Singkat cerita setelah berpamitan dengan seluruh keluarga Ustaz Ahmad, selanjutnya Angeline, Velyn dan Richie pun langsung diantarakan ke terminal menggunakan ojek yang juga dibayar oleh Ustaz Ahmad.
“Ustaz, terima kasih atas segalanya.” kata Angeline dari dalam hatinya.
“Sudah kewajiban saya untuk membantu. Benar kalian tidak mau ditemani?” tanya Ustaz Ahmad yang masih menawarkan untuk menemani ketiga anak tersebut.
“Terima kasih sebenumnya, Ustaz, tapi tidak perlu, kami bisa melakukannya sendiri.” kata Angeline.
“Baiklah kalau begitu.” kata Ustaz Ahmad.
“Kami berangkat dulu, Ustaz.” kata Richie.
“Jaga Angeline dan Velyn ya, Nak.” kata Ustaz Ahmad.
“Baik, Ustaz.” jawab Richie.
“Nanti di sana, kalian harus temui Kyainya dulu. Nanti selanjutnya akan diarahkan. Perkenalkan diri kalian dengan sopan ya?” kata Ustaz Ahmad.
“Baik, Ustaz.” jawab Richie.
Setelah berpamitan, Angeline, Velyn, dan Richie langsung mencium tangan Ustaz Ahmad secara bergantian. Mereka benar-benar merasa senang bisa bertemu dengan Ustaz Ahmad.
Sesampainya di depan pintu bus yang sudah dibuka, Velyn menghentikan langkahnya.
“Bos, kita beneran naik bus ini?” tanya Velyn yang menatap bus tersebut dengan tatapan sedih.
“Iya, Vel, udah yuk masuk.” kata Angeline sambil merangkul bahu Velyn dan membawanya ke dalam bus tersebut.
Richie hanya bisa mengekori keduanya. Lalu mereka memilih bangku tiga yang pas untuk ketiganya. Mereka tidak mau dipisahkan.
Mereka kini saling diam, lalu dalam keheningan itu mereka menatap Ustaz Ahmad yang seperti habis menyeka air matanya di bawah sana, lalu bus pun berangkat karena kebetulan penumpang terakhir adalah mereka bertiga dan jadwal mobil jalan memang jam segini.
Angeline, Velyn, dan Richie melambaikan tangannya ke Ustaz Ahmad, Ustaz Ahmad yang melihatnya langsung balas melambaikan tangan hingga bus tidak terlihat lagi.
Posisi kali ini adalah Angeline berada di samping jendela, di tengah ada Velyn, dan di paling pinggir ada Richie. Mereka duduk dalam diam. Kini pikiran mereka berkelana ke mana-mana.
Dalam keheningan tersebut tiba-tiba suara isakan Velyn terdengar, sontak Richie dan Angeline langsung menoleh ke arah Velyn. Angeline langsung memeluk Velyn dari samping.
“Kenapa ini semua harus terjadi sama kita, Bos? Kenapa?” kata Velyn.
Angeline mengusap punggung Velyn dengan lembut, Angeline tidak tahu harus berbuat apa ketika melihat sahabatnya sepert ini.
“Sabar, Vel. Gue yakin Allah SWT punya rencana yang baik. Mungkin kita nggak bisa naik mobil mewah kayak biasanya lagi tapi kalau kita berusaha nanti setelah lulus, kita bisa kerja, kita bisa beli mobil, bisa beli rumah, dan kita bakalan hidup normal lagi. Yang penting kita sabar.” kata Angeline.
Angeline memang berusaha keras untuk menjadi dewasa agar kedua sahabatnya ini tidak merasakan kesepian dan merasa ketakutan tanpa orang tua mereka.
“Kenapa Allah nggak adil sama kita?” tanya Velyn.
“Jangan kayak gitu, lo mau Allah tambah cobaan buat kita?” tanya Angeline.
Velyn menggeleng. Ini saja sudah menjadi sangat buruk untuk dirinya. Velyn tentu tidak mau kalau cobaan kembali pada dirinya.
“Yaudah kalo gitu, lo harus percaya kalau Allah itu pasti udah siapin hadiah buat kita kalau kita sabar ngadepin cobaan. Allah tuh baik sebenernya. Coba aja kalo dipikir-pikir, Allah kenalin kita sama Ustaz Ahmad, orang yang baik banget. Itu tuh tanda kalo Allah SWT sayang sama kita. Kalo gak sayang mungkin kita udah ditemuin sama orang jahat. Udah meninggal juga kali kita.” kata Angeline.
Velyn mengangguk dalam pelukan Angeline. Richie menunduk, dirinya juga tidak tega melihat Velyn menangis dan melihat Angeline yang terlihat sok tegar untuk menenangkan Velyn. Richie merasa kalau dirinya tidak bisa melakukan apapun.
Angeline yang melihat Richie menunduk langsung menepuk bahu Richie mencoba menguatkan.