Alisa berdiri di dekat jendela, menatap awan mendung yang hadir menyelimuti seluruh langit malam. Sudah berjam-jam dia berdiri di sana, melamun sepanjang sore hingga malam. Sang ibu yang melihatnya hanya bisa menghela napas panjang, perlahan dia mendekati putrinya yang masih diam melamun seperti raga yang kosong tanpa jiwa. “Ca,” panggil Bunda Lala, suaranya mengalun lembut. Alisa tersentak kaget, lamunannya pecah saat itu juga. Dia lantas menoleh, menatap ibunya yang kini sudah berdiri tepat di sampingnya. “Makan dulu yuk,” ajak sang ibu. “Reyan bilang, kamu dari pagi tadi belum makan,” lanjutnya. “Ica enggak laper, Bunda,” tutur Alisa. Suaranya terdengar sangat lirih, seperti orang sakit yang kehilangan tenaganya. Bunda Lala menghela napasnya pelan. “Walaupun kamu lagi enggak nafs