Setelah mengetahui hal yang cukup mengejutkan dari Evelina, kini ketiga lelaki tampan itu tampak berkumpul di ruang tengah sembari memainkan susun balok uno yang diketuai oleh Zafran.
Tentu saja selama empat putaran bermain, Reyhan yang paling sering kalah dengan wajahnya mulai dipenuhi oleh bubuk putih milik Evelina. Sedangkan Zafran hanya terkena beberapa kali, tetapi tidak dengan Jordan yang masih sangat bersih. Lelaki berwajah kalem itu benar-benar berbakat dalam menjatuhkan dua sahabatnya.
Evelina baru saja menyelesaikan mandi sorenya pun turun menghampiri ketiga lelaki tersebut. Ia tampak menggosok rambut menggunakan handuk putih sembari memperhatikan apa yang dilakukan oleh The Handsome Guy.
“Astaga, kenapa bedak punya gue jadi tumbal?” keluh Evelina menatap nanar ke arah bedak tabur miliknya yang mungkin hampir habis.
Seketika tiga lelaki tampan yang menyadari pemiliknya datang pun meringis pelan. Mereka dengan kompak menunjuk satu sama lain menaruh pelaku di balik tumbalnya bedak tabur milik Evelina. Padahal bisa dikatakan mereka bertigalah pelaku di balik pecurian bedak, sebab tanpa sengaja mereka menemukan botol berisikan bedak tersebut di dapur.
“Sorry, Ve. Tapi, semua ini ide dari Zafran,” celetuk Reyhan ringan tanpa beban.
Sontak Zafran yang merasa dirinya disalahkan pun langsung mendelik tidak terima. “Enak aja! Semua ini ide dari Jo yang nyaranin gue buat ngambil bedak lo.”
Tatapan Evelina pun jatuh pada satu-satunya lelaki tampan yang tetap tenang sembari memperhatikan susunan balok mulai dari atas sampai bawah. Jordan tampak sangat fokus memperhatikan setiap detail susunan tersebut agar tidak menjadi bencana bagi dirinya sendiri.
“Jo, benar apa yang dibilang sama Zafran?” tanya Evelina pelan.
Tepat Evelina menyelesaikan pertanyaannya, di saat yang bersamaan susunan balok tersebut mulai kehilangan keseimbangannya dan runtuh begitu saja di bawah kendali Jordan yang sebenarnya sudah sangat berhati-hati. Sebab, Reyhan dan Zafran kompak menunjuk lelaki berwajah kalem tersebut.
“Iya,” jawab Jordan setelah diam beberapa saat.
Sontak jawaban itu pun membuat Evelina mengembuskan napasnya panjang, lalu menipiskan bibir penuh emosi menatap tiga lelaki menyebalkan di hadapannya. Saat The Handsome Guy hendak melakukan pengampunan, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara keributan membuat keempatnya mengernyit bingung dan saling berpandangan satu sama lain.
“Apa yang terjadi di depan?” tanya Reyhan mewakili ketiga teman kelompoknya.
“Sepertinya mereka baru saja selesai dari pencarian jejak,” jawab Zafran mengangguk santai.
“Tapi, kenapa lewat sini? Bukankah seharusnya berada di depan?” Evelina tampak tidak mengerti dengan peraturan permainan setelah mereka. Karena bisa dikatakan di belakang vila yang mereka tempati bukanlah jalur pejalan kaki aman.
“Memangnya kenapa di belakang sana?” tanya Reyhan menunjuk ke belakang dapur yang langsung bersambung dengan hutan lebar nan menyeramkan. Bahkan bisa dikatakan siang pun sangat gelap, apalagi kalau benar-benar berubah menjadi malam seutuhnya.
Evelina menggeleng tidak yakin, tetapi gadis itu memilih untuk tetap diam. Lagi pula mereka semua telah menyelesaikan permainan, sehingga tidak perlu memberi tahu hal-hal yang mungkin akan membuat tidak nyaman penghuni asli di sini.
“Kita lihat dulu aja, siapa tahu emang ada sesuatu!” usul Zafran bangkit dari tempat duduknya.
Kemudian, mereka berempat pun keluar dari vila secara bersamaan. Tentu saja Evelina masih menggosokkan rambutnya menggunakan handuk dan menempatkan diri di tengah-tengah The Handsome Guy yang melihat keluar vila.
Sejenak mereka yang baru saja keluar pun langsung disembut dengan sebuah keributan dari banyak murid SMA Catur Wulan. Bahkan kepala desa dan tetua adat yang memberikan izin pada mereka semua pun datang. Membuat keadaan semakin membingungkan Evelina yang terlihat tidak mengetahui apa pun.
Reyhan memastikan keadaan sesaat, lalu menoleh ke arah Jordan dan Zafran dengan serius. “Gue mau memastikan dulu ada apa, kalian tetap di sini dan jaga Eve. Gue rasa udah terjadi sesuatu sama rombongan kita.”
“Hah? Maksud lo apa, Rey?” tanya Zafran bingung.
“Gue baru nebak aja, jadi gue harus meminta penjelasan dulu,” jawab Reyhan menepuk bahu lelaki itu sesaat, sebelum akhirnya melenggang pergi menghampiri para tetua adat yang terlihat berbincang pada beberapa siswi.
Sepeninggalnya Reyhan untuk memastikan situasi, kini tinggal ketiganya masih tetap setia menatap keributan. Sampai tatapan Evelina terpaku pada sesosok nonik yang sempat membuat gempar The Handsome Guy. Wanita cantik itu hendak mengatakan sesuatu membuat Evelina mengangguk samar, dan langsung memberikan akses komunikasi penuh.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa terjadi keributan?” tanya Evelina melalui benaknya.
Nonik belanda tanpa nama itu menjawab, “Beberapa temanmu menghilang, Eve. Mereka belum juga kembali dari pencarian jejak.”
“Bagaimana bisa?”
“Temanmu telah melakukan kesalahan. Aku tidak bisa membantunya, tapi mungkin akan ditemukan setelah wanita itu mengakui dirinya sendiri.” Nonik belanda tersebut tampak menunjuk ke arah Bu Liane yang terlihat berbincang dengan beberapa siswi panik. Wanita itu tampak lelah, tetapi berusaha untuk tetap menenangkan mereka semua agar keadaan tidak semakin runyam.
Evelina memperhatikan setiap gerak-gerik Bu Liane yang terlihat aneh, tetapi ia belum bisa menebak apa maksud dari perkataan nonik belanda tersebut. Namun, Evelina yakin telah terjadi sesuatu pada mereka semua. Bahkan Pan Handiarto terlihat tidak ada di sekitar mereka membuat Evelina semakin yakin.
Sedangkan Zafran yang menatap keterdiam Evelina pun mengembuskan napasnya panjang. Lelaki itu sudah tidak lagi bertanya-tanya jika sahabatnya mendadak terdiam membisu, karena Evelina sudah mengatakan bahwa keterdiamannya merupakan salah satu bentuk komunikasi lintas dimensi.
Sesaat Evelina menggeleng pelan, Jordan pun langsung menatap gadis itu penuh. Ia terlihat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan sekaligus meminta pernyataan penuh mengenai kejadian yang mungkin tidak mereka ketahui.
“Gimana keadaan di luar?” tanya Jordan terdengar cemas.
“Benar, salah satu dari kita ada yang menghilang saat mencari jejak. Mungkin terlepas dari kelompok atau memang mereka sengaja membagi tugas untuk melakukan semuanya dengan cepat,” jawab Evelina menggeleng pelan dan melenggang masuk ke dalam vila.
Sedangkan dua lelaki tampan itu tampak saling berpandangan bingung. Keduanya jelas masih tidak mengerti maksud dari perkataan Evelina yang terdengar lelah sekaligus kesal.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa lepas dari rombongan akan membuat masalah semakin besar. Sebab, hutan lebat yang hampir tidak pernah ada penebangan itu benar-benar menyulitkan penglihatan. Apalagi hari semakin gelap membuat di dalam hutan semakin tidak ada cahaya untuk mencari jalan keluar.
Tentu kemungkinan terbesar saat mereka tidak ditemukan adalah masuk ke dalam jurang.