DDM 11 – Penginapan Anti Mainstream

1345 Kata
*** Kadang, ketika semesta mulai mengajak bercanda, kita suka bingung menangapinya seperti apa sebab seringkali candaan tersebut hanya menghasilkan tawa searah: tawanya tanpa tawa kita.   IG: Upi1612 ***   "Kenapa lo berdua ada di sini?" tanya Angeline.   Velyn dan Richie yang mendengar apa yang dikatakan oleh Angelien langsung berwajah sedih. Rasanya berat sekali bila mereka harus menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada Angeline.   "Kita udah gak punya apa-apa lagi, Bos." kata Richie.   Vwlyn hanya bisa terisak di tempatnya, Diantara mereka Velyn terlihat paling rapuh, Velyn masih belum bisa menerima apa yang menimpa keluarga dan dirinya. Richie mengusap bahu Velyn untuk menenangkan.   "Maksud lo?" tanya Angeline.   "Orang tua kita meninggal dalam kecelakaan." kata Richie.   "Apa jangan-jangan orang tua kalian meninggal barengan sama kecelakaan kedua orang tua gue?" tanya Angeline dengan serius.   Richie dan Velyn langsung menatap Angeline. "Orang tua lo?" tanya Velyn.   "Iya. Orang tua gue juga meninggal. Kejadiannya tiga hari yang lalu." kata Angeline. "Lo inget waktu hari Jumat gue dipanggil kepsek ke kantornya?" tanya Angeline.   Mereka berdua mengangguk. Tentu saja mereka ingat dengan kejadian itu karena mereka memang sedang bersama Angeline.   "Iya, saat itu gue dikasih tau kalau orang tua gue kecelakaan." kata Angeline.   "Bos, selang satu jam setelah bos di panggil, kita juga dipanggil wali kelas dan dikasih tau kalau orang tua kita kecelakaan." kata Richie.   "Lo serius, Chie?" tanya Angeline.   Richie mengangguk, Velyn kini menjadi menangis kencang. Angeline langsung memeluk Velyn. Dia benar-benar mengerti apa yang dirasakan oleh Velyn dan Richie. Kehilangan orang tua memang merupakan peristiwa paling menyakitkan.   Richie pun ikut memeluk kedua sahabat perempuannya itu. Matanya memerah namun sebagai laki-laki, Richie merasa kalau dirinya tidak boleh menangis.   "Sabar ya. Gue ngerti banget apa yang kalian berdua rasain, karena guepun ngerasain hal serupa." kata Angeline.   Lalu mereka membairkan mereka saling memeluk selama 5 menit hingga tangisan dan isakan dari bibir Velyn bereda. Angeline juga sangat sedih. Sedih sekali. Begitu pula dengan Richie.   "Trus kalian berdua kenapa sekarang ada di sini? Ini udah malam." tanya Angeline yang penasaran mengapa kedua sahabatnya berada di pemakaman sama seperti dirinya.   "Kita nggak punya rumah lagi, Ngel. Semuanya disita. Semua orang gak ada yang mau nampung kita. Sodara-sodara kita bahkan gak ada yang mau ngurus kita." kata Richie.   Velyn masih diam. Dirinya masih terbawa suasana dan belum bisa berkata lagi seperti tadi. Angeline memaklumi apa yang Velyn rasakan.   "Trus kalian beberapa hari ini tinggal di mana?" tanya Angeline.   Kini mereka berdua hanya terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Angeline. Angeline pun sekali lagi memeluk mereka berdua, dirinya tahu alasan mereka tidak menjawab karena belakangan ini mereka tidak memiliki rumah. Bahkan pakaian yang mereka kenakan terlihat jauh dari kata bersih.   "Gue janji sama kalian berdua. Kita bakalan bangkit dari ini semua. Kita bakalan ngelewatin ini semua. Gue yakin kalau kita bareng, kita bakalan sukses dan tunjukin ke semua orang kalau kita bisa hidup dengan baik. Kita harus tunjukkin ke orang tua kita kalau kita bisa menjadi anak yang membanggakan." kata Angeline.   Velyn menangis sambil mengangguk. Air mata Richie kini mulai menetes. Dia lelah. Sangat lelah. Bertemu dengan Angeline dia merasa kalau dirinya memiliki titik terang dalam hidupnya.   "Lo berdua udah makan?" tanya Angeline.   Angeline dan Richie langsung menggelengkan kepala mereka.   "Lo berdua tunggu di sini, gue bakal cari makanan buat kalian berdua." kata Angeline.   Seketika Angeline berlari keluar pemakaman dan mencoba mencari penjual nasi di dekat sana.   Angeline merogoh sakunya masih ada sisa uang 40rb di sana. Angeline mengangguk, mencoba memantapkan diri. Angeline mendekat.   "Berapa bungkus, Neng?" tanya penjual nasi goreng.   "T-dua aja." kata Angeline.   Nasi goreng tersebut harganya Rp15.000 per bungkus. Kalau Angeline memesan tiga tentu kurang lima ribu lagi. Jadi, Angeline memasan dua saja untuk Velyn dan Richie.   Angeline memang lapar namun Angeline merasa kalau dirinya masih bisa menahannya.   Tak lama kemudian, penjual nasi goreng tersebut langsung menyodorkan nasi goreng tersebut kepada Angeline. Angeline pun buru-buru membayarnya.   "Terima kasih ya, Neng." kata penjual nasi goreng.   "Iya, sama-sama." kata Angeline.   Angeline pun membeli air mineral tak jauh dari tempatnya berada. Air mineral itu harganya adalah Rp5.000 lalu, Angeline membeli dua. Dan habislah uang yang ada pada Angeline.   Setelah itu, Angeline langsung berjalan menuju pemakaman, dia menuju balai-balai yang ada di pemakaman tersebut. Untuknya sedai dia datang te tempat pemakaman tersebut tidak ada yang menganggunya.   Sesampainya di balai-balai tersebut, Angeline mendapati Richie dan Velyn yang tertidur. Melihat bagaimana kedua temannya tidur tanpa alas apapun di balai tersebut, hati Angeline merasa sakit. Dirinya tidak tega kepada sahabatnya itu.   Richie dan Velyn adalah sahabat Angeline sejak kecil dan sejak TK mereka selalu bersama, itulah mengapa Angeline sangat menganggap kedua sahabatnya itu seperti saudaranya sendiri.   Angeline buru-buru membangunkan Richie dan Velyn yang duduk meringkuk.   “Richie, Velyn. Bangun!” kata Angeline sambil menepuk kaki mereka berdua.   Richie dan Velyn pun bangun.   “Ini, gue udah bawain makanan.” kata Angeline.   Mata mereka berduapun langsung berbinar melihat dua bungkus nasi goreng lengkap dengan air mineral itu.   “Kok cuma dua?” tanya Richie.   “Gue udah makan tadi.” kata Angeline berbohong.   Tepat ketika Angeline selesai mengatakan hal tersebut, perut Angeline berbunyi.   “Udah, lo makan bareng gue aja.” kata Velyn.   Angeline menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ternyata dirinya tidak bisa berbohong kali ini.   “Padahal gue udah makan.” kata Angeline masih berkelit.   Velyn membuka bungkus nasi gorengnya di tengah-tengah antara dirinya dan Angeline. Richie langsung menggabungkan nasi goreng miliknya dengan milik Velyn.   “Yuk, kita makan bertiga.” kata Richie.   “Eh, gak usah, nanti kalian gak kenyang.” kata Angeline.   “Satu makan, semuanya harus makan.” kata Richie.   Akhirnya, mereka bertiga pun makan hingga akhirnya mereka tertidur. Malam ini meski tidur di balai-balai pemakaman mereka tetap bisa tertidur pulas karena rasa takut mereka benar-benar terganti dengan rasa lelah.   “Neng, bangun!” seru seseorang.   Angeline terbangun. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang penjaga pemakaman yang kemarin sudah memperingati Angeline untuk masuk ke dalam pemakaman. Petugas pamakaman itu tidak sendiri. Ada 5 orang warga di belakangnya yang tidak mau ketinggalan andil.   “Neng, kalian ini sedang apa di sini? Jangan-jangan pesugihan ya? Astaghfirullah, Neng. Itu namanya musyrik! Menyekutukan Allah SWT.” kata petugas pemakaman tersebut.   “Eh, bukan, Pak. Vel, Chie bangun!” panggil Angeline sambil menepuk kaki kedua sahabatnya tersebut.   “Trus kalau bukan pesugihan apa?” tanya petugas pemakaman tersebut.   “Kami hanya tidak punya rumah, Pak. Orang tua kami berbaring di sana. Kami hanya numpang tidur.” kata Angeline menjelaskan dengan sebisanya.   “Ya Allah, Neng. Jangan bohong.” kata petugas pemakaman.   “Bapak ingat 4 hari yang lalu ada 6 orang yang meninggal dan di makamkan di pemakaman ini?” tanya Angeline.   Petugas pemakaman tersebut mengangguk.   “Mereka adalah orang tua kami. Itulah sebabnya ketika kami tidak memiliki rumah, kami pulang ke sini, ke tempat orang tua kami.” kata Angeline.   Angeline mencoba menjelaskan dengan sedikit mendramatisir. Velyn yang menyadari apa yang terjadi langsung menimpali.   “Apa tidur di sini karena tidak memiliki rumah adalah sebuah dosa, Pak?” tanya Velyn.   Petugas pemakaman dengan beberapa warga lain yang ada di hadapannya langsung menyetujui apa yang dikatakan oleh Velyn.   “Tenang, Pak. Kami hanya tidur tidak melakukan ritual apapun. Kalau kami sudah punya rumah, kami akan pergi.” kata Richie.   “Malang sekali kalian, Nak.” kata petugas pemakaman tersebut yang disahuti oleh warga di belakangnya.   Lalu petugas pemakaman beserta warga tersebut langsung meninggalkan Angeline, Velyn, dan Richie dan langsung memperbolehkan mereka bertiga untuk beristirahat di balai tersebut.   “Hampir aja kita dibilang pesugihan.” kata Richie.   “Lo sih mukanya mirip orang.. Apa Ngel tadi? Musi-mush-mur-..” kata Velyn.   “Musyrik, Beb.” kata Richie.   Angeline tersenyum, melihat pertengkaran antara sahabatnya itu membuat dirinya merasa lega karena mereka berdua terlihat seperti kembali normal.   “Lagian lo sih ngajak gue tidur di pemakaman.” kata Velyn.   “Nggakpapa, Beb. Kan anti mainstream.” kata Richie sambil menaik turunkan alisnya. Velyn hanya berdecak sebal.   “Udah-udah jangan ribut.” kata Angeline.   Tak lama kemudian, Angeline melihat petugas pemakaman datang lagi. Namun, kali ini yang dibawa oleh petugas pemakaman bukanlah warga melainkan tiga buah nasi bungkus. Setelah mengucapkan terima kasih, petugas pemakaman tersebut langsung pergi, kembali ke posnya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN