Excel menyentuh wajah pucat Elena dengan lembut, pipi itu terasa dingin. Mata tajam meneliti tubuh wanita yang terbaring dari atas hingga ke bawah. “Keras kepala.” Excel mengecup bibir Elena. “Permisi Tuan.” Paman Roly membawa bubur untuk Elena. “Ada apa paman?” tanya Excel. “Bubur untuk Nona Elena,” ucap Paman Roly. “Panggil dia Nyonya Muda,” tegas Excel. “Baik, Tuan Muda.” Paman Roly meletakkan bubur di atas meja. “”Kenapa dia belum bangun?” Excel terus menatap wajah Elena. “Nyonya akan segera bangun. Saya permisi, Tuan.” Paman Roly keluar dari kamar. “Bangunlah!” Excel merebahkan tubuhnya, berbaring di samping Elena dan memeluk dengan erat hingga tertidur. Elena membuka mata perlahan, ia merasakan sesuatu yang berat menimpa perut ramping, mengunci dirinya hingga kesulitan berg