Chapter 25 : Penyelesaian Gargoyle

2164 Kata
Beberapa hari telah berlalu. Serangan para Gargoyle telah hilang dari desa ini, membuat semua orang mencoba untuk melakukan aktivitas mereka sehari-hari dengan normal. Sisa-sisa penyerangan para Gargoyle itu tentu saja memakan banyak korban baik bagi pihak manusia maupun pihak Gargoyle itu sendiri. Mereka tidak bisa mengatakan kalau mereka menang dalam pertempuran kali ini karena sesungguhnya semua orang menjadi bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam desa ini. Desa Frello tetap menjadi desa yang luluh lantak akibat penyerangan itu.Namun orang-orang dan warga desa tentu saja tidak bisa melakukan aktivitas mereka dengan normal begitu saja, mereka sekarang sedang berusaha untuk memperbaiki apa pun yang mereka bisa perbaiki. Dimulai dari gedung-gedung yang hancur dan juga bangunan-bangunan tinggi yang runtuh akibat serangan monster-monster itu. Mereka mencoba untuk melakukan restorasi secepat mungkin agar semua bahan dan juga pekerjaan mereka menjadi lebih mudah nantinya. Namun tidak ada yang tahu kapan semua pekerjaan itu akan bisa selesai karena tingkat kerusakan yang terjadi di desa ini benar-benar parah. Semua hewan ternak hampir mati semua dan hanya menyisakan sedikit untuk dikonsumsi. Sedangkan stok-stok makanan juga menipis karena hancur tak disimpan dengan baik karena infrastruktur tempat penyimpanan yang hancur karena ulah para Gargoyle itu. Yang tersisa dan mereka masih punya adalah koin dan juga emas di sini yang mungkin menjadi sangat berharga dimana tidak ada harta lain yang mereka punya selain itu. Mereka rela menukarkan seberapa banyak pun uang dan juga koin yang mereka miliki hanya demi sebuah makanan untuk keluarga dan juga anak-anak mereka di rumah. Sebenarnya bisa saja para Warga mengungsi atau berpindah di tempat lain karena merasa desa ini sudah tak aman lagi. Namun sebagian warga masih takut untuk keluar dari desa karena mungkin saja masih ada beberapa Gargoyle yang berkeliaran di tempat ini. Dan mungkin saja ada beberapa monster lain yang tak kalah ganasnya dari para Gargoyle itu. Dan juga saat sampai ke tempat seberang itu, mereka mungkin akan kebingungan untuk melakukan apa karena mereka tidak punya apa-apa untuk ditawarkan. Mereka bukanlah bangsawan yang bisa saja menggunakan koneksinya untuk mendapatkan rumah dari orang yang mereka inginkan untuk tinggali. Mereka sebagian besar hanyalah warga biasa yang menggantungkan hidup untuk bertani dan beternak. Menyewa Mercenaries untuk mengawal mereka dalam perjalanan saja juga tidak mungkin. Tidak hanya membangun kembali gedung-gedung yang mulai runtuh, para warga dan juga orang-orang yang mengerti akan keperluan medis berjibaku saling membantu untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka akibat pertempuran itu. Sebagian besar dari mereka mengalami luka dalam yang fatal dan juga tidak bisa disembuhkan dan berakhir cacat seumur hidup mereka, dan sebagian yang lain membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk bisa kembali hidup dengan normal. Namun apa pun itu, sumber daya manusia yang dimiliki Desa Frello benar-benar berkurang karena semua serangan itu. Menciptakan kekosongan lapangan pekerjaan di semua sektor sisi pekerjaan dan juga pengamanan. Alasan terbesar mengapa kekosongan lapangan pekerjaan itu ada adalah karena kebanyakan para prajurit yang desa Frello rekrut adalah pria golongan umur 17-30 tahun. Dan di masa usia-usia seperti itu tentu saja masa paling produkitf seorang manusia untuk bekerja dan mencari penghasilan untuk keluarga mereka sendiri. Namun setelah pertempuran itu malah berakhir menjadi cacat dan tidak bisa bekerja dengan normal. Tentu saja hal itu sangat merugikan desa Frello dan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan semua itu kembali kepada mereka. Dan yang paling parah, mungkin Desa Frello menjadi desa di dekat Merleth yang mengadakan pemakaman terbesar sekarang ini. Tidak hanya prajurit terhormat yang ikut dalam pertempuran ikut menjadi peserta dalam pemakaman ini, namun juga para warga lokal yang tak memiliki koneksi atau reputasi apa-apa juga menjadi peserta dalam acara ini. Semua orang menangis tersedu-sedu dalam upacara itu melihat sosok kerabat atau kenalan mereka dimakamkan untuk terakhir kalinya dan menjadi perpisahan mereka antara dunia ini dan dunia lain. Tentu tidak ada yang mengharapkan untuk menjadi peserta dari pemakaman ini namun Sang Raja ternyata telah menyiapkan itu semua untuk mereka. Dan saat ini, Max sedang duduk di dalam aula kastil bersama para prajurit yang masih tersisa. Dia melihat para bangsawan dan juga komandan pasukan saling menari merayakan kemenangan mereka atas para Gargoyle dengan khidmat sekarang. Sebuah band dengan alat musik mereka datang dan memeriahkan acara ini. Mereka semua tampak senang dan bahagia menari dan menyanyi bersama-sama. Namun tidak dengan Max. Dengan tatapan sengit dan juga sinisnya ia menatap tajam kepada para tamu undangan itu. Dia benar-benar tidak setuju jika pesta ini diadakan dalam kondisi seperti ini. Bukan tanpa sebab, mereka menari di atas penderitaan orang-orang kecil di bawah mereka. Orang-orang yang berada di desa sekarang sedang mengemis-ngemis dan membutuhkan makanan untuk sanak saudara mereka. Namun malahan, mereka semua menghambur-hamburkan uang hanya untuk memenuhi perut gendut mereka. Max merasa kalau mungkin mereka adalah orang yang tak tahu malu karena telah terang-terangan mengadakan acara seperti ini. Hanya para bangsawan dan juga orang-orang penting yang boleh ikut di dalam acara ini, dan Max juga diundang. Walaupun awalnya dia menolak untuk hadir karena merasa itu akan menghabiskan waktunya saja, tapi Max tetap ikut namun hanya duduk diam sendirian di sana. Max baru tahu setelah mendengar percakapan para Bangsawan itu kalau ternyata mereka bersama para keluarga Sang Raja bersembunyi tepat di bawah tanah dilindungi oleh salah satu ksatria terbaik mereka. Ksatria khusus yang memiliki kemampuan dan juga teknik di atas rata-rata. Max benar-benar sebal akan hal itu, karena seharusnya kemampuannya bisa digunakan untuk melawan para Gargoyle yang menyerang desa mereka. Mereka terlalu egois untuk menyelamatkan hidup mereka sendiri tanpa harus mementingkan dan menganggap nyawa para warga yang mereka tinggali sebagai nyawa yang berharga. Sementara para ksatria tingkat menengah seperti Larissa, London, dan juga Mosko dibiarkan bertarung dengan para Gargoyle itu meskipun mereka tahu kemampuan mereka tidak setinggi para Ksatria tinggi tersebut. “Apa kau tak suka minum-minuman keras Max? Aku mengira para Mercenaries menyukai pesta seperti ini.” Sahut Larissa kepada Max yang duduk terdiam dan tak melakukan apa-apa sejak tadi. Larissa pun meminum cangkir berisi alkohol yang sebelumnya sudah ditawarkannya kepada Max. “Jika kau berpikir dimana keberadaan Alinzar, percayalah. Kami sudah melakukan apa pun yang kami bisa untuk melakukannya. Dan kemungkinan besar dia memang sudah hilang sekarang,” Ucap Larissa mencoba menebak-nebak apa yang sedang dirisaukan oleh Mercenaries itu. Tapi kemudian Max membalas, “Percayalah juga, aku lebih tahu dari apa pun yang kau tahu soal Alinzar”. Tepat setelah Alinzar meledakkan dirinya bersama Gargoyle raksasa itu, tidak ada tanda-tanda kalau dirinya hidup kembali. Max sudah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, seluruh tubuhnya meledak bersamaan dengan permata yang ada di jantung Gargoyle itu. Membuatnya tak bisa melakukan apa-apa dan menghentikannya. Max benar-benar menyesal karena tidak bisa menghentikan perbuatan Alinzar itu. Dia merasa bertanggung jawab karena telah merenggut nyawa anak itu meskipun bukan termasuk hal yang bisa dia kontrol. Max harusnya mencegahnya saat bocah itu berkata kalau kemampuan regenerasinya sudah hilang dan tak mampu ia dapatkan lagi. Dan soal pengambilan darah itu, Max benar-benar tak berpikir kalau Alinzar akan menipunya dengan seperti itu. Tapi bukan itu yang menjadi masalah terbesar bagi Max sekarang. Dia benar-benar kesal karena tidak ada satu pun orang desa ataupun para bangsawan ini mengakui akan pengorbanan Alinzar hingga merenggut nyawanya sendiri. Mereka selalu berkata kalau kemenangan ini mereka raih bersama-sama dan menciptakan sebuah pasukan yang sangat hebat. Mereka benar-benar berbohong soal memberikan penghargaan kepada Alinzar tentang apa yang telah ia raih. Di saat ia mengetahui itu, Max sudah kehilangan rasa hormatnya kepada desa ini. Dia menganggap kalau mereka semua adalah seekor ular dengan bisa mematikan dan tidak dapat dipegang ucapan atau pun lidahnya. Hanya Larissa lah yang terus berusaha untuk mencari dan meyakinkan para bangsawan di atasnya untuk mengakui tentang pengorbanan sosok Alinzar. Namun saat Larissa mengatakan itu, para bangsawan malah mengatakan kalau mereka tak bisa menerima bantuan dari orang luar. Apalagi seorang monster seperti Alinzar sekarang. Para Bangsawan itu berkata kalau ketahanan dan juga citra dari apa yang bisa dilakukan Frello seorang diri akan menciptakan kengerian dan juga ketakutan bagi warga dan juga orang-orang di sekitar desa itu. Membuat Larissa cukup muak dan tak tahan untuk mendengar alasan itu. Max cukup mengapresiasi apa yang dilakukan Larissa kepada dirinya dan juga Alinzar. Sudah untung Max tetap dianggap sebagai pahlawan karena ikut untuk melawan para Gargoyle itu daripada tidak dianggap sama sekali. Namun meskipun begitu, Max tidak bisa menikmati pesta ini sama sekali. “Apakah kau percaya kalau Alinzar masih hidup sampai sekarang?” tanya Larissa kepada Max mungkin dia bisa menjawab sesuatu tentang keadaan Alinzar sekarang. “Aku tidak tahu pasti, namun aku bisa melihat tubuh dan jiwanya terburai dengan sangat mengerikan saat itu. Relung-relung tulang para Vampir yang aku bisa lihat selama hidupku entah mengapa sungguh berbeda saat aku melihat punya Alinzar, seperti ada sesuatu yang melekat di sana. Mungkin ini hanya firasatku saja, tapi aku tidak yakin Alinzar bisa hidup dengan mudah seperti itu. Dia pasti sudah mati.” Jawab Max. Max memang sudah menyerah untuk berharap kemungkinan kalau Alinzar masih hidup. Dan untuk sekarang, misinya untuk mengalahkan dan membumi hanguskan benar-benar terwujud. Tidak ada lagi Vampir yang tersisa di dunia ini. Semuanya telah hilang dan tidak bisa diburu lagi oleh Max. Namun Max masih tak merasa puas dengan hal itu. Entah kenapa dia masih mencoba untuk mencari tujuan hidupnya yang sesungguhnya di sana bersama dengan niat yang akan dia jalani. “Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang Max?” tanya Larissa kepada Mercenaries itu. Meluapkan pikirannya kepada semua Gargoyle dan juga Alinzar membuat Max lupa tentang apa tujuannya ke tempat ini sebenarnya. Dia ingin untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang yang telah memberikan misi untuk membunuh keluarga Decipio. Max pun lupa untuk memberi tahu kepada Alinzar tentang tujuannya pergi ke tempat ini. Dan mungkin saja, setelah ia membalaskan dendam dari Alinzar dengan membunuh pelaku penyuruh pembunuh keluarganya, Alinzar bisa menjadi tenang kemana pun dia berada saat ini. Max sekarang bingung, apakah dia memang seharusnya mengatakan misi yang dia lakukan sebenarnya kepada Larissa atau tidak. Max merogoh kantong di celananya, mencoba mencari sesuatu dan mengambilnya. Max menarik kertas di sana dan mengambil kertas misi yang diberikan oleh Vivianne sejak awal. Dia berniat untuk membacakannya kepada Larissa, namun akhirnya dia memberikannya kepada Larissa untuk dia baca sendiri. “Ini... Tunggu... Apa kau adalah pembunuh Vampir yang legendaris itu?” tanya Larissa kepada Max. Max pun mengangguk dengan pelan dan berat seperti enggan mengakui kalau dia adalah sosok itu. Larissa pun membacanya kembali, dengan lebih jelas dan detil sekarang. “Decipio... Frello.... tunggu. Jadi ada seseorang yang di desa ini yang menyuruhmu untuk membunuh keluarga Alinzar! Sungguh sangat biadab. Aku tak menyangka ada seseorang yang tega melakukan sesuatu seperti itu.” Hardik Larissa. Namun ksatria wanita itu masih belum tahu kalau sebenarnya Maximillian lah yang menerima semua misi itu dan hanya menerima misi itu. Larissa seharusnya meluapkan amarahnya kepada Max. “Aku sungguh tidak tahu darimana kau harus mencari orang yang bertanggung jawab atas ini semua. Namun dilihat dari capnya, aku bisa mengatakan kalau dia bukanlah orang sembarangan melainkan orang yang sangat penting di desa ini. Dan aku tidak bisa membantumu tentang itu.” ungkap Larissa dengan nada yang sangat rendah. Max pun langsung mengambil kertas itu dengan keras dari tangan Larissa dan berusaha untuk menaruhnya kembali ke dalam kantongnya. “Sudah kuduga kalau kau tidak akan mampu melakukan apa-apa soal itu. Aku juga tidak berniat meminta bantuan0000000000000000000000mu untuk melakukan misi ini.” “Kemungkinan besar ini ada kaitannya dengan Sang Raja. Namun aku tidak bisa menghubungkanmu dengannya. Pangkatku tidak cukup besar untuk bisa langsung berhubungan dengannya. Kau harus berhubungan dengan orang lain yang memiliki pangkat lebih besar dariku.” Ucap Larissa menyarankan Max. Max pun kembali bertanya, “Apa kau kenal seseorang dengan ciri-ciri seperti itu?” “Aku tidak bisa kalau aku mengenalnya dengan dekat. Tapi aku-“ tiba-tiba dua orang prajurit dengan berbaju zirah lengkap datang di hadapan Max dan juga Larissa yang sedang berbincang-bincang. Mereka berdua memberikan Max sebuah surat dengan tinta merah berlambangkan matahari sama seperti lambang yang dimiliki Raja dan kerajaan. “Maximillian Vero, kau diundang oleh Raja untuk datang langsung kepadanya saat ini juga. Kau harus ikut dengan kami”. Seakan-akan semuanya terjadi dengan tiba-tiba, Max bisa mendapatkan apa yang dia inginkan padahal ia kesulitan untuk meraihnya beberapa saat yang lalu. Namun saat ini Max entah merasa beruntung atau sial. Karena bagaimana Sang Raja tahu dengan posisinya yang berada di kerajaan saat ini padahal dia tidak terlalu menonjol berada di dalam pesta ini dan malah tidak ikut aktif berpartisipasi di dalamnya. “Dalam rangka apa Sang Raja mengundangku? Aku bukan siapa-siapa. Aku tak akan pergi sebelum aku mengetahui apa intensi Sang Raja untuk mengundangku bersamanya!” Sentak Max kepada dua prajurit itu. Prajurit itu pun saling menatap bingung dengan rekannya yang di sampingnya. “Raja tidak akan memberikan apa intensinya bertemu kepadamu sebelum kau datang dan bertemu langsung dengannya”. “Max, sebaiknya kau cepat datang menghadapi Sang Raja. Karena mungkin kau tidak akan dapat kesempatan seperti itu lagi. Cepat sana pergi!” bisik Larissa kepada Max. Niat Max bertanya seperti tadi kepada dua prajurit itu hanya untuk mengetesnya. Dan sekarang, Max pun berdiri dan bergerak dikawal oleh dua prajurit itu bersamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN