“Sudah kubilang kan, dia pasti tidak senang jika kita membuat omong kosong seperti ini. Lagi pula, ide siapa yang membuat penyambutan seperti ini? Aku yakin dia pasti tidak pernah mengenal sosok Max sebelumnya!” ungkap seorang Mercenaries tingkat B yang sedang mabuk kebanyakan minum bir. Lalu kemudian seseorang keluar dari pintu yang sudah dilewati oleh Max tadi. Sosok itu adalah Brooks.
“Aku, yang telah mengatakan ide ini semua sejak awal,” Semua orang menjadi terdiam kembali. Mereka semua menghormati dan takut terhadap sosok Brooks. Selain karena memang dia adalah pemimpin mereka, Brooks memiliki sifat tegas saat bersikap kepada para anggotanya. Berbeda dengan saat dia bersikap bersama dengan Max yang selalu memperlakukannya dengan baik dan lembut bak seorang anaknya sendiri, “Maaf karena penyambutan ini gagal. Aku juga tak mengira kalau Max akan bertindak seperti itu. Tapi yang jelas perihal makanan dan minuman ini, semuanya tetap gratis karena aku yang akan mentraktirnya”.
Semua orang kembali bersorak kembali. Jarang-jarang sosok Brooks si kepala Guild mereka berperilaku sebaik ini kepada para anggotanya. Beberapa kali para anggota Iron Hammer sempat mengira kalau Max adalah anak haram dari Brooks karena perlakuannya yang sangat baik dan juga lembut kepadanya. Namun Brooks tidak pernah menolak ataupun membantah tentang rumor yang beredar itu. Atau mungkin saja keberadaan tentang rumor itu memang tidak pernah terlintas atau didengar oleh sosok Brooks sendiri sehingga dia tidak membalas apa pun perihsl rumor itu.
Brooks pun akhirnya duduk di salah satu meja yang kosong di antara meja dan kursi di sana. Dia tampak sedang memikirkan hal berat perihal Max yang sejak dari tadi mengacuhkannya. Hal itu tentu saja membuat hati sosok Brooks yang memang terlihat sangat garang menjadi cukup bersedih melihat sosok Max bersikap seperti itu kepadanya. Max pun memesan salah satu minuman yang sudah dia traktir kepada para anak buahnya untuk ikut bergabung bersama mereka. “Bir satu dengan cakar naga hitam. Pahit dan asin seratus persen asli jangan dicampurkan apa-apa. Aku yakin aku sudah memesan itu juga kan kemarin?” pesan Max kepada Bartender itu. Sang Bartender hanya mengangguk mengonfirmasi apa yang sudah dipesan oleh Max tadi
Sambil menunggu Sang Bartender meracik bir miliknya, Max mengambil sebuah kertas misi yang hendak ia berikan kepada Max tadi. Kertas yang ia pegang sekarang terasa dan terlihat sangat kusam dibandingkan sebelumnya karena Brooks sudah meremasnya terlalu lama semenjak tadi, entah kenapa Brooks merasa kalau misi ini sangat penting sampai-sampai hanya sosok Max lah yang harus berangkat untuk melakukan misi ini bukan orang lain. Brooks tahu seberapa besar kemampuan yang dimiliki oleh sosok Max maka dari itu dia hendak mencoba untuk memberikan misi terakhir itu baginya.
Di kantong bagian kiri Brooks, ada sebuah emblem atau pun juga lambang panji milik Guild Iron Hammer yang sama seperti namanya berbentuk palu berwarna silver. Brooks memiliki lambang dan panji itu sesaat setelah guild ini dibangun. Dia menyuruh agar semua orang yang menjadi anggota guild ini memiliki lambang itu karena agar bisa dapat mudah di identifikasi bila mana mayat mereka sudah tidak bisa dikenali saat berada di dalam peraturan. Selain itu, mereka juga dapat menjelaskan alasan mereka datang ke suatu tempat hanya dengan menunjukkan lambang dan emblem itu kepada orang yang mungkin membutuhkannya. Cara ini benar-benar sangat efektif sampai-sampai Guild lain meniru metode ini dari Guild Iron Hammer.
“Ini Tuan, Minuman Anda sudah siap sesuai dengan pesanan yang Anda minta.” Ujar Bartender itu memberikan sebuah gelas kayu penuh dengan minuman. Aromanya yang benar-benar pekat dan cenderung tidak dapat dicium oleh manusia biasa membuat banyak orang yang melintas atau lewat di sekitar Brooks menyingkir dengan sendirinya. Minuman yang dipesan oleh Brooks adalah minuman khas daerah utara tempat para barbarian berkumpul. Sedangkan Brooks sendiri cukup menikmati minuman itu karena alasan yang tidak pasti. Brooks langsung saja meminum minuman yang ada di gelasnya saat ini.
“Sudah kuduga kau akan ada di sini. Dimana Max?” sosok wanita cantik memakai topi penyihir datang sambil berusaha mengagetkan sosok Brooks di sampingnya. Brooks yang tak melihat siapa berada di sampingnya tersedak karena kager meminum minumannya sendiri. Brooks pun langsung saja menurunkan gelasnya mencoba mencari tahu siapa yang berada di dekatnya saat ini.
“Vivianne, jika kau ingin memanggilku, pastikan aku sudah meminum minumanku dengan benar dengar! Aku bisa mati karena tersedak minumanku sendiri tadi! Untung saja aku sudah siap siaga menerima apa yang akan terjadi!” Balas Brooks dengan kesal. Vivianne hanya membalas dengan tersnyum karena ulah jahilnya berusaha untuk menggoda Brooks. Mereka berdua terlihat sebagai sosok dua orang yang sangat akrab terlihat saling bercanda satu sama lain tak mengenal batasan. Meskipun usia di antara mereka terlihat terpaut cukup jauh.
“Tentang Max, maaf. Sepertinya kau harus memberikan misi ini sendiri kepada dirinya. Dia berkata kepadaku kalau dia tidak ingin bekerja sebagai Mercenaries lagi. Walaupun dia sendiri bingung apa yang harus dia lakukan jika tidak bekerja menjadi Mercenaries.” Jelas Brooks kepada Vivianne. Wanita itu pun akhirnya memesan satu minuman juga kepada bartender di sana berusaha untuk menemani Brooks yang minum sendirian.
“Kenapa bisa begitu? Bukankah dia terlihat menikmati sekali sebagai seorang Mercenaries? Aku mengira kalau membunuh Monster adalah hobinya. Dia tidak terlihat memiliki tanda-tanda ingin pensiun saat aku berusaha untuk menghubunginya. Oh tidak, jangan bilang dia kenal dengan seorang wanita dan berusaha menikahinya? Jika memang benar begitu, Itu menjadi sesuatu yang sangat gawat!” balas Vivianne. Brooks hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa kalau Vivianne sedang salah paham akan sesuatu di sini.
“Aku meragukannya. Max adalah sosok yang bahkan tidak pernah melirik atau melihat seorang wanita. Mustahil baginya bisa berubah pikiran secepat itu hanya karena jatuh cinta dengan seseorang. Dia memikirkan sesuatu yang lain, sesuatu itu pasti benar-benar menyiram hati dan pikirannya. Dan aku yakin, Ini berhubungan dengan masa lalunya yang kelam saat seluruh desa termasuk keluarganya sendiri dibinasakan oleh kaum Vampir.” Jelas Brooks mencoba untuk memberikannya suatu petunjuk dengan apa yang terjadi kepada sosok Max sebenarnya. Namun karena Vivianne tidak mengenal sosok Max sedalam Brooks, dia masih bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Brooks.
“Ya aku tahu perihal itu, namun apa hubungannya dengan misi yang baru saja dia jalani sampai-sampai dia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang Mercenaries? Apakah mungkin dia terluka parah sekarang sampai-sampai mengalami sebuah kutukan atau luka yang tak bisa disembuhkan sehingga hal itu menghambatnya saat memulai bertarung? Karena jika memang itu alasannya, aku bisa berusaha untuk membantunya!” Ungkap Vivianne, sambil mengangkat tongkat sihirnya di atas meja. Tongkat sihir yang berkilau dengan sebuah batu sihir berwarna zamrud di ujungnya.
“Saat Max melakukan misi itu. Dia sadar kalau dia menemukan seorang bocah Vampir. Max sadar, bocah itu memiliki nasib dan juga takdir yang sama dimilikinya. Keluarga mereka berdua sama-sama dibinasakan di depan mata kepala mereka sendiri. Saat Max memiliki kesempatan untuk membunuh Bocah Vampir itu, hatinya melunak. Dia mengampuni nyawanya. Ini merupakan suatu hal yang sangat berbeda dari sosok Max yang biasanya bertindak sangat keji dan tanpa ampun. Aku melihat sosok Max benar-benar berubah daripada sosok yang aku temukan beberapa tahun yang lalu.” Ungkap Brooks memahami kondisi Max sekarang.
“Dan aku sebagai walinya sekarang, merasa tidak memiliki kemampuan ataupun kuasa untuk menghentikan niat mulia sosok Max tersebut. Mungkin dia merasa kalau aku bukan siapa-siapanya. Tapi bagiku, Max adalah sosok yang benar-benar luar biasa. Aku tidak pernah melihat sosok anak yang sangat jenius seperti itu sebelumnya selama hidupku. Sebuah kebanggaan tersendiri sebenarnya bisa melihatnya tumbuh kembang menjadi sosok sekarang. Sosok yang berdarah dingin dan mau membunuh semua targetnya dengan sangat keji berubah menjadi sosok yang penuh pemaaf.” Brooks terus saja bergumam tanpa henti mengatakan semua kelebihan tentang Max seperti lupa kalau ada sosok Vivianne di sampingnya.
“Lalu bagaimana dengan misi ini? Hanya Max lah kandidat yang cocok untuk melakukan misi ini. Tidak bisakah kau melakukan sesuatu seperti membujuknya atau semacamnya agar Max mau melakukan misi untuk terakhir kali ini? Karena misi ini benar-benar penting bagi kita semua anggota guild Iron Hammer!” Balas Vivianne merasa khawatir misi yang dia ajukan tidak bisa berjalan dengan lancar. Namun tidak ada yang tahu pasti apakah sosok Max akan benar-benar mau menerima misi itu dari Vivianne.
“Aku tidak bisa menjanjikan atau memastikan apa pun kepadamu Vivianne, Aku juga berterima kasih kepadamu karena telah bekerja kepada Guild ini sampai benar-benar menguras darah dan keringatmu. Namun jika kau memang ingin agar Maxlah yang menerima misi ini, aku himbau agar kau sendiri yang pergi dan memberi tahunya. Jika dia mencoba untuk mendengar perkataan dariku, dia pasti mengira kalau aku adalah orang yang tamak dan juga memanipulasinya untuk melakukan sesuatu untukku. Namun jika itu kau, mungkin dia akan berubah pikiran Vivianne.” Ujar Brooks kepada penyihir cantik itu.
Vivianne langsung saja berdiri dan membawa tongkat sihirnya berusaha untuk menghampiri Max. “Baiklah kalau itu maumu. Sekarang, di mana kemungkinan besar dia berada? Aku akan segera menemuinya dan memberitahukannya sendiri tentang misi ini”.
“Wow... wow... tunggu dulu. Kau belum menghabiskan minumanmu ini,” Brooks menunjuk gelas minuman milik Vivianne yang masih penuh belum disentuh oleh bibir manisnya sedikitpun. Walaupun itu adalah minuman ringan dan tidak memiliki kadar alkohol yang tinggi, tetap saja minuman itu dibuat khusus untuk sosok Vivianne dan dia harus menghabiskannya. “Pak Jayce akan menangis jika kau tidak menghabiskan minumanmu terlebih dahulu. Dia sudah susah payah meracikkannya kepadamu dan kau malah meninggalkan gelas mungil ini sendirian. Benar kan Pak Jayce?”
Pak Jayce adalah nama bartender di guild Iron Hammer. Dia dikenal sebagai sosok yang pendiam dan tak banyak omong. Namun setelah mendengar celetukan dari Brooks dia langsung saja tertawa kecil membalas sosok Brooks yang memang merupakan sosok pemimpin dan pemilik tempat ini.
Tanpa basa-basi, Vivianne langsung saja meneguk satu gelas itu dalam sekali tegukan tanpa bernafas. Brooks dan pak Jayce melongo melihat Vivianne yang seperti itu berusaha sangat buru-buru untuk bertemu dengan Max hari ini. “Sudah kulakukan. Sekarang katakan padaku dimana kemungkinan dia berada. Misi ini haru diselesaikan besok lusa. Karena jika tidak, mungkin orang-orang yang akan kita selamatkan tidak akan mampu untuk selamat dan mati sia-sia. Kumohon untuk jangan membuang-buang waktuku lagi”.
“Baiklah jika itu maumu,” Brooks berdiri berusaha untuk memberikan petunjuk kepada Vivianne tentang kemungkinan lokasi sosok Max berada sekarang, “Dia kemungkinan besar berada di dalam taman Eden sekarang. Karena di pagi-pagi seperti ini dia biasanya akan bangun dan melihat kehidupan manusia normal pada umumnya. Namun jika memang dia tidak ada di sana, dia kemungkinan besar sedang berada di rumah penginapan tempat wanita berkunjung dan menikmati jasanya.” Ungkap Brooks yang benar-benar mengagetkan sosok Vivianne, karena beberapa saat yang lalu Brooks mengatakan hubungan antara Max dan juga para wanita yang tidak wajar dan cenderung canggung.
“Tunggu, beberapa saat yang lalu kau bilang hubungan Max dan para wanita tidak terasa semestinya dan dia cenderung mustahil untuk melakukan hal seperti itu. Lalu mengapa kau mengatakan kalau dia sering pergi ke rumah bor-dil? Itu jelas-jelas merupakan suatu kontradiksi antara sesuatu yang kau katakan dengan sesuatu yang baru saja kau katakan tadi.” Ungkap Vivianne merasa bingung, namun Brooks hanya tersenyum karena sepertinya Vivianne memang tidak mengenal sosok Max sedalam yang ia kenal.
“Kau belum mengenalnya sedalam yang aku kenal. Hanya itu dua tempat yang terpikirkan dalam kepalaku, jika memang kau tidak menemukannya dimana-mana. Aku tak tahu lagi dia menghilang kemana. Mungkin dia sudah pergi keluar dari kerajaan ini. Dan jikapun ia memang melakukan itu, pasti jaraknya masih belum terlalu jauh untuk dikejar.” Balas Brooks kepada Vivianne. Penyihir itu pun akhirnya melambaikan tangannya sambil mengucapkan selamat tinggal kepada Brooks dan juga mengucapkan terima kasih kepada pak Jayce sudah memberikannya minuman yang enak sekali.
Sementara itu di sisi lain, segerombolan orang dengan memakai baju zirah lengkap dengan lambang Iron Hammer di d**a mereka bergumam sedang berusaha untuk merencanakan sesuatu, “Kau dengar itu Jacob? Sebaiknya kau juga harus bergegas sebelum targetmu kabur dari sasaranmu”.
“Benar, terima kasih atas saranmu. Mungkin saja aku tidak akan kembali untuk beberapa saat. Namun jika itu memang terjadi, kalian tahu dimana aku berada dan apa yang harus kalian lakukan”.