Chapter 31 : Kastil Kematian

2063 Kata
Max tak mampu untuk menghindar ataupun melawannya sekarang. Tubuhnya benar-benar tak mampu untuk melihat apa yang ada di hadapannya sekarang. Benar-benar sangat menyakitkan dan juga sangat menyedihkan, melihat sosok Larissa yang dia kenal sebelumnya sangat cantik menjadi sosok yang hampir tak dapat ia kenali sebelumnya. Max pun berlari meskipun hanya bisa bersimbah darah dan meninggalkan jejak-jejak kaki yang sangat bernoda di atas lantai sekarang. Makhluk itu yang Max sudah tak dapat kenali sekarang malah mengejar Max dengan kemampuan sayapnya melayang menerjang mencoba untuk menghentikannya kabur dari ruangan ini bersamanya. Dengan beberapa peluru yang masih tersimpan di Revolvernya, Max mencoba untuk menembak monster itu mencegahnya untuk berjalan lebih jauh atau menyerangnya dengan brutal. Tapi tembakan peringatan itu tak berhasil membuat monster itu mengalihkan perhatiannya dari sosok Max sekarang. Dia tetap saja meluncur terbang di udara berusaha untuk menyerang Max dengan tubuh barunya itu. Tembakan yang dibuat oleh Max malah membuatnya berteriak dengan nada yang sangat tinggi menggema ke seluruh ruangan sehingga memekakkan telinga Max yang berada tepat di hadapannya. Teriakan itu membuat Max cukup tersentak walaupun hanya untuk sementara dan membuatnya terdiam sambil menutup kupingnya yang sekarang berdengung dengan sangat keras. Max pun mencoba untuk tidak menghampiri Larissa sekarang dan terus saja berlari menuju pintu yang ada di hadapannya sekarang. Tampaknya Larissa tidak senang dengan apa yang hendak Max lakukan saat ini, alih-alih menyerangnya dengan cakar dan juga taring yang dia miliki sekarang, Larissa malah menendangnya dengan kedua kakinya yang meluncur di atas udara dan membuat Max terdorong keluar dari ruangan dan menuju ruangan selanjutnya tempat para pesta dilakukan. Max tidak bisa menghindar dari serangan yang sangat tiba-tiba dan mematikan itu sehingga dia harus menerimanya dengan badan yang sangat terluka parah dan cenderung sangat sulit untuk disembuhkan ataupun di pulihkan. Tendangan Larissa itu membuat Max terdorong cukup jauh sampai pintu yang terbuat dari khusus di depannya hancur berantakan dan membuat kepingan-kepingan kayu yang lain. Pintu yang seharusnya dibuat dengan sangat kuat menghalau orang-orang yang ingin masuk ataupun keluar malah hancur dengan mudahnya seperti itu. Max tak tahu apa yang terjadi dengan Larissa namun dia yakin kekuatan yang Larissa miliki saat ini berbeda dengan Gargoyle yang dia hadapi sebelum-sebelumnya. Membuatnya bingung apa yang membuat Larissa bisa sekuat itu jika dibandingkan Gargoyle yang lain. Terbaring kesakitan di atas lantai ruangan “Pesta” itu, Max melihat sekitarnya dengan jelas walaupun penglihatannya sedang berkunang-kunang sekarang. Tampak banyak sekali manusia yang dirubah menjadi Gargoyle dengan paksa memangsa para manusia yang belum atau sedang berubah menuju menjadi monster itu sekarang. Max tak sanggup melihatnya karena sebagian mata dan wajahnya sendiri sedang tertutup oleh darah sekarang. Apa pun yang dia lihat hanyalah warna merah dan juga menyala seperti noda yang sangat sulit untuk dihilangkan. Max tidak mencoba untuk mengusap mata ataupun wajahnya karena Darah yang menempel itu, dia terus saja menatap dengan tertegun dan sangat syok melihat keadaan di sekitarnya saat ini. Dia mencoba bangun dari baringannya, berusaha agar menghindar serangan Larissa yang telah diubah menjadi Gargoyle itu tepat berjalan di depan matanya. Max pun berteriak, “Larissa! Ini aku! Aku yakin kau masih ada di sana! Jika kau mendengarku, Cepat sadarlah!” Teriakan itu ia kumandangkan dengan penuh keyakinan sehingga dia tak mampu untuk mengeluarkan semua pita suaranya agar Larissa yang dia yakini masih berada di dalam sana bisa mendengarnya. Dengan menumpu kepada lutut dan kakinya yang masih terluka dan keropos akibat luka pertarungan sebelumnya, Max menarik Revolver dari pinggangnya dan mencoba untuk membidik Larissa sekarang. Dia tak tahu berapa jumlah peluru yang ada di setiap selongsong Revolver itu sekarang tapi yang jelas dia yakin jika satu tembakan pun akan mampu membuat Larissa pergi dari dunia ini dengan tenang dan juga damai. “Jika kau memang tak mampu mendengar suaraku Larissa, tidak apa-apa. Aku pastikan kau dapat hidup dengan tenang di kehidupan yang lain”. Sangat berat bagi Max untuk menarik pelatuk dari Revolver itu karena meskipun mukanya sudah bertransformasi menjadi seorang monster yang tidak dia kenal, sebagian bentuk muka dan struktur tubuhnya masihlah seorang Larissa yang dia kenal. Max bimbang apakah memang jika dia menarik pelatuk Revolver itu bisa membuat Larissa pergi dengan tenang atau kah malah membuat kesempatan Larissa untuk hidup kembali dengan normal menjadi Nihil. Max memicingkan matanya dan meringis ketakutan, ini sama seperti saat dia mencoba untuk menembak Alinzar beberapa waktu yang lalu. Dia takut jika keputusannya itu menjadi keputusan yang salah dan tidak bertanggung jawab lagi nantinya. Max menarik pengaman Revolver itu, bersiap untuk menembakkannya sekali lagi tepat di kepalanya. Sedangkan Larissa tampak benar-benar sudah tidak dapat diidentifikasi sebagai manusia lagi. Dia terus saja meraung dan juga berteriak dengan histeris seolah-olah segala sesuatu yang ada di sekitarnya hanyalah mangsa dan musuh. Max tak mampu membaca pikiran Larissa yang sekarang karena tentu saja dia bukan Larissa yang dia kenal sebelumnya. Larissa bergerak maju sekarang dan kembali berlari mencoba menerjang Max mencoba untuk menerjangnya sekali lagi. Max sudah yakin sekarang, dia pun menekan pelatuk Revolvernya mengarah ke arah kepala Larissa. Namun ternyata tembakan Max meleset. Karena dari samping dan tanpa sadar karena telinganya berdengung sejak tadi, Gargoyle lain menyerang Max sehingga membuat bidikannya melenceng. Max diseret dan dibawa ke atas tanpa bisa bergerak sekarang karena kedua kakinya dibelenggu oleh Gargoyle asing itu. Max tak tahu dia akan dibawa ke mana oleh Sang Gargoyle karena memang dia tidak tahu apakah dia akan membunuhnya seketika atau tidak. Sampai akhirnya Gargoyle itu melempar Max menuju ke arah cermin dan juga kaca sehingga serpihan-serpihan kaca itu menjadi pecah dan tidak terbentuk beraturan lagi menjadi seperti sebuah kepingan-kepingan yang tak terbengkalai. Tak hanya itu, sebagian serpihan beling itu juga menancap di sekujur paha dan juga punggung Max sekarang sehingga dia tidak dapat bangun ataupun naik dengan normal. Revolver dan juga senjatanya yang lain untungnya masih menempel di tubuhnya sekarang sehingga dia bisa menembak para Garoglye yang ingin menyerangnya saat ini. Max benar-benar tak habis pikir kalau Gargoyle itu tiba-tiba menyerangnya. Sang Gargoyle yang menyerang Max tadi berbaring kesakitan di depan cermin yang sudah hancur itu pun menghampiri Max dengan lukanya yang sangat parah.  Max tak tahu apakah memang Garogyle memiliki hati ataupun perasaan, tapi Max bisa melihat dengan jelas Gargoyle itu meringis seperti ingin tertawa jahat memperlihatkan taring-taringnya yang runcing dan sejajar sehingga membuatnya sangat mengerikan namun juga menyebalkan untuk dilihat. Max tak tahan melihat bentukan Gargoyle itu saat ini dan mencoba untuk menembak ke arah mukanya barang kali jika memang itu dapat menghentikannya menyerang Max yang kesakitan. Gargoyle itu mencoba untuk menghantam Max dengan lengannya yang panjang penuh dengan cakar sangat cepat. Untungnya kemampuan regenerasi Max masih bisa dia andalkan untuk saat-saat seperti ini sehingga dia dapat berguling dan menghindar dari serangan dadakan itu. Max pun bangun meskipun tubuh dan juga tulang-tulangnya yang dibuat sebagai penyangga berada dalam kondisi buruk membidik Sang Gargoyle dengan Revolver dan juga Shotgunnya secara bersamaan. Max menembakkan kedua senjata itu dan membuatnya hancur luluh lantak penuh dengan darah dan juga daging yang bertebaran. Mengetahui kalau dia tidak bisa bertahan terlalu lama di tempat ini karena kekacauan berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang mengerikan, satu-satunya cara agar Max bisa selamat tentu saja dengan kabur dari kastil ini dan pergi menuju ke tempat yang lebih aman. Namun dilema kembali melanda sosok Max. Jika dia membiarkan para Gargoyle ini berkumpul di tempat ini dan beredar tanpa ada yang mengontrolnya, maka besar kemungkinan mereka akan menyerang para penduduk dan Frello berada dalam bahaya sekali lagi. Tak akan ada lagi ksatria atau pun Mercenaries yang mampu membantu mereka dalam situasi genting seperti ini. Max berpikir kembali, meskipun berat untuk dilakukan, dia tidak memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan para warga yang tidak memiliki kaitan dengannya saat ini. Jika memang mereka sudah tak bisa diselamatkan, maka itu sudah menjadi nasib mereka yang malang. Menerima dan memiliki Raja yang sangat buruk dan tamak sekaligus kejam. Warga Frello tidak berpengaruh apa-apa baginya maupun sebaliknya. Jika pun Max mencoba untuk menyelamatkan mereka, tidak ada yang bisa dia lakukan seorang diri apalagi dalam kondisinya yang seperti ini. Max pun berlari sambil membawa senjata-senjatanya dan kabur entah kemana pun jalan dan lorong yang berada di depannya sekarang ia hadapi. Menoleh ke belakang hanya membuat Max berlari semakin lambat dan tidak sampai ke tujuan dimana dia inginkan. Namun dengan perlahan dia bisa mendengarkan sebuah suara lirih yang mencoba untuk memanggilnya. Seperti suara wanita yang pernah dia kenal. Suara Larissa. Max yang menyadarinya langsung menoleh ke belakang. “Tidak mungkin. Bagaimana Gargoyle itu bisa menirukan suara Larissa!” Teriak Max dengan lantang seperti mencoba untuk memancing respon dari siapa pun yang telah memanggilnya itu. “Ini memang aku Max, berbaliklah. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu,” Bisik suara itu kembali. Ternyata benar saja, itu adalah sosok Larissa yang telah berubah menjadi Gargoyle. Entah bagaimana caranya, ternyata suara itu tidak muncul langsung dari Sang Gargotyle, melainkan sesuatu yang lain. Max mencoba menebak-nebak apakah mungkin itu sebuah ilusi atau sihir yang sudah dikembangkan oleh para Gargoyle? Ataukah mereka telah berevolusi dalam waktu yang sangat singkat itu. Memikirkan segala kemungkinan itu malah membuat Max berlari semakin kencang dan tidak menghiraukan apa pun suara yang terdengar mirip seperti Larissa itu. Max benar-benar takut. “Jangan lari dariku Max. Jiwaku tidak bisa pergi jauh-jauh dari jasadku yang telah berubah menjadi Gargoyle sekarang. Cepat mendekat kepadaku namun jangan terlalu dekat karena aku masih akan menyerangmu. Namun aku perlu memberitahukanmu sesuatu tentang cara membunuh para Gargoyle ini secara langsung!” Bisik suara Larissa itu lagi. Max pun berhenti dari kejarannya. Bisikan itu tampak sangat nyata dengan segala ucapannya. Dia membalik badannya dan melihat Gargoyle Larissa itu yang terus saja mencoba untuk menyerangnya saat ini. “Bagaimana kau bisa berkomunikasi denganku Larissa? Bukankah kau sudah mati dan berubah menjadi Ghoul sekarang?!” “Kau telah membangkitkan jiwaku kembali Max! Aku tak tahu apa yang terjadi, namun setelah aku mendengar teriakanmu yang masuk menuju relung jiwaku, aku seperti terlahir kembali. Namun aku yakin ini hanya singkat. Dan aku tidak bisa mengendalikan tubuhku kembali. Karena aku bukan lagi manusia,” bisik Larissa kepada Max. Max sendiri berjibaku untuk menghindar setiap serangan dari Gargoyle Larissa sekarang sembari mendengarkan apa yang jiwanya coba untuk katakan. “Baiklah kalau begitu. Apa yang kau ingin katakan kepadaku! Aku harap yang kau katakan tadi bukanlah omong kosong. Aku sudah tak sanggup melawan monster menjijikkan ini lagi sekarang!” “Kau lihat barel yang tertumpuk di pojok ruangan itu?” Max melirik ke arah pojok ruangan, dia melihat barel yang dimaksud oleh Larissa dan lanjut menghindar setiap serangan dari Gargoyle itu. “Itu adalah barel yang berisi anggur mengubah kami menjadi Gargoyle seperti sekarang. Aku ingin kau menembaknya dengan senjata terbaik yang kau punya dan segera kabur dari ruangan ini. Barel itu mempunyai potensi ledakan yang sangat besar apabila mengenai bubuk mesiu. Dan setelah kau melakukannya, kau harus segera kabur dan menyelamatkan dirimu sendiri dari ledakan itu!” “Apa yang kau katakan? Bukankah itu berarti aku harus membunuh kalian semua di saat yang bersamaan dan juga menghancurkan kastil ini? Jika orang-orang Frello tahu kalau aku yang meledakkan kastil ini mungkin mereka akan menganggapku sebagai musuh dan tidak mengetahui kalau Gargoyle telah memenuhi kastil mereka. Dan juga kau Larissa, kau tidak akan memiliki kesempatan untuk hidup kembali dan mendapatkan tubuhmu!” Teriak Max tak setuju dengan rencana yang diberikan Larissa kepadanya. “Semuanya sudah terlambat Max. Kami memang pantas menerima hukuman yang keji seperti ini. Hukuman karena melalaikanmu, Alinzar dan juga para Warga. Desa ini memerlukan awalan yang baru. Dan aku harap kau bisa melakukannya saat ini. Memang berat untuk melakukannya, namun hanya kaulah satu-satunya orang yang mampu untuk melakukan ini saat ini Max. Ini demi aku Max. Mau kah kau menerima permintaan terakhir dariku ini sekarang?” bisik Larissa seperti meminta-minta membuat Max benar-benar tak tega. Mengambil senapannya dan mengisinya dengan peluru terbaik yang dia punya, Max membidik barel yang tertumpuk menggunung itu. Banyak sekali Gargoyle lalu lalang menghalangi jalur tembakannya. Namun akhirnya dia menembakkan pelatuk senapannya tepat ke arah barel itu sehingga membuat barel itu menimbulkan sebuah percikan api yang sangat besar dan kilat. “Aku melakukan ini bukan untukmu Larissa, tapi untuk Alinzar”. Max berlari menuju jendela. Dia menerobos jendela kaca itu dan melompat keluar tanpa tahu kalau dia berada udara dan jatuh menuju ke bawah sekarang. Dia dapat melihat ledakan yang sedikit demi sedikit menghancurkan setiap bagian dari kastil itu. Max hanya bisa memejamkan matanya, menikmati saat-saat terakhirnya berada di dunia sekarang. Max pun mendengar bisikan Larissa untuk terakhir kalinya, “Terima kasih, Max”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN