DDM 10 – Pertemuan Tak Terduga

922 Kata
*** Nyatanya, hujan hampir selalu berhasil menerbitkan pelangi yang indah bagi para penikmatnya. Meski pelangi yang muncul tidak melulu soal keindahan yang berwarna-warni.   IG: Upi1612 ***   Angeline berjalan menuju kelasnya untuk mengambil tas. Semua orang memperhatikan Angeline yang wajahnya datar-datar saja. Lagi pula Angeline sudah siap menerima semua hal-hal buruk dalam dirinya.   "Apa yang terjadi, Angeline?" tanya guru Angeline yang ada di depan yang melihat muridnya mengambil tas.   "Saya dikeluarkan, Bu." kata Angeline sesampainya di depan kelas dengan tas gendong yang sudah ada di punggungnya.   "Lho?" guru Angeline terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Angeline.   Angeline hanya tersenyum dan mengangguk, "Bu, boleh saya meminta waktu sebentar?" tanya Angeline.   Guru Angeline mengangguk, menyetujui apa yang ditanyakan oleh Angeline.   "Hallo, Teman-teman, ini mungkin hari terakhir kalian liat gue di sekolah ini. Semua cibiran, sindiran, dan semua ujaran kebencian yang kalian lontarkan ke gue, terima kasih. Gue terima semuanya karena gue." kata Angeline.   Rasanya sesak sekali di dadanya saat ini hanya saja dirinya tidak bisa mengeluarkan air mata.   "Gue minta maaf untuk semua yang pernah gue bully. Gue minta maaf atas semua perlakuan buruk gue sama kalian. Dan gue minta maaf karena telah membuat kalian kenal sama gue.” kata Angeline.   Semua teman Angeline menatap Angeline dengan tatapan yang berbeda-beda. Angeline sama sekali tidak mempermasalahkan bila semua temannya masih belum bisa menerimanya, yang penting kali ini adalah dirinya mau meminta maaf dan mau mengakui kesalahannya.   “Dan sekali lagi. Terima kasih.” kata Angeline.   Angeline menatap gurunya, “Saya pamit, Bu.” kata Angeline lalu mencium tangan gurunya tersebut.   “Semoga sukses ya, Nak.” kata gurunya tersebut.   “Terima kasih.” kata Angeline.   Angeline pun keluar dari sekolah. Diri kini kembali ke rumah Mang Jarot. Di sekolah dirinya tidak bertemu dengan Cathy. Ntah di mana dia sekarang. Sesampainya Angeline di rumah Mang Jarot Angeline melihat kopernya yang sudah ada di luar.   “Kenapa koper gue ada di luar?” tanya Angeline bingung.   Angeline pun mencoba mengetuk pintu lalu Jubaedah dan Cathy keluar dari rumah.   Angeline mengulurkan tangan namun Jubaedah menyembunyikan tangannya. “Cepat kamu pergi dari rumah ini. Saya nggak sudi kamu tinggal di sini.” kata Jubaedah.   “T-tapi, Bu.” kata Angeline mencoba melayangkan protes.   “Setelah apa yang kamu lakukan kepada anak saya kamu berani tinggal di sini? Pergi! Jangan pernah ganggu keluarga kami lagi!” kata Jubaedarh.   Angeline melihat api kemarahan pada mata Jubaedah. Angeline merlirik Cathy yang hanya menyilangkan tangan di depan d**a sambil tersenyum.   “Pergi!” seru Jubaedah.   “Terima kasih, Bu.” kata Angeline.   Angeline pun berbalik dan mulai menyeret kopernya pergi. Jujur Angeline tidak tahu harus ke mana. Namun, Angeline pun tidak bisa   ***   Malam pun tiba, Angeline yang sudah lelah berjalan kaki langsung memilih untuk mencari tempat duduk di depan sebuah toko yang tutup.   “Gue harus ke mana sekarang?” tanya Angeline.   Angeline pun kini berniat untuk berjalan menuju pemakaman kedua orang tuanya yang tidak jauh dari tempatnya berada. Angeline merasa harus pergi ke pemakaman tersebut karena dirinya sudah bingung hendak pergi ke mana.   Angeline pun meneruskan jalannya hingga sampai di tempat tujuan.   “Neng!” panggil seorang penjaga makam saat melihat Angeline mandekati gapura pemakaman.   “Iya, Pak?” tanya Angeline.   Penjaga makam mengamati Angeline sejenak sambil melihat kaki Angeline. Mencoba mencoba memastikan kalau kaki Angeline memang masih menapak di tanah. Setelah mengonfirmasi kalau Angeline adalah benar seorang manusia, dirinya pun langsung melanjutkan bertanya pada Angeline.   “Non, mau ke mana?” tanya pejaga pemakaman tersebut.   “Saya mau ke pemakaman orang tua saya, Pak.” kata Angeline.   “Udah malem, Non. Jangan. Mending besok aja.” kata petugas makam.   “Nggakpapa, Pak.” kata Angeline.   Petugas pemakaman itu langsung mengedarkan pandangannya ke koper yang dibawa oleh Angeline.   “Permisi.” kata Angeline yang langsung mengangguk dan masuk ke dalam pemakaman.   “Non! Non!” panggil petugas pemakaman tersebut. Angeline meneruskan langkahnya menuju makam orang tuanya.   Sesampainya Angeline di sana. Angeline mulai menyapa kedua orang tuanya. Dirinya merasa bisa berkomunikasi dengan orang tuanya saat ini.   Setelah puas bercerita dalam diam, Angeline menatap langit seakan sedang mencari jawaban akan sesuatu yang sangat  membutuhkan jawaban. “Ya Allah, hamba harus bagaimana?” tanya Angeline saat menutup mata.   Tak lama kemudian, kantuk Angeline pun datang. Lalu, dirinya melihat ada anak laki-laki dan perempuan sebaya dengannya yang tegah duduk di samping sebuah makam.   Angeline menghampiri kedua orang tersebut dengan perasaan takut-takut. Bagaimanapun tempatnya berada saat ini adalah di sebuah pemakaman dan selumrahnya pemakaman tentulah banyak penghuni non-manusianya.   “Permisi.” kata Angeline memberanikan diri.   “Hantuuu!” seru mereka berdua yang langsung berlari. Melihat mereka berteriak Angeline bernafas lega karena pasalnya dirinya memang sedang benar mengobrol dengan manusia bukan hantu.   Angeline pun mengejar mereka berdua yang berlari begitu saja kea rah keluar makam.   “Hei! Tunggu. Gue bukan hantu!” seru Angeline.   Kedua orang tersebut tetap berlari karena rasa takut mereka yang kini memuncak.   “Tunggu!” seru Angeline yang memegangi kedua tangan kedua manusia tersebut.   “Please jangan ganggu kita.” kata yang laki-laki.   Angeline pun merasa kalau dirinya sangat mengenal suara laki-laki tersebut. Angeline pun dengan cepat menarik keduanya hingga mereka berdua menghadap Angeline. Dan benar saja..   “Velyn! Richie!” seru Angeline.   Velyn dan Richie yang awalnya memilih menutup mata dan menahan nafas langsung kembali membuka mata dan mulai bernafas normal.   “Angeline!” seru keduanya sambil memeluk Angeline.   Angeline mengangguk, “Iya ini gue.” kata Angeline.   Angeline sangatlah bersyukur melihat bagaimana kedua sahabatnya tersebut. Angeline pun menarik kedua sahabatnya tersebut ke suatu bangunan kosong, yang mirip seperti balai-balai yang tidak terpakai.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN