Chapter 3 : Pertarungan Terakhir

2045 Kata
Mereka bertiga akhirnya bergegas untuk menaiki tangga dan menuju ke ruangan di atas sana. Entah apa yang mereka harapkan dari berjalan dengan sangat santai dan langsung menuju ke tujuan utama tersebut. Xanes dan dan juga Korian sangat percaya dengan kata-kata dari Max sekarang setelah mereka berdua di selamatkan berkali-kali oleh Max. Jika saja gerombolan Vampir telah mengepung mereka di sana, paling tidak Max sudah pasti memperhitungkan itu dan bersiap untuk menyerangnya balik. Dan benar saja, saat Max membuka pintu itu di atas sana, ada semacam gerombolan vampir yang telah berdiri menunggu mereka untuk datang. Bentuk tubuh dari para Vampir tersebut sangat beragam ada yang berukuran kecil seperti seorang kurcaci dan ada juga yang berbentuk sangat besar dan tinggi hampir menyentuh langit-langit dari ruangan itu. Mereka dengan sabarnya menunggu kedatangan Max dan gerombolannya untuk menghabisi mereka di saat yang bersamaan. “Jadi benar rumor itu. Kau Max Sang pemburu akan memusnahkan kami di sini. Apakah metodemu yang selalu membunuh dalam diam sudah tidak bekerja lagi saat ini hingga membawa rekan dan juga partner dalam misimu?” Ujar salah satu Vampir di sana kepada Max. Vampir itu memakai pakaian yang sangat rapi dengan menggunakan jubah panjang bermotif bunga. Kulitnya yang pucat dengan taring yang sedikit mengucul di mulutnya membuatnya tampak mencolok dibandingkan dengan Vampir lain yang ada di sana. Dan Max tahu, kalau Vampir yang baru saja berbicara kepadanya itu adalah Kepala keluarga dari rumah ini. Sementara itu Max dan juga Xanes merasa sangat ketakutan. Mereka tidak pernah melihat dan melawan monster kelas S dengan jumlah yang sangat banyak seperti ini. Xanes yang terbiasa melawan para goblin tentu saja berbeda kelasnya dengan Max yang sudah berpengalaman melawan Vampir. Goblin tidak mampu menyusun taktik ataupun kecerdasan yang tinggi untuk menyerang lawannya. Begitu juga dengan Korian yang terbiasa melawan dengan metode diam-diam tentu tidak akan bisa melawan para Vampir yang berjumlah segini banyakmya tersebut. Korian hanya bisa mengelus-ngelus pisaunya sekarang bersiap untuk menyerang Vampir mana pun yang akan menyerang mereka bertiga. “Bagaimana kita akan melawan mereka yang berjumlah segini banyaknya Max?” Tanya Xanes khawatir kepada Max. Masih tetap konsisten dengan kepribadiannya sejak awal, Max tidak menjawab apa pun. Dia malah bersiap memasukkan beberapa selongsong peluru ke dalam senapannya bersiap untuk membidik dan juga menembak Vampir manapun yang telah melingkari tubuh mereka sekarang ini. Melihat itu, Xanes langsung saja membuat sihir pertahanan kepada mereka bertiga berupa barrier agar terlindung dari serangan sihir maupun fisik ringan. Mereka tetap harus bertahan ataupun menghindar jika terkena serangan sungguhan. Max langsung saja, menembakkan satu selongsong pelurunya menembus ke arah kepala salah satu Vampir yang berdiri terdiam di sana. Berbeda daripada sebelumnya, senapan itu mengeluarkan peluru secara beruntun dan sangat cepat ke arah para Vampir itu. Sehingga berhasil meneawaskan beberapa Vampir secara bersamaan. Para Vampir tentu saja tak tinggal diam melihat orang di samping mereka hangus dan mati dengan cara seperti itu yang sangat mengenaskan. Mereka menggigit sejumput darah mereka sendiri masing-masing dan membuat sebuah kontrak sihir darah sehingga aliran mana mereka berkumpul menjadi satu kesatuan tak dapat ditembus ataupun dilukai dengan mudah. Sekarang, para Vampir memiliki ketahanan yang lebih kuat daripada sebelumnya. “Pemburu, apa kau berpikir setelah kau membinasakan kaum kami, kami tidak mempelajari tentang dirimu hah! Kami tahu ada sesuatu yang sangat spesial tentang dirimu dan senjata itu. Senjata yang tidak pernah bisa kami kalahkan bagaimanapun juga caranya. Aku sudah tahu titik lemahmu, dan kau akan menyesali semua perbuatanmu!. Aku, Marcus Decipio akan membunuhmu di tempat ini!” Dia berteriak dan mengeluarkan auman yang sangat mengganggu pikiran dan mental. Korian sampai-sampai harus menutup telinganya sendiri karena terganggu oleh suara itu. Tapi tak lama kemudian. Satu persatu para Vampir itu bergerak melompat dan segera menerjang ke arah gerombolan itu. Mereka menggunakan sihir penguat mereka sehingga memiliki ketahanan yang luar biasa daripada sebelumnya. Satu peluru yang ditembakkan dari senapan Max tidak mampu untuk membunuh mereka secara langsung, hingga akhirnya, Max menginstruksikan sesuatu kepada Korian dan juga Xanes, “Incar kepala dan juga tangan mereka. Tanpa kedua bagian tubuh itu, mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa. Pedang dan juga senjata perak kalian tidak akan berguna kali ini karena mereka sudah mengembangkan ketahanan dengan cukup tinggi, jadi kali ini dengarkan aku saja!” Meskipun tak dapat dilihat secara langsung oleh Max. Xanes dan juga Korian mengangguk paham dengan instruksi yang sudah diberikan Max kepada mereka. Mereka langsung saja mencoba untuk bertahan dari serangan para vampir itu dengan senjata dan juga sihir mereka. Para Vampir itu terlihat bisa bertahan dengan mudah apalagi jumlah mereka yang sangat banyak bisa menyerang Xanes ataupun Korian dari berbagai sisi sebelumnya. Di hadapan Xanes sekarang, ada 3 orang Vampir yang berusaha menyerangnya membabi buta. Mereka menggunakan sihir yang keluar dari mulut mereka seperti mencoba menghisap jiwa dan juga sebagian energi sihir dari Xanes secara jarak jauh. Sihir itu cukup berhasil membuatnya sedikit linglung dan juga tak bisa bergerak untuk beberapa saat. Sementara Vampir yang lain menyerang sisi lain dari tubuh Xanes menggunakan taring dan cakar mereka di saat yang bersamaan. Untungnya gigi mereka tidak cukup kuat dan tebal untuk menembus baju zirah milik Xanes yang sangat keras. Xanes pun menebaskan pedangnya ke arah ketiga Vampir itu di saat yang bersamaan, berhasil merobek dan juga memotong tubuh mereka secara diagonal dari bahu kanan sampai pinggang kiri. Namun, ketiga Vampir itu dengan mudahnya mengembalikan tubuh mereka kembali. Mereka akhirnya menarik tubuh Xanes keluar dari lingkaran itu menyisakan Korian dan juga Max saling bahu membahu melawan para Vampir sendirian di sana. Di seret dengan sangat tidak manusiawi dan sangat kejam, Xanes hanya bisa berteriak dan meminta tolong kepada rekan-rekannya saat ini agar segera menyelamatkan dirinya. Sementara itu beberapa menit sebelumnya, Korian juga berjibaku melawan tiga orang Vampir yang ada di hadapannya sekarang. Ketiga Vampir itu memiliki tubuh dan juga kecepatan jauh melebihi dirinya sehingga Korian dengan tubuh mungilnya mampu mengalahkan ketiga vampir itu sendirian adalah sebuah keajaiban dan juga kehebatan tiada tara. Para Vampir itu melakukan hal yang hampir sama dilakukan oleh Vampir dilawan oleh Xanes, hanya saja mereka kesulitan untuk melakukannya karena gerakan Korian yang terlalu lincah sangat sulit untuk diprediksi atau ditangkap dengan sangat tepat. Korian pun akhirnya menemukan celah diantara ketiga Vampir yang ada di hadapannya itu. Celah itu membuatnya bisa menebas kepala dan tangan ketiga Vampir itu di saat yang bersamaan. Hal ini membuatnya bisa mengungguli para Vampir itu karena dia sudah mengetahui bagaimana cara yang benar untuk melawan mereka. Namun tiba-tiba dia mendengar suara teriakan dari Xanes jauh di dalam gerombolan Vampir di sana. Korian mencoba untuk mencari keberadaan Xanes dan dia langsung saja terpaku karena sekarang Xanes sedang menjadi hidangan makan malam dari para Vampir itu. “Max! Kita harus menyelamatkan Xanes sekarang juga! Nyawanya sudah tidak dapat ditolong! Cepat bukakan jalan untukku dengan menembak ke arah Vampir yang menyerang Xanes sekarang!” Teiak Korian kepada Max yang sedang sangat sibuk menembaki gerombolan Vampir di hadapannya. “Tidak bisa, nyawa Xanes sudah tidak bisa di tolong sekarang. Dia terlalu lemah sehingga akhirnya kalah dari pertempuran ini. Dan jika kau berusaha menyelamatkannya, nasibmu akan berakhir sama dengannya dan juga Jianetta!” Ungkap Max kepada Korian. Namun Korian sudah muak dengan setiap perkataan dan juga ucapan yang diucapkan oleh Max sekarang. Dia langsung saja bersikeras untuk menyelamatkan Xanes jika memang Max menolak untuk membantunya. “Sialan! Persetan denganmu! Aku tidak membutuhkan dirimu untuk menolong Xanes. Kau sama saja seperti mereka, sama-sama monster yang tak punya hati!” hardik Korian kepada Max. Max tentu saja langsung menoleh ke belakang setelah mendengar umpatan dan juga hujatan Korian kepadanya. Dia menendang para Vampir yang ada di hadapannya mencoba untuk mengusirnya secara sementara sehingga mampu untuk melihat kondisi dan juga posisi dari Xanes dan Korian dengan aman tak terganggu oleh para Vampir itu. “Korian, Tunggu!” Ujar Max dengan sangat panik. Ternyata Korian memiliki kemampuan bergerak secepat cahaya sehingga dia mampu menerjang dan juga terbang menggunakan pisaunya menebas semua Vampir yang ada di hadapannya dengan sekejap dan sangat mudah. Semua Vampir yang menghalangi jalannya atau berdiri melintas di sekitarnya mati karena terpenggal oleh pisau milik Korian. Jurus yang baru saja dikeluarkan Korian tersebut ternyata sangat efektif untuk membunuh para Vampir di saat yang bersamaan dalam jumlah yang sangat banyak. Hingga jumlah para Vampir di ruangan ini sekarang hanya tersisa 2/3 dari keseluruhan. “Xanes, apa kau masih bisa bertahan?! Tetap sadarlah! Jangan pejamkan matamu!” Teriak Korian dengan sangat keras kepada Xanes. Kondisi Xanes terlihat sangat parah sekarang, bahkan sama parahnya dengan kondisi Jianetta sebelumnya. Bagian tubuhnya tercabik-cabik dan juga berdarah mengucur sangat deras. Bahkan daging yang ada di pinggangnya sudah hilang dan habis entah kemana termakan oleh para Vampir itu. Max yang melihat kondisi dan posisi mereka berdua langsung saja membidikkan senapannya ke arah para Vampir yang hendak mengganggu mereka berdua. Mereka dengan mudahnya terkena bidikan peluru dari senapan Max kali ini. “Dasar Manusia, apa kau berpikir memiliki kesempatan untuk lolos dan selamat dari kami semudah itu? Ingat ini! Kami adalah makhluk abadi yang sesungguhnya, dan kalian seharusnya tunduk dan patuh kepada kami. Sekarang, terimalah balasan dari apa yang kau perbuat sebelumnya!” Para Vampir itu dengan serentak mengeluarkan sihir darah mereka secara bersamaan menargetkan Xanes dan juga Korian yang sedang sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing di sana. Sihir darah itu membuat sebuah sihir di mana pisau sangat banyak terbuat dari gumpalan darah yang dipadatkan. “Tidak, jangan, hentikan!!” teriak Max kepada para Vampir itu. Namun ucapan Max tentu saja tidak digubris oleh para Vampir itu. Dengan ribuan pisau dan juga pedang magis yang terbuat dari darah, mereka langsung saja membunuh Korian dan juga Xanes di sana tak sadar akan nyawa mereka berada di dalam ujung bahaya. Tubuh Xanes dan juga Korian tercabik-cabik dengan sangat mengerikan dan juga menjijikkan. Hanya terlihat gumpalan darah dan juga daging di sana. Bahkan Max sudah tidak dapat mengidentifikasikan mereka sebagai manusia atau tidak. Hujan dan juga cipratan darah menghujani ruangan ini dengan sangat mengerikan, Max sudah tidak mampu berkata-kata dan juga mengucap apa-apa lagi. Pemandangan ini sudah terlalu mengerikan baginya yang bahkan sudah membantai gerombolan para Vampir dengan waktu yang cukup lama dan sangat kejam. Hal ini membuatnya mengingat kejadian di desanya pada saat masih kecil beberapa tahun yang lalu. Sementara itu para Vampir, berdiam diri dan menikmati hujan darah di sekitar mereka. Mereka tertawa, menari-nari, dan juga menjulurkan lidahnya lebar-lebar. Mencoba merasakan aroma dan juga bau darah yang berada di sana. Mereka berpesta menikmati kematian Xanes dan juga Korian, bahkan Marcus Decipio membawa sebuah gelas dia sembunyikan di balik bajunya agar bisa meminum darah Korian dan juga Xanes di sana dengan nyaman. Terlihat sangat mengerikan dan juga menjijikkan di saat yang bersamaan. “Ada apa pemburu? Apa kau sudah tidak bisa berkutik lagi? Sudah kubilang kan kalau kami mengetahu apa kelemahan terburukmu. Meskipun kau sudah membantai kaum kami dengan keji dan tak berperasaan, aku tahu jika kau sudah tidak menyaksikan pembunuhan kaummu sendiri untuk waktu yang cukup lama. Maka dari itu, kupersembahkan padamu, pesta darah yang kami langsungkan secara dadakan ini!” Ujar Marcus Decipio dengan entengnya kepada Max yang mengalami trauma singkat saat ini. “Kalian, Monster!” Balas Max dengan muka meringis dan alis mengerucut. Dia menyiapkan beberapa selongsong peluru ke dalam senapannya berusaha untuk membunuh Marcus dalam sekali tembakan. “Ya benar. Kami memang Monster! Tapi jangan lupa, monster kelas S. Kau perlu menambahkan itu karena kami tidak sama dengan para monster yang Guild kalian sering lakukan untuk pesta bermandi darah terhadap monster-monster itu. Asalkan kau tahu pemburu, Manusia adalah monster dengan tingkatan paling atas diantara kami semua!. Manusia adalah parasit yang membunuh Odessa secara perlahan-lahan sehingga membuatnya hancur dan tidak bisa dimanfaatkan untuk waktu yang lama!” lanjut Marcus Decipio kembali. “Apa kau pikir aku peduli dengan setiap kata-kata yang keluar dari ludah dan gigi yang menjijikkan darimu itu! Kau sudah membunuh rekanku puluhan kali, kau merenggut nyawa dari para warga kampungku dan juga anak-anak yang tidak berdosa. Aku, akan bertindak sebagai Tuhan sekaligus hakim kalian akan membinasakan kaum kalian. Saat. Ini. Juga!” Teriak Max dengan sangat lantang mengalahkan suara gelak tawa dari para Vampir yang sangat keras di ruangan ini. Ternyata, peluru yang sudah dimasukkan oleh Max bukanlah peluru biasa, itu adalah peluru Napalm yang memiliki daya ledak sangat luar biasa. Suara dentuman terdengar sangat keras setelah Max menekan pelatuk dari senapan itu. Hingga akhirnya, semua Vampir di ruangan ini binasa seketika karena ulah Max.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN