Sang Raja, mati seketika menerima peluru emas tepat bersarang di dadanya. Dia mati mengenaskan sambil memegang jantung dan juga badannya. Peluru emas itu sangat efektif untuk melawan seorang Werewolf yang mematikan. Dan Max sudah membunuhnya dengan akurat. Tidak ada kesempatan bagi Sang Raja untuk bisa tetap hidup dan juga tetap berdiri setelah terkena peluru emas itu. Karena Max sudah tahu bahwa kelemahan terbesar Werewolf tidak berbeda dengan Gargoyle atau pun Vampir.Werewolf adalah makhluk yang memiliki kekuatan dan semakin bertambah kuat apabila malam menyertainya dan membuat bulan menjadi sekutu mereka. Namun mereka hanya bisa berjalan dan berubah wujud ketika malam tiba. Max tidak pernah melawan makhluk itu, namun dia memiliki rumor kalau makhluk seperti itu ada sama seperti Vampir di Merleth. Max selalu membawa peluru emas itu, namun dia tak pernah menggunakannya. Dan sekarang, Max benar-benar beruntung dengan itu.
Max ingin sekali berbaring dan juga mengistirahatkan badan dan matanya di lantai kastil singgasana yang dingin ini. Namun dia tahu jika dia melakukan itu maka tidak akan memperbaiki segala situasi yang rusak di sekitarnya. Max memegang luka yang alami sekarang, terasa lembut dan juga mengenaskan di saat yang bersamaan. Dia tak tahu luka bekas cabikan ini akan sembuh dengan sendirinya sama seperti sebelumnya atau tidak, karena memang dia tidak tahu sampai berapa dan kapan batas dari regenerasi luka yang dia miliki.
Namun hasrat untuk memejamkan matanya tiba dengan sangat mendesak di mata Max. Membuatnya benar-benar ingin memejamkannya walaupun hanya sesaat. Namun Max berpikir, dia mungkin akan memejamkan mata ini untuk selamanya. Dia pun memikirkan segala cara agar pikiran dan matanya bisa tetap terjaga dan juga melek dengan sangat jelas. Max berusaha keras agar semuanya menjadi sesuai dengan keinginannya. Dia memikirkan semua kenangan baik dan juga kenangan buruk yang telah melintas dan melewati semua hidupnya. Hal ini dia lakukan agar tetap menjaganya menjadi seseorang yang waras dan bisa hidup walaupun entah sampai berapa lama nyawanya menggantung.
Tapi tiba-tiba dari arah gerbang, terdengar suara orang menggedor-gedor pintu dengan sangat keras seperti mencoba untuk masuk ke dalam. Max pun menoleh ke arah gerbang itu, memeriksa siapa pun yang mencoba untuk masuk ke dalam bersamanya dan bersiap-siap jika memang musuh akan datang. Walaupun Max sudah memperkirakan bahwa itu adalah suara para tamu undangan yang berubah menjadi Gargoyle, dia masih tidak bisa berdiri dan juga mengalahkan mereka semua di saat yang bersamaan. Tenaga Max benar-benar habis sekarang dan tidak bisa ia gunakan sama seperti sebelumnya.
Namun ternyata seseorang masuk dari luar membuka pintu itu. Dia adalah Larissa, nampak masih sama seperti sebelumnya. Belum terpengaruh apa pun dan juga datang berlari melihat Max yang tersungkur di lantai. Dia berteriak, “Raja, keadaan darurat! Entah kenapa semua orang berubah menjadi Gargoyle! Aku tidak tahu apa yang-“
Larissa baru sadar. Kalau orang yang terbaring di lantai tersebut tidak hanya Max. Melainkan Rajanya juga dalam bentuk manusia bersimbah darah akibat peluru yang menyasar tubuh Raja itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka berdua sampai-sampai kedua orang ini menjadi terluka parah seperti ini. “Tidak-tidak mungkin. Apa yang terjadi? Raja, mana mungkin kau mati secepat ini!” Teriak Larissa berlari menuju Rajanya terlebih dahulu, setelah sebelumnya berlari dan mencoba untuk mengkhawatirkan Max tepat berada di depannya.
“Max, apa yang telah kau lakukan?” Ucap Larissa bingung dan bergetar. Dia menemukan sebuah peluru emas tertancap dengan tepat di jantung Sang Raja menempel cukup dalam mengenai jantung dan menghentikan detaknya. Max tentu saja tak bisa berkata apa-apa untuk menyangkalnya. Karena memang dia lah tersangka dari pembunuhan Sang Raja Frello itu. Max mencoba sekuat tenaganya untuk bangun dan berdiri dengan menggunakan kedua kakinya. Dia menaruh Revolvernya ke dalam kedua kantongnya, dan berusaha untuk tidak membuat Larissa berperilaku ganas dan mencoba untuk menyerangnya.
“Dia telah mencoba untuk membunuhku Larissa. Aku hanya berusaha untuk membela diriku sendiri dengan menembaknya dan tak sengaja membunuhnya. Dan setelah kami berbincang-bincang cukup lama, aku rasa kau tak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Orang-orang yang telah berubah menjadi Gargoyle itu merupakan ulahnya! Dia sendiri yang telah mengubah rakyatnya menjadi seorang gerombolan Gargoyle!” Teriak Max mencoba untuk membela dirinya. Namun Larissa tidak menoleh ke arah Max, dia masih sibuk untuk melihat kondisi Sang Raja yang mati mengenaskan saat ini.
Menatap Sang Raja mati dengan sangat tragis, Larissa mulai menangis dan mendambakan kerinduannya atas sosok Sang Raja tersebut. “Bohong!” Teriak Larissa menyangkal pengakuan Max. Dia pun menoleh ke sekelilingnya, melihat para prajurit yang juga ikut meninggal dalam kondisi tak jauh beda dengan Rajanya saat ini. Hingga akhirnya Larissa datang ke salah satu mayat prajurit itu. Larissa dapat mengenalnya, dia adalah mayat London. Walaupun mukanya sudah hancur karena memang tengkoraknya sudah pecah, Larissa bisa mengenalnya dari emblem yang dikenakan oleh London di kalungnya. Larissa makin menangis menjadi-jadi setelah melihat itu.
Sampai cukup lama dia menangisi seseorang yang sangat dekat dengannya sampai menggema ke seluruh ruangan ini, Larissa pun bangun dan menarik pedangnya. Dia mengacungkannya tepat ke arah Max yang bersimbah darah dengan sangat hebat sekarang ini. Bahkan mukanya yang berwarna hitam dan darah penuh dengan debu dan darah ini sudah tidak bisa dikenali dengan jelas lagi. Max tidak berusaha untuk melawan Larissa dengan cara seperti ini, karena Max tahu kalau Larissa adalah salah satu orang yang baik. “Membawa seorang Mercenaries sepertimu ke dalam desa kami memang sebuah kesalahan. Aku tahu sejak awal kalau kau akan mencoba untuk mengkhianati kami jika kau memiliki kesempatan untuk melakukan itu. Mulai sekarang, aku tidak akan mengampunimu wahai pemburu.” Ucap Larissa dengan nada yang sangat serius dan berhenti menangis dalam sedihnya. Larissa, benar-benar berada di dalam mode bertarungnya saat ini.
Pedangnya bersinar dengan terang. Mirip seperti teknik yang digunakan oleh dua ajudan sebelumnya. Tapi Max tidak berusaha untuk melakukan apa-apa agar mengantisipasi serangan itu. Dia malah membuang semua senjata dan juga peralatan yang melekat di dalam tubuhnya. Hanya menyisakan dirinya dan juga pakaian yang menjadi pekat karena bersimbah darah penuh kotoran dan juga koyak karena pertempuran sebelum-sebelumnya. “Aku belum menjelaskan apa pun kepadamu Larissa. Dan kau langsung saja mencoba untuk menyerangku seperti ini?” tanya Max sambil mengangkat tangannya.
“Tidak ada penjelasan yang bisa kau ucapkan kepadaku. Semuanya sudah terlihat dengan jelas. Kau membunuh Raja dan juga para prajuritnya. Kau bahkan membunuh London dengan keji seperti itu tak membuat dirinya menjadi manusia lagi. Satu-satunya penjelasan yang kau bisa jelaskan adalah penjelasan atas semua perbuatan yang kau lakukan di surga!” Larissa langsung saja meloncat dan melaju dengan sekencang cahaya mencoba menyerang Max yang ada di sana. Tetap saja Max teguh dengan pendiriannya. Dia bahkan tidak memiliki apa-apa menempel dalam tubuhnya, Menerima semua serangan dengan sangat terbuka lebar kepada Larissa.
Jantung dan juga badan Max tertusuk lagi, entah untuk ke berapa kalinya. Tusukan itu sampai membuat pedang milik Larissa tembus dan mengambilnya dari belakang punggung Max lagi. Sangat lebar luka dan juga lubang yang diberikan Larissa kepada Max membuat dirinya langsung terjatuh ke lantai meraung-raung merasa kesakitan luar biasa. “Itu adalah ganjaran yang kau terima karena mengkhianati kami. Jangan buat aku melihat wajahmu yang menyedihkan lagi di tempat ini.” Cakap Larissa dengan sinis ke arah Max yang terbaring di lantai itu.
“Sungguh sangat mengesankan Larissa. Teknikmu benar-benar mirip dengan ajudan kejam yang baru saja aku kalahkan. Katakan padaku, apakah kalian menjalani latihan yang sama sehingga mendapatkan kekuatan sekeren itu? Karena jujur saja aku cukup iri dengan kemampuanmu itu,” sahut Max kepada Larissa yang bergerak menjauhinya. Larissa tentu saja langsung menoleh heran bagaimana mungkin Max masih bisa berkata-kata dan menghirup nafas setelah apa yang Larissa lakukan kepada Max. Sudah dengan sangat jelas Larissa bisa merasakan jantung segar yang Max punya di dalam dirinya. Dia mulai memandang Max dengan ekspresi takut dan juga jijik, “Apa... Siapa kau sebenarnya? Monster apa kau ini?”
“Satu-satunya Monster yang perlu kau merasa jijik dan juga tidak percaya itu tentu saja orang yang kau tangisi itu,’ Max menyindir Raja dan juga London yang berada tak jauh darinya. Larissa masih diam karena tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan Max saat ini. “Raja yang kau agung-agungkan dan layani hanyalah seorang manusia pendendam dan juga haus akan darah. Dia tidak sungkan-sungkan melakukan apa pun jika pun itu memang harus mengorbankan orangnya sendiri. Aku merasa sedih dengan Alinzar. Dia telah menanggung dosa yang tidak pernah ia perbuat sebelumnya. Hanya terjebak dalam lingkaran orang-orang rakus dan jahat di sekitarnya. Aku menyesal pernah menjadi salah satu dari orang itu”.
“Dan orang yang menjadi komandanmu itu,” Sindir Max dengan jelas kepada sosok London yang berada di sampingnya. “Jelas-jelas adalah sosok yang buta akan loyalitas dan rela melakukan apa saja jika itu memang harus menyenangkan atasan yang dia layani. Jiwanya benar-benar telah dijual kepada siapa pun yang telah membelinya. Tidak berbeda dengan para bu-dak yang menjual tubuh mereka sendiri. Beda dia dengan b***k hanyalah b***k sudah tahu kalau mereka adalah barang yang bisa diperjual belikan. Sementara orang itu tidak tahu sama sekali. Dia tidak tahu kalau dia adalah seorang Pion dalam permainan lebih besar ini.” Lanjut Max menyindirnya.
“Hentikan ucapanmu! Kau jelas-jelas tidak tahu apa-apa tentang Raja dan juga London! Kau hanya mengandalkan asumsimu belaka untuk menuduh mereka!” Sangkal Larissa kepada Max. Dia benar-benar terlihat sangat tersinggung saat Max mengatakan tuduhan-tuduhan itu kepada orang-orang yang dia kenal. Walaupun sebenarnya Larissa sendiri tak tahu bagaimana kebenaran yang sebenarnya akan tuduhan-tuduhan itu. “Tolong berhenti Larissa. Aku tahu kalau kau adalah orang yang berbeda dengan mereka semua. Kau masih bisa membedakan mana yang kebenaran dan juga mana yang merupakan kerakusan. Kau masih memiliki hati yang murni dan suci Larissa. Lihatlah sekelilingmu. Kau berada dalam kondisi yang tidak aman sekarang.”
Perkataan Max ada benarnya. Dia tidak seharusnya membunuh atau melumpuhkan Max di saat seperti ini. Karena memang situasi berubah menjadi sangat tidak rasional beberapa menit ke belakang ini. Jika pun ia memang ingin menyelesaikan perseteruannya dengan Max, dia mungkin bisa melakukannya lain kali saat semua kekacauan ini telah berhasil diselesaikan dengan baik. “Dan apa yang terjadi setelah kita menyelesaikan kekacauan ini. Apa nasibku akan sama dengan mereka semua yang telah kau bunuh?” tanya Larissa memastikan nasibnya kepada Max.
“Tidak akan terjadi apa-apa. Aku akan pergi dari sini dan tidak akan pernah menemuimu lagi. Urusanku sudah selesai dengan semua omong kosong ini. Aku akan kembali menjalankan hidupku dan memulai kedamaian yang tak pernah aku raih.” Larissa datang ke arah Max, masih dengan pedang di tangan kanannya menggantung seperti ingin menyayat seseorang. Tapi kemudian Larissa memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya, “Dengar, Ini bukanlah perjanjian perdamaian perdamaian. Aku hanya melakukan ini karena aku merasa kau adalah orang yang pantas untuk bertarung denganku melawan para Gargoyle itu. Saat semuanya berakhir, mungkin aku akan memburumu”.
Max tersenyum mendengar itu. Larissa pun kemudian mengulurkan tangannya dan mencoba menjabat tangan Max dan mengangkatnya untuk kembali bangun. Dalam kondisi yang separah itu, memang tidak bisa dipercaya kalau Max masih bisa bangun dengan semua luka itu. Larissa melihat ke dalam luka Max, saking lebarnya dia bahkan bisa melihat tembok di belakang Max melalui lubang itu. “Cepat ambil senjatamu, kita tidak memiliki waktu untuk berdiam diri dan menunggu lukamu untuk tertutup dengan sendirinya.”
Max mengambil senjata yang dia buang awal tadi. Sementara Larissa bergegas pergi melalui gerbang itu untuk menuju ruangan selanjutnya melawan para Gargoyle. Tapi tiba-tiba, Larissa berteriak dengan sangat kencang seperti kesakitan. Matanya berbinar-binar dan menatap ke segala arah. Tangannya dia begarkan sekencang-kencangnya seperti merasa kesakitan dengan sangat luar biasa. Max tidak tahu apa yang terjadi dengan Larissa saat ini namun dia langsung saja buru-buru berlari menghampirinya. “Larissa, apa yang terjadi dengan dirimu?”
“Aku tak tahu, namun aku merasakan rasa sakit yang luar biasa dalam tubuhku. Seperti ada sesuatu yang merangkak keluar dan mencoba untuk mengambil alih tubuhku.” Ucap Larissa tergagap-gagap dan suara yang tidak bisa didengar dengan jelas. “Seberapa banyak kau meminum anggur di pesta tadi? Apa kau meminum semuanya sampai utuh?” Tanya Max mencoba memastikan kepada Larissa dengan apa yang terjadi.
Namun sebelum Larissa bisa menjawab pertanyaan itu. Tubuh Larissa berubah. Tumbuh sayap di punggungnya. Kelopak matanya membalik dan kornea di dalam matanya yang putih berubah menjadi hitam kekuningan. Rambutnya rontok dan tidak menyisakan apa-apa di atas kepalanya. Seluruh kulit dan juga tubuhnya berubah menjadi putih pucat. Tumbuh kuku dan juga cakar di dalam sela-sela jarinya. Larissa, telah berubah menjadi Gargoyle sekarang.
“Tidak, tidak mungkin!”