Max mengikuti Alinzar dari belakang, menjaganya agar tidak disergap ataupun diserang oleh para Gargoyle di belakangnya. Dia mengincar semua makhluk yang ingin menyergap mereka berdua dengan Revolver miliknya dan menggunakan senapan miliknya. Tujuannya bukan untuk mengalahkan mereka, melainkan menahan mereka untuk sementara. Namun saat ini Max tak tahu kemana Alinzar akan membawanya pergi. Dia hanya akan mengikuti Alinzar dan berlari di belakangnya dan mencoba untuk menjaga agar tidak di serang oleh musuh.Sementara di ruangan ini, orang-orang masih sibuk menahan dan juga menyerang para Gargoyle yang masuk ke dalam ruangan ini. Semua perabotan dan juga tempelan lukisan di dinding terlihat menjadi sangat berantakan karena ulah makhluk-makhluk itu. Darah membekas sebuah bercak di dinding dan membuat sebuah pemandangan yang mengerikan. Ksatria Frello tampak masih berada dalam posisi bertahan sekarang dan mencoba untuk lepas dari serangan para Gargoyle itu sekarang.
Namun di sisi lain, Larissa dan juga London berusaha untuk menutup para Gargoyle dari tangga menuju ke atas agar mereka para Gargoyle tidak ikut naik dan menyerang warga biasa. Walaupun mereka sudah mencoba untuk menyerang beberapa warga yang tidak berhasil lolos kabur dan melumat tubuh mereka bulat-bulat membuatnya menjadi sangat mengerikan. Kebanyakan dari warga tersebut merupakan warga yang tak memiliki kondisi fisik cukup bagus atau pun kabur dari kamar itu. Mereka mencoba untuk membuat semua orang menjadi sangat tertekan dan juga terteror oleh kekuatan para Gargoyle itu.
Alinzar dan Max akhirnya turun ke sebuah tangga menuju ke bawah, tangga itu entah menuju ke mana dan sepertinya akan mengarah ke sebuah lorong lebih panjang terasa dari angin yang menghembus dari bawah. Max berusaha untuk memanggil Larissa, mencoba untuk memberitahunya kalau dia akan pergi di bawah lorong ini bersama Alinzar dan memberitahunya jika mungkin dia bertanya-tanya kemana mereka berdua pergi sekarang. Namun Larissa tidak bisa mendengar ataupun menoleh ke arah Max ataupun Alinzar sekarang, dia sedang sibuk membelah semua Gargoyle yang ada di hadapannya.
Max pun akhirnya melupakan Larissa di sana. Ia hanya harus turun sekarang dan mengikuti Alinzar kemana pun ia akan membawanya berada. “Kemana kita akan pergi Al? Kau tidak berkata apa-apa tentang tujuanmu membawa kita berdua pergi. Dan jika saja kau mengatakan dimana kita akan pergi mungkin akan menjadi lebih mudah bagiku untuk memasang ekspektasi dimana kita akan berada.” Tanya Max kepada Alinzar. Alinzar menoleh ke arah Max, menunjuk sebuah jendela yang ada di sana.
“Kita akan menuju ke sana.” Alinzar menunjuk sebuah menara yang terlihat sangat tinggi dan jauh di sana. Menara itu sepertinya merupakan menara tertinggi yang ada di desa ini. Dan menjadi cukup masuk akal bila Alinzar akan menuju menara itu karena dengan itu mungkin saja Alinzar bisa melawan Gargoyle raksasa itu dengan mudah. “Dengan naik ke menara itu, kita akan bisa menyerang Gargoyle raksasa itu dengan mudah dan naik lompat jatuh ke badannya. Kita tidak boleh mengulur waktu untuk terus bertahan di tempat ini Max!”
Mereka pun langsung bergegas turun dari tangga itu. Dan beberapa Gargoyle sudah tiba mencoba untuk menghadangnya. Max membawa shotgun di tangan kanannya menembak kepala masing-masing Gargoyle yang mencoba untuk melawannya. Sedangkan Alinzar dengan cakarnya berusaha untuk menyerang masing-masing dari Gargoyle itu dan membuatnya jatuh mundur dan tidak bisa bergerak karena organ tubuh mereka yang hilang. Max sadar akan sesuatu, kalau Alinzar tidak membutuhkan benda seperti sebuah pisau perak untuk menghujam jantung dari Gargoyle itu. Dia bisa dengan mudahnya menusuk dengan menggunakan tangannya dan mengambil permata di jantung para Gargoyle itu. Akan sangat memudahkan bagi Alinzar jika dia mampu melakukan itu sedari tadi.
Mereka sudah turun dari tangga sekarng, dan berhadapan dengan sebuah lorong yang lebih panjang dan luas lagi. Namun anehnya, tidak ada siapa pun di sana. Benar-benar kosong dan sepi. Lorong tersebut tidak gelap karena di samping tembok kiri dan kanannya terdapat sebuah jendela sangat besar sehingga siapa pun dapat melihat pemandangan di kanan mereka dengan mudah. Namun jendela besar itu malah membuat Salju dan juga angin akan mudah masuk dan mengotori seluruh lantai batu pualam di lorong ini. Melihat ini adalah kesempatan besar, Alinzar dan Max langsung saja berlari di sepanjang Lorong itu mencoba untuk menuju tempat berikutnya.
Suara krek-krek dan juga getaran tiba-tiba dirasakan oleh Alinzar dan juga Max. Mereka saling bertatap-tatapan, melihat apakah itu adalah ulah salah satu dari mereka. Namun kedua orang itu menggelengkan kepalanya, mengaku kalau mereka tidak melakukan apa-apa terhadap bangunan ini. Bingung dan ingin mencari tahu, mereka pun menengok ke arah jendela itu, melihat apakah ada sesuatu di sana menanti mereka dan mengganggunya. Max dan juga Alinzar sadar kalau lorong ini bukanlah lorong biasa, melainkan sebuah lorong jembatan menghubungkan satu bangunan dengan bangunan lain di sebelahnya. Terlihat dari tidak adanya pijakan yang menginjak tanah di bawah lorong ini berada.
Max dan juga Alinzar masih bingung apa yang baru saja terjadi kepada mereka. Karena mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di sana. Jika pun terjadi gempa bumi, maka akan timbul retakan-retakan yang menjalar di dinding ataupun lantai sekarang. Dan akan sangat singkat bila itu memang merupakan gempa bumi. Max dan Alinzar tak memiliki waktu untuk berpikir bahaya apa itu sebenarnya, mereka langsung saja pergi dari lorong ini dan menuju ke tempat seharusnya di mana mereka berada sekarang.
“Alinzar awas!” Namun tiba-tiba, sebuah Gargoyle yang berukuran lebih besar daripada Gargoyle normal melompat dan mencoba menyerang Alinzar di sebelah kanannya. Alinzar terpukul mundur terkena cakaran dari Gatgoyle itu membuatnya terlempar menuju dinding dan membuatnya oleng untuk sementara waktu. Alinzar belrum dan tidak memperhitungkan dimana datangnya musuh sebelumnya. Dia bahkan tidak sempat untuk menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang mencoba untuk menyerangnya.
Max langsung saja menembak beberapa peluru Shotgunnya mencoba untuk mengusir Gargoyle yang tiba-tiba muncul itu. Beberapa keping peluru sudah menempel di tubuhnya. Namun Gargoyle itu tidak terlihat akan mundur ataupun berpaling dari Alinzar, malah perhatiannya sekarang ia tunjukkan kepada Max menunjukkan gigi taringnya dan juga air liur yang bertetesan dengan sangat menjijikkan. Max tidak takut dengan Gargoyle itu, dia pernah berhadapan dengan monster yang lebih parah dari dia. Dia langsung saja menyiapkan senapannya dan bersiaga untuk menembak sesaat setelah Gargoyle itu datang dan mencoba menyerangnya.
“Tidak Max, Jangan hadapi dia secara langsung!” Teriak Alinzar kepada Max. Tentu saja Max tak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Alinzar karena Gargoyle itu terlihat sama seperti Gargoyle lain yang telah dia kalahkan selama ini. Dan cara paling efektif adalah dengan membunuhnya dengan menembaknya tepat ke arah kepalanya. “Itu adalah Gargoyle spesial dan cara biasa tidak akan mampu untuk melumpuhkannya. Hanya sihir darah lah yang dapat membunuhnya. Biarkan aku saja yang melakukannya!” Teriak Alinzar lagi kepada Max.
Alinzar bangun, dan menggigit jarinya sendiri sekarang, mengeluarkan sebuah darah dan mengendalikannya. Hal ini sama persis seperti yang Alinzar lakukan saat bertarung melawan Max di Rumah miliknya. Alinzar memang merupakan seorang pengguna sihir darah yang sangat hebat dan kehebatannya dalam bertarung tidak bisa diragukan lagi. Alinzar membentuk sebuah sabit raksasa dan mencoba untuk menusuk dan menikam Gargoyle itu dari belakang dengan satu sayatan hebat. Alinzar melompat dengan sabit darahnya.
Ternyata Gargoyle itu memiliki persepsi yang sangat luar biasa sehingga sudah menyadari kalau Alinzar akan bergerak dan mencoba menyerangnya. Gargoyle itu mengulurkan tangannya, ternyata dia bisa melakukan ilmu sihir darah sama seperti Alinzar! Dia mencoba untuk menyerap sabit yang terbuat dari darah itu dan mencoba untuk menyerapnya di dalam tubuhnya.
Max tahu kalau situasi ini sangat berbahaya jika Gargoyle itu terus saja mencoba untuk melakukan penyerapan darah itu. Dia pun akhirnya memasukkan peluru spesial ke dalam selongsong senapannya. Peluru terbatas yang dia bawa di kantongnya. Peluru itu dapat menembus apa pun bahkan termasuk besi terkuat sekalipun di dunia ini. Namun jika Max menembakkan peluru itu sekarang, dia takut apa bila nanti Alinzar yang berada di seberang sana ikut terkena tembakan itu. Max sedang mencari cara agar mendapatkan sudut bidikan yang tepat.
Max mengguling ke samping kanan, mencoba untuk menyerang Gargoyle itu dari samping. Dia tidak mampu mengarahkan bidikannya tepat di arah kepala Gargoyle itu karena dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak untuk membuatnya berbuat seperti itu. Karena saat ini, tidak hanya darah dari sabit Alinzar yang dia serap, melainkan darah dari seluruh tubuh di dalam Alinzar juga ikut terserap oleh Gargoyle itu. Max langsung saja menembakkan senapannya mengarah tepat ke pinggang dan menembusnya sampai-sampai tembok yang ada di sana juga retak dan hancur terkena lintasan peluru milik Max.
Alinzar jatuh karena sudah tak memiliki daya lagi karena darahnya sudah diserap oleh Gargoyle itu. Namun Max yang sadar akan hal itu langsung saja berlari ke arah Alinzar berusaha untuk menyeretnya ke tempat yang lebih aman dimana Gargoyle itu tidak akan mudah untuk menjangkaunya, “Apa kau tak apa-apa Alinzar! Kau terlihat benar-benar sangat mengerikan sekarang! Aku harap sihir itu tidak akan membuatmu mati!”
Alinzar tersenyum sambil mencoba untuk membuka matanya kali ini, melihat sosok Alinzar yang sedang mencoba menyeretnya di ujung lorong dan menyenderkannya tepat ide tembok. “Aku terkesan denganmu Max, tak kusangka kau sepeduli itu kepadaku. Namun kau jangan khawatir, sihir darah seperti itu tidak akan mudah untuk mengalahkanku. Dia hanyalah Gargoyle spesial, dan tidak akan pernah dapat mengalahkan kemampuan Vampir sejati sepertiku.” Meskipun berkata seperti itu, Max masih khawatir kepada Alinzar karena dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera dalam kondisi baik.
“Lalu bagaimana aku harus mengalahkannya? Dia pasti memiliki titik lemah bukan!” Tanya Max lagi kepada Alinzar. Max terus-terusan menengok ke arah Gargoyle itu, berjaga-jaga mungkin saja dia akan kembali bangun dan menyerang mereka lagi. Dia tahu serangannya itu mungkin tidak akan dapat berdampak cukup besar kepada Gargoyle itu karena tidak menyerang ke arah titik vitalnya.
“Jangan terkecoh dengan Gargoyle itu Max. Meskipun dia dapat menggunakan sihir cahaya, namun dia masih seorang Gargoyle. Cepat lumpuhkan dia dan buat regenerasinya melamban dengan mengincar langsung ke otaknya. Dan setelah itu tikam jantungnya dengan menggunakan pisau perakmu. Aku tahu kalau kau mempunyainya. Namun meskipun aku berkata seperti itu, kemungkinan dia akan bisa menghindari setiap seranganmu dengan mudah. Jadi jangan sampai kau membuang-buang peluru spesialmu itu.” Ujar Alinzar kepada Max.
Dengan senapannya yang masih terpasang peluru yang sama sekarang, Max pergi dan menunggu Gargoyle itu untuk bergerak. Gargoyle itu masih tersungkur di sana tidak bisa bergerak untuk sementara waktu karena serangan yang berhasil dilancarkan oleh Max sebelumnya. Namun pada akhirnya serangan itu tidak berarti apa-apa. Gargoyle itu masih bisa bangkit dan mencoba untuk bangun menyerang Max lagi dengan gigi dan taringnya yang basah karena air lirunya sendiri sekarang.
Gargoyle itu memiliki kecerdasan dan juga insting yang lebih hebat dan pintar daripada Gargoyle lain. Dia tidak menyerang Max dengan menggunakan fisik sekarang, melainkan dengan menggunakan sihir darah yang ia miliki dan kuasai. Dia memegang pinggangnya yang berdarah sekarang, mengambil beberapa darah miliknya sendiri dan membuat beberapa duri melayang di samping kiri dan kanannya. Gargoyle itu bersiap-siap untuk melemparkannya ke arah Max dan mencoba untuk menyerangnya dengan sihir-sihir itu.
Untuk sekarang, duel terlihat seperti dua orang penembak jitu. Hanya menunggu siapa yang akan menarik pelatuknya sekarang. Dimulai dari Gargoyle itu, dia menyerang Max menggunakan darah miliknya dan menancapkan beberapa duri itu ke Max. Dan serangan itu berhasil melukai dan menusuk kaki dan juga lengan milik Max. Tapi meskipun Gargoyle itu bersusah payah melakukan itu, kepalanya menjadi milik Max sekarang. Dengan hanya satu tarikan, Kepala dan Otak dari Gargoyle itu pecah berhamburan.
Max datang dengan kondisi tubuhnya yang benar-benar kacau penuh darah yang ada di sekujur tubuhnya. Untungnya, Max selalu memakai pakaian berwarna merah, sehingga dapat menyamarkan darah di dalam tubuhnya bersama dengan bajunya tersebut. Max menarik pisaunya dari kantong celananya, dan langsung saja mencoba untuk menusuk jantung dari Sang Gargoyle itu. “Kau cukup merepotkan bagi seorang monster yang hanya bertindak dengan menggunakan insting. Tapi meskipun begitu, aku mengakui kehebatanmu wahai Gargoyle.” Sang Gargoyle mati hanya menyisakan debu bertebaran di udara.