, Jo juga bukan tipe orang yang drama enggak, sih? Apalagi semalam dia jadi saksi pertama sama Zafran ketika melihat lo sama Eve. Mungkin emang kenyataannya begitu,” timpal Vela masuk akal, karena ia pernah menjadi rekan debat ketika mewakikan sekolah. Jelas saja kebersamaan mereka bisa dikatakan sangat lama, mengingat keduanya selalu kelas tambahan yang dilakukan berdua untuk mematangkan perlombaan. Sehingga tidak dapat dipungkiri kepribagian serius Jordan dapat ditebak dengan baik oleh Vela. Memang keduanya jarang berbicara akibat serius belajar, tetapi tidak menampik beberapa kali Vela meminta diajarkan oleh Jordan mengenai masalah pembelajaran yang cukup sulit. Nyatanya lelaki itu memiliki kepintaran di atas rata-rata. “Udah-udah, jangan ada yang gibahin Eve lagi. Nanti kedengaran yang lain bisa panjang urusannya,” pungkas Syafa kembali menatap ke arah Bu Liane yang terlihat bangkit dari tempat duduknya untuk melanjutan perjalanan hiking hari pertama mereka. Perjalanan selama menuju puncak perbukitan benar-benar menghabiskan banyak tenaga. Namun, lelah itu jelas sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Sebab, ketika sampai di pucak perbukitan, semua benar-benar terlihat dengan jelas. The Handsome Guy terlihat mendekati tepi tebing yang dibatasi oleh pagar kayu, tetapi tetap menjaga keadaan aman. Sedangkan Evelina berdiri takut-takut di samping Jordan sembari memegang tali tas lelaki itu. Ia berada di paling belakang untuk melihat keadaan di bawah. Tentu saja tidak dapat dipungkiri gadis itu benar-benar terkejut bahwa semua yang ada di bawah ternyata sangat tinggi. Pantas saja ketika melakukan pendakian tadi benar-benar melelahkan membuat sebagian murid hampir menyerah. “Bu Liane, apa yang akan kita lakukan di sini?” tanya salah satu murid lelaki yang terlihat antusias memainkan permainan. Bu Liane tersenyum geli, lalu menjawab, “Baiklah, kalian pasti sudah tidak sabar untuk melakukan permainan. Jadi, Ibu sama Pak Han sudah menyiapkan sebuah permainan yang akan kalian mainkan ketika turun dari puncak nanti.” Sontak perkataan itu pun membuat seluruh murid SMA Catur Wulan langsung melebarkan matanya antusias. Mereka pun langsung bergegas merapat untuk mendengarkan peraturan permainan dengan baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN