Lari dari ruangan rapat tidak akan membantu para prajurit dan pasukan orang-orang yang ada di sana bisa kabur dan selamat dengan mudah. Saat tangan Gargoyle raksasa itu membuat celah sangat besar di dalam ruangan itu, para Gargoyle bersayap berangsur masuk ke dalam ruangan itu, menyerang semua prajurit dan orang-orang yang ada di sana. Mereka semua yang bersenjata dan memiliki kemampuan untuk bertarung terpaksa harus menahan para Gargoyle itu agar tidak masuk ke dalam ruangan yang lain dan membahayakan penduduk desa. Dengan pedang dan juga baju zirah mereka, para Gargoyle itu pun ditahan oleh para prajurit.Begitu juga dengan Max, dia memegang senapannya sekarang. Membidik setiap kepala dari para Gargoyle itu agar tidak masuk ke dalam ruangan dan menyerangnya. Sementara Alissa dengan menggunakan pedangnya dan juga seni bela diri yang sangat luwes membelah setiap Gargoyle yang mencoba menyerangnya dengan sangat cepat dan tanpa ada waktu bagi para Gargoyle itu merespon setiap serangannya. Mereka berdua bahu membahu saling membantu para Gargoyle itu agar bisa selamat dan kabur secepat mungkin.
Sementara Alinzar dengan tangan kosong bermodalkan ujung kuku jarinya yang tajam membuat beberapa Gargoyle itu lumpuh dan tak bisa bergerak untuk sementara waktu. Dia bisa saja menggunakan sihir darahnya namun dia takut jika nantinya itu akan berefek dan mengenai semua orang yang ada di sini. Dia terpaksa harus menggunakan kemampuan fisiknya untuk bertarung dengan terbatas. Sementara London berjaga di barisan paling akhir dekat pintu keluar, dia mencegah dan menjadi pertahanan terakhir orang-orang yang akan keluar dari ruangan ini bersama para prajurit lainnya. London juga bisa bertarung dengan cukup hebat karena dia memang seorang komandan para pasukan desa ini.
Tidak ada yang tahu berapa lama mereka harus bertahan dari gempuran para Gargoyle di sisi ini. Mereka hanya terus melawan Para Gargoyle itu tanpa henti dan tak tahu apakah jumlah mereka sudah berkurang atau tidak sekarang. Yang mereka tahu hanyalah dengan melawan para Gargoyle yang ada di depan mereka tanpa henti dan berusaha menghentikan mereka dengan cepat. Untungnya orang-orang yang ada di dalam ruangan ini termasuk para prajurit sudah tahu dari kelemahan masing-masing Gargoyle itu sehingga mereka tidak akan kesulitan untuk mengalahkan mereka dengan mudah.
Dan tiba-tiba secara mengejutkan, hantaman dari Gargoyle raksasa kembali datang ke ruangan ini. Kali ini berada di sisi kiri ruangan, menghancurkannya berkeping-keping dan membunuh beberapa prajurit maupun Gargoyle yang sedang bertarung di sana. Untungnya Max, Larissa, Alinzar, atau pun London tidak sedang berada di tempat itu, mereka dengan mudahnya mencoba untuk kabur dari serangan tangan Gargoyle raksasa. Namun berhasil selamat bukan berarti kalau mereka sudah aman dan tidak mungkin menjadi bahan bulan-bulanan para Gargoyle itu lagi. Mereka harus mencair cara bagaimana keluar dari ruangan ini dengan aman tanpa menimbulkan masalah.
Karena setelah Gargoyle raksasa itu merusak tembok yang berada di sisi kanan membuat para Gargoyle terbang kembali datang ke sisi yang lain. Melawan satu lubang Gargoyle di sisi kiri saja sudah kewalahan apalagi melawan mereka lagi di sisi kanan. Hal ini membuat Larissa tak memiliki pilihan lain selain menyuruh para pasukannya untuk mundur dan menyelamatkan diri mereka masing-masing. “Kalian semua, cepat mundur! Kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk melawan para Gargoyle ini dengan jumlah kita yang sekarang!” Perintah Larissa kepada para prajuritnya.
Mendengar itu, semua orang termasuk Max dan juga Alinzar berbondong-bondong kabur menuju ke arah pintu yang dijaga oleh London sekarang. Dan sepertinya dalam pertarungan kali ini, ada sebuah miskomunikasi. London tak terlihat ingin membukakan pintu itu kepada orang-orang yang berada di dalam sana. Bersama dengan para prajurit yang berada di sisinya, dia terus saja menahan para prajurit itu untuk keluar dari ruangan dan mendorong mereka ke dalam agar terus bertarung melawan para Gargoyle. “London apa yang kau lakukan! Kau akan membunuh para Prajuritmu sendiri di sini!”
“Jika kita keluar dari ruangan ini, itu hanya akan membuat para warga yang mengungsi menjadi target para Gargoyle selanjutnya. Kita tidak bisa membuka pintu ini jika kita belum yakin kalau para Gargoyle itu tidak membunuh kita. Maka dari itu aku tidak akan membuka pintu ini sebelum hal itu terjadi,” Ucap London dengan muka serius dan juga datarnya. Dia terlihat tak tergoyahkan sama sekali dengan pendiriannya. Namun hal itu justru membuat Larissa semakin kesal dan geram kepada London dengan keputusannya yang tak masuk akal.
“Apa kau tak lihat berapa jumlah mereka sekarang di sini! Kita sudah melawan mereka untuk beberapa menit sekarang. Dan jumlah mereka tidak terlihat berkurang atau pun habis. Kita tidak akan memiliki kesempatan untuk menang jika seperti ini. Rencana yang akan kita lakukan akan benar-benar gagal jika kau terus saja bertindak sesuai egoisme mu!” Teriak Larissa kepada sosok London di sana sampai mengeluarkan beberapa air ludahnya. London menjadi ikut geram dengan tingkah Larissa seperti itu. Ia menganggap kalau Larissa bereaksi seperti seorang gadis kecil sekarang.
“Lalu apa yang kau usulkan untuk sekarang! Kita akan membuka pintu ini dan membiarkan para Gargoyle itu masuk bersama dengan kita! Apakah kau benar-benar tega melihat wargamu sendiri dibantai dengan cara yang mengerikan oleh para Gargoyle ini hah Larissa!” Balas London kepada dengan teriakan kembali. Namun di saat mereka berdebat, situasi di dalam ruangan menjadi semakin panas. Para Gargoyle itu kembali menyerang para prajurit dengan membabi buta dan membuat mereka benar-benar kewalahan. Kepala para prajurit mulai bergelinding dipenuhi dengan darah yang mengucur dari leher mereka yang putus. Sedangkan tangan yang mereka gunakan untuk memegang pedang terlihat menjadi seperti sebuah permainan yang dimainkan oleh para Gargoyle ini sekarang di mulut mereka.
Keadaan menjadi semakin carut marut, namun hal itu ditambah lagi dengan sesuatu yang sangat menggelegar. Di depan ruangan tersebut yang terdapat lukisan Sang Raja ditempel di tembok, dihancurkan dengan mudahnya oleh tangan Gargoyle raksasa di depannya. Tembok itu membuat celah yang sangat besar mengakibatkan ruangan ini sudah tidak bisa dianggap sebagai ruangan sekarang. Karena ¾ bagiannya sudah hancur karena ulah Gargoyle raksasa itu. Para Prajurit juga sudah berkurang sama dengan jumlah ruangan yang berkurang. Mereka benar-benar dalam situasi yang kacau dan carut marut sekarang.
Tak hanya itu, jika sebelumnya hanya terlihat mata Sang Gargoyle raksasa sedang mengintip di sana, sekarang sudah mulai terlihat seluruh muka dari Sang Gargoyle secara utuh sekarang. Memandang ke mata orang-orang yang masih hidup di sana. Matanya mengatakan kalau dia tidak sabar untuk menghancurkan semua orang di dalam ruangan ini, haus akan darah yang akan terjumlah dan terkumpul dalam satu waktu seperti sekarang ini. Gargoyle raksasa itu benar-benar mendambakan jiwa seorang manusia dalam jumlah banyak sekarang setelah sebelumnya hanya bisa bermandikan darah orang-orang lemah yang tak memiliki kesempatan untuk melawan atau pun bertarung balik.
Gargoyle itu mulai membuka mulutnya, seperti mencoba untuk menghirup dan meresap jiwa-jiwa dan juga tubuh setiap orang yang ada di dalamnya. Larissa sekarang mencoba untuk mengacungkan pedangnya ke arah dagu London sekarang, mengancam akan membunuhnya jika dia tidak kunjung membukanya. Namun meskipun sudah melihat semua kekacauan dan juga kehancuran di depan matanya, London masih bersikukuh dengan pendiriannya, dia enggan untuk membuka pintu itu. Tapi setelah itu, Gargoyle raksasa itu membuka suaranya lebar-lebar, menghasilkan sebuah angin yang sangat kencang menarik semua orang di dalam sampai masuk ke dalam mulut Gargoyle raksasa itu. Mereka benar-benar merasa kalau angin itu akan membuat mereka dilahap secara bersamaan dalam-dalam.
“Cepat buka pintu ini London!” Teriak Larissa dengan sangat keras, Max pun juga tak sabar agar London membuka pintunya dengan mengancam London dengan menembakkan pintu tepat di samping telinga miliknya. London pun akhirnya membuka pintu itu, bukan karena takut karena ancaman Larissa ataupun Max, melainkan takut dengan penampakan Gargoyle raksasa itu di depannya. Dia sudah melihat penampakan Gargoyle raksasa itu di dalam mimpi buruknya dan melihatnya tepat di depan matanya sekarang seperti membuat mimpi buruknya menjadi sebuah kenyataan. London di awal tidak berusaha membukakan pintu itu karena dia tidak bisa melakukan apa-apa selain diam ketakutan. Traumanya benar-benar memuncak setelah melihat wajah dari Monster itu dengan utuh.
Semua orang pun berusaha untuk masuk ke dalam pintu itu meskipun harus saling berebut antrian dan juga giliran. Mereka saling mendorong dan berjubel masuk tak menghiraukan siapa orang di sisi mereka. Hanya berusaha agar menyelamatkan dirinya masing-masing. London pun setelah tahu beberapa orang dengan jumlah yang cukup banyak berhasil masuk, menutup kembali pintu itu dengan rapat dibantu oleh orang-orang di sekitar mereka. Mereka mendorong pintu itu dari dalam karena dari arah Ruangan tadi, masih ada beberapa orang yang berjuang untuk masuk dan mendorong balik pintu itu. Mereka berusaha dengan tenaga yang sangat keras untuk mendorong pintu itu keluar dari dalam mereka.
London berhasil menutup pintu itu dengan rapat, Memang tidak ada pilihan lain bagi London untuk melakukan itu selain untuk menyelamatkan kaumnya sendiri. Memang itu adalah pilihan yang sulit. Namun berkaca dengan pilihan London saat dia memilih untuk dikurung dari luar bersama para Gargoyle, London memang berpendirian untuk tidak masalah akan adanya pengorbanan diri.
Dari dalam ruangan itu, terdengar begitu banyak teriakan dan juga tabrakan batu yang saling berbenturan. Beberapa kunyahan dan juga suara tulang retak terdengar di sana. London hanya memejamkan mata dan juga menutup telinganya, tak mampu untuk menahan semua kesakitan dan juga penderitaan itu.
Namun di depan mereka sekarang, ada para penduduk dan warga yang memandang ke arah London dan juga para pasukannya dengan sangat ketakutan. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam ruangan rapat itu, hanya dapat melihat ekspresi para prajurit yang ketakutan dan juga beberapa suara aneh yang sangat mengganggu mereka. “Hei Pak Komandan. Apa yang sebenarnya terjadi dalam ruangan itu!” teriak salah satu warga menyulut begitu banyak pertanyaan dari warga yang lainnya.
Namun London masih belum menjawabnya sekarang, dia tidak tahu bagaimana cara yang paling pas untuk mengatakan bagaimana situasi di dalam ruangan rapat itu. Jika dia mengatakan apa pun yang sejujurnya, mungkin para warga itu akan menjadi ketakutan dan tidak memiliki harapan untuk hidup. Dan London juga tidak tahu bagaimana cara dia berbohong melihat situasi separah itu di ruangan rapat tadi. “Semuanya tenang, segalanya masih berada dalam kontrol kita. Tetap diam di tempat ini sampai menunggu instruksi selanjutnya.” Ucap Larissa kepada para warganya.
Namun kemudian Larissa berbisik kepada London, “Cepat lakukan sesuatu. Aku sudah membantumu di sini. Kemungkinan besar Gargoyle itu akan bergantian untuk menyerang tempat ini. Jika kita tidak segera mengungsikannya, maka mereka mungkin akan menjadi korban selanjutnya. Apakah kau harus menunggu seseorang terbunuh dan tumbang hanya untuk memberikan perintah!” London menoleh ke arah Larissa. Namun London masih belum tahu apa yang harus dia lakukan di situasi seperti ini. Meskipun ruangan kastil cukup luas, dia tidak bisa mengorbankan dan mengungsikan para penduduk dan warga itu begitu saja.
“Menurutmu dimana lagi tempat yang aman bagi mereka agar bisa berlindung dari serangan para Gargoyle itu! Hanya tempat ini yang cocok dengan jumlah mereka yang sangat banyak. Apalagi tempat ini sangat strategis karena terletak bertepatan dengan sebelah gudang persediaan Kastil. Dan jika memang mereka harus berpindah tempat, kita harus mendapatkan persetujuan dari Raja lagi! Kita tidak boleh menghendaki sesuatu di atas perintahnya!” balik bisik London kepada Larissa. Mereka tak henti-hentinya melakukan perdebatan atas sesuatu yang terjadi di dalam rantai komando ini.
Hingga akhirnya, Gargoyle raksasa itu menyerang tepat di arah pintu yang dijaga oleh London itu sekarang. Menjatuhkan sekaligus memukul mundur beberapa orang karena serangan dadakan itu. Para Warga menjadi sangat panik, mereka belum pernah melihat Gargoyle raksasa itu dengan jarak sedekat itu. Mereka pun langsung lari berhamburan kabur menyelamatkan diri mereka masing-masing. Ada yang membawa anak mereka di belakang punggung mereka mencoba untuk membawanya kabur ke tempat yang lebih aman. Ada juga yang berlarian sambil membawa panci panas yang tak terasa panas di telapak tangan mereka.
London menjadi begitu panik, sesuatu yang menjadi ketakutan terbesarnya benar-benar terjadi sekarang. Dia pun memerintahkan para prajurit yang masih tersisa untuk kabur dan pergi untuk menyelamatkan para Warga dari serangan Gargoyle bersayap yang masuk dengan sangat cepat setelah lubang terbuka lebar seperti itu. Larissa ikut berlari menahan para Gargoyle di sana agar tidak menyerang para warga.
Max di sana yang melihat penampakan dari wajah Sang Gargoyle dengan utuh langsung saja mencoba untuk menembakkan Revolvernys ke arah kepala dan juga mata sang Gargoyle itu, merasa mungkin tembakan dari pelurunya akan berfungsi untuk melumpuhkan Gargoyle itu walaupun hanya untuk sementara. Namun setelah beberapa peluru dia tembakkan, tidak terjadi apa-apa kepada Gargoyle itu. Malahan dia terus saja menatap Max dengan tatapan bengis, kejam, dan menjijikkannya itu.
Alinzar yang berada di sana memegang Revolver milik Max. Dia menatap Max dan berkata, “Itu semua sia-sia. Kau tidak akan bisa melukainya dengan pelurumu. Ayo kemari ikut aku. Biar kita menjalankan rencana ini saja tanpa bantuan para Prajurit Frello”. Ujar Alinzar sambil berjalan kabur dari ruangan itu.