“Tenang Alinzar, kau bersamaku sekarang,” Balas Max sambil memegang pundak Alinzar yang kebingungan. Alinzar pun menoleh ke arah Max, dan secara refleks dia langsung saja mencakar tangan Max yang memegangnya. Dia terlihat takut dan tidak mengenali Max yang berada tepat di hadapannya saat ini, “Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini!?”
“Alinzar, ini aku! Max! Apakah kau tidak mengingat siapa diriku!” Max tidak terlihat menghindar atau membalas serangan Alinzar tiba-tiba. Dia tetap berusaha untuk menyadarkan Alinzar di sana.
Tapi kemudian Alinzar terdiam, matanya yang awalnya kosong serasa hidup kembali seperti semula. Dia menoleh ke bawah melihat tubuh Max sampai mendongak ke atas. Alinzar sudah mulai bertingkah normal. “Max? Tentu aku mengingatmu. Namun, apa yang terjadi denganku, dirimu. Dimana kita sekarang?”
“Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu Al, aku juga sama bingungnya sama sepertimu. Aku tiba-tiba terbangun di padang pasir ini yang aku tak tahu dimana lokasinya. Memori terakhir yang kumiliki hanyalah meledakkan barel anggur berisi ramuan pengubah Gargoyle bersamaan dengan kastil.
Lalu aku melompat ke bawah dan jatuh. Berakhir terdampar di tempat ini. Aku mengira kalau kau akan lebih tahu dibandingkan diriku. Tapi ternyata kita sama saja,” Ungkap Max kepada Alinzar. Namun Alinzar terlihat tercengang, matanya berbinar-binar seperti menyadari sesuatu di dalam pikirannya. “Tidak mungkin, ini semua tidak mungkin terjadi!”
“Apanya yang tidak mungkin terjadi Al?” Tanya Max bingung mendapati reaksi Alinzar yang menakutkan. “Gurun pasir ini, jangan katakan kalau ini adalah Desa Frello?” Ucap Alinzar dengan ketakutan dan begitu panik. Dia pun bangun, memegang kedua lengan Max yang ada di hadapannya.
“Kita telah mengubah Desa Frello beserta penduduknya menjadi gurun pasir Max. Kita telah melakukannya!” Ungkap Alinzar begitu panik menjelaskan sesuatu yang tak bisa Max pahami saat ini. Bagaimana mungkin Max dan juga Alinzar dapat mengubah desa Frello menjadi gurun pasir? Secara mereka bukanlah penyihir dan tidak memiliki kemampuan magis yang dahsyat.
“Aku tak paham dengan apa maksudmu Al. Tapi aku yakin bukan aku penyebab semua kekacauan ini terjadi”.
Alinzar berlari, menuju padang gurun yang tandus dan tidak ada apa-apa di sana kecuali pasir. Max mengikutinya dari belakang, berlari sambil tertahan oleh pasir di kaki mereka. Membuat mereka tidak bisa berlari dengan leluasa. Tapi kemudian Alinzar berhenti, dia mengeruk pasir di bawahnya. Dan menemukan sebuah mayat tengkorak dengan atribut unik.
Sebuah mahkota dan juga jubah dikenakan mayat itu, Dan Max tentu saja mengenal seseorang yang telah mengenakan pakaian itu. “Tunggu Al, bukankah itu Raja Frello yang baru saja kau temukan!”
Alinzar menoleh ke arah Max dengan muka setengah marah. Alisnya naik dan mulutnya terkunci seperti menahan luapan emosi di dalam dirinya, “Katakan padaku Max, apakah kau telah membunuh Raja Alinzar?” tanya Alinzar dengan singkat jelas dan padat.
“Aku terpaksa membunuhnya. Dia telah menjebakku dan juga mengancam untuk membunuhku. Aku terlibat pertarungan mengerikan dengannya. Dan bukankah itu hal yang sudah seharusnya kulakukan? Dia adalah orang yang keji rela mengorbankan apa pun agar ambisinya tercapai. Orang seperti dia tak pantas untuk hidup!” Balas Max yang entah kenapa malah ikut emosi dengan menjawab pertanyaan Alinzar menggunakan nada tinggi.
Di leher mayat Sang Raja, ada sebuah kalung berbentuk lambang desa Frello. Alinzar mencabutnya dan langsung melemparkannya ke arah Max. Terlempar di atas udara, Max menangkapnya dengan mudah dan melihat kalau itu adalah kalung berbentuk lambang matahari.
Alinzar berdiri dan menaruh kembali mayat Sang Raja di atas permukaan pasir. Dia pun berkata, “Selamat, kau telah mengubah semua yang ada di dalam dan sekitar Desa Frello menjadi Pasir. Ini semua adalah perbuatanmu karena kau telah membunuh Raja Frello. Hal yang seharusnya tidak pernah kau lakukan!”
“Bagaimana mungkin aku membunuh Raja Frello mengubah semuanya menjadi pasir? Apa hubungannya dengan semua itu?” Max bertanya menuntut penjelasan dari Alinzar karena tuduhannya benar-benar tak masuk akal ditudingkan kepada Max. Dia tak mengerti bagaimana mungkin membunuh Raja bisa mengakibatkan kerusakan atau juga bencana semengerikan ini.
Alinzar diam tak memberikan penjelasan apa-apa kepada Max. Namun kemudian dia berjalan menuju pohon yang sebelumnya dibuat Max untuk berteduh. Max tentu saja mengikuti Alinzar terus di belakangnya. Mencoba mencari jawaban apa yang sebenarnya terjadi dengan desa ini, dan juga dirinya.
Sebuah misteri yang entah kenapa semakin membuat hidupnya menjadi lebih runyam dibandingkan sebelumnya. Alinzar tentu saja tak pernah berharap sesuatu seperti ini terjadi sebelumnya. Alinzar melihat permukaan batang pohon pinus itu, Max berada di belakangnya dan tak melihat ada apa-apa di sana.
“Kau tahu Max. Aku sebenarnya sudah tahu kalau Raja Frello adalah dalang dibalik para Gargoyle itu. Namun aku enggan mengatakannya kepadamu karena sesuatu yang lebih menakutkan akan terjadi jika aku mengatakan hal itu kepadamu. Hal itu terkait langsung dengan Raja Frello dan kutukan yang dia miliki untuk meraih ambisinya. Kutukan itu sangat dahsyat sampai bisa mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain hanya dalam kedipan mata. Orang-orang menganggap kalau sesuatu seperti itu hanyalah khayalan, namun tidak. Hal seperti itu memang benar adanya, dan kita telah berdiri di atasnya.” Ucap Max masih tidak menjelaskannya dengan mudah dan jelas. Terbungkus dalam permainan kata-kata dan referensi yang membingungkan.
“Baiklah, cukup dengan omong kosongmu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan tempat ini.” Tanya Max kepada Alinzar. Namun kemudian Alinzar berceletuk balik menanyakan sesuatu kepada Max. “Apa kau tahu sesuatu tentang The Corrupted, Max?”
“Dongeng tentang makhluk jahat itu? Yang selalu bermusuhan dengan makhluk yang dianggap sebagai dewa bernama Celestial? Tentu aku mengetahuinya, namun aku tidak mempercayainya. Sesuatu seperti itu hanya sebuah dongeng yang diceritakan kepada anak-anak agar mereka bisa tidur dengan nyenyak. Kalau para Celestial akan menjaga mereka semua dari serangan makhluk jahat yang menyerang bumi. Terlihat sangat mustahil kalau sesuatu seperti itu ada.
Bahkan legenda tentang para Sage juga aku anggap sebagai legenda para penipu yang mencoba untuk memanfaatkan orang-orang yang percaya akan dongeng itu,” ucap Max memberikan responnya terhadap pertanyaan Alinzar. Tapi kemudian Max diam sejenak, dia bingung kenapa Alinzar menanyakan hal itu kepadanya. “Tunggu, memangnya kenapa dengan The Corrupted itu? Jangan bilang kalau ini ada kaitannya dengan mereka?”
“The Corrupted adalah makhluk yang memiliki kekuatan untuk memberikan anugerah kepada makhluk di bumi. Asalkan orang yang diberikan anugerah itu mau menjadi bu-dak atas apa yang akan mereka rencanakan di atas dunia ini. Dan Raja Frello, adalah orang yang telah bekerja sama dengan The Corrupted. Kau kira, bagaimana Raja bo-doh itu bisa mengetahui sesuatu tentang cara mengubah manusia menjadi Gargoyle?” Jawab Alinzar dengan mudahnya.
Namun Max tertawa kecil mendengar itu, dia menganggap Alinzar sedang menyebutkan sebuah lelucon sekarang. “Waktu untuk bercanda tidak tepat sekarang. Kau harus mengatakan sejujurnya apa yang terjadi dengan tempat ini kepadaku”.
“Aku tidak bercanda, dan sesuatu yang kukatakan bukanlah omong kosong. Raja Frello memiliki perjanjian dimana jika ia meninggal. Apa pun yang berada di wilayah kekuasaannya akan berubah menjadi pasir. Entah itu benda mati atau pun hidup, Semuanya tak terkecuali. Pasir-pasir yang kita pijak sekarang ini, bisa jadi kemungkinan besar mereka adalah orang yang pernah hidup normal. Dan karena kau telah membunuh Raja Frello juga, secara tak langsung kau telah mengubah mereka menjadi pasir,” Ucap Alinzar dengan mudahnya. Max membelalakkan matanya, tak percaya dengan kata-kata itu. “Tidak mungkin hal seperti itu bisa terjadi. Tidak ada bukti kalau ini semua adalah ulah kutukan dari Raja Frello.
“Aku tahu arah pertanyaanmu. Dan kita berdiri tepat dimana bukti kalau Raja Frello lah yang melakukannya. Apa kau pernah berpikir, kenapa kita dan juga pohon yang berada di hadapan kita saat ini masih bisa hidup? Kenapa kita tidak berubah menjadi pasir sama seperti yang lain? Jawabannya ada di dalam batang pohon ini.”
Alinzar mengambil belati Max dan menusukkan benda itu ke dalam lengannya. Darah yang mengucur kemudian melayang ke atas dan membentuk sebuah pedang raksasa. Dengan satu tebasan, pedang darah itu membelah batang pohon menjadi dua. Dan ada sesuatu yang bersinar terang di dalamnya. Sebuah kristal yang mirip seperti kristal yang dibawa oleh Max untuk menyelamatkan Alinzar tadi. “Kristal apa itu?” tanya Max penasaran.
Alinzar mengambil kristal itu. Dia pun membuangnya ke atas dan meluncur terbang tinggi. Sementara itu Sang Kristal terbang ke atas dan membuat sebuah lintasan cahaya di langit. Berwarna merah merona dan juga sedikit warna ungu. Max tak tahu apa yang terjadi. Tapi kemudian Alinzar mengatakan sesuatu, “Perlu kukatakan sesuatu kepadamu Max. Mungkin kau tidak bisa menerimanya. Namun kau bukanlah manusia seperti yang kau bayangkan. Kau adalah sesuatu yang lain”.
“Aku sudah mengira kalau kau akan berkata seperti itu setelah melihat kemampuan regenerasiku. Perlu ku katakan kepadamu sekali lagi. Aku adalah Manusia seutuhnya! Aku bukanlah Vampir, werewolf, atau makhluk lain seperti kalian. Dan aku tidak peduli dengan apa pun yang coba kau katakan kepadaku, aku tetaplah seorang manusia!” Teriak Max marah dan emosi setelah Alinzar melayangkan tuduhan itu kepadanya.
Mempunyai kekuatan seperti itu tentu saja membuat Max marah karena dia tidak ingin disamakan seperti makhluk-makhluk monster kelas rendah jika dibandingkan manusia seperti itu. Selama ini, Max selalu merasa tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Dia selalu menyangkal bila seseorang menuduhnya kalau dia bukanlah manusia.
Alinzar diam dan tidak mencoba untuk mendebat Max. Dia tahu kalau Max memiliki harga diri yang sangat tinggi sampai-sampai mengaburkan antara dimana kebenaran sesungguhnya dan juga kebenaran yang hanya ia ingin dengar.
“Kita tidak berubah menjadi pasir sama seperti yang lain karena kita adalah sesuatu yang lain Max. Kita mempunyai kemampuan regenerasi yang berada di atas normal sehingga sihir para The Corrupted tidak mempan terhadap kita. Aku tidak menuduhmu kalau kau adalah seorang monster. Aku juga sendiri tidak yakin apa sebenarnya kau ini. Tapi yang jelas kau adalah sesuatu yang lain. Dan kau harus menerima itu Max.” Ujar Alinzar kepada Max. Mercenaries itu kemudian menghantam mukanya sendiri. Dia sangat tertegun dan tak percaya dengan ucapan Alinzar barusan. Namun dia juga tidak memiliki pembelaan.
Maximillian tidak mengenal siapa dirinya sendiri.
“Kau seharusnya tidak bersedih karena belum mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya. Kau seharusnya bersyukur karena masih bisa bertahan di dunia ini dan hidup. Karena ada tugas penting yang harus kau lakukan karena telah membuat bencana ini. Sebuah tugas yang aku yakin hanya kau yang bisa melakukannya.” Ungkap Alinzar kepada Max sekali lagi.
Max menatap ke arah Alinzar, dia berteriak dengan keras. “Seumur hidupku aku selalu menjalankan tugas bagi seseorang. Aku tidak pernah menjalankan hidup semauku dan sesuka hatiku. Tidak bisakah kau untuk sebentar saja membuatku menikmati hidupku! Aku hanya ingin hidup dengan normal seperti orang-orang pada umumnya. Kau seorang Vampir pasti tidak mengerti apa yang kumaksud. Jadi berhentilah memerintahku!”
“Teruslah meraung dan mengeluh Max, karena hal itu tidak akan membuatmu mengenal siapa dirimu sebenarnya. Semua ini sudah menjadi takdir dan juga nasib yang mengikat dirimu. Kau tidak bisa kabur dengan hal itu. Dan mungkin saat berada di dalam perjalanan melakukan misi ini, kau akan tahu apa yang benar-benar kau inginkan dan kau cari selama ini.” Balas Alinzar seperti layaknya orang bijak. Padahal umurnya tidak jauh lebih tua daripada Max.
Max menjadi cukup tenang sekarang. Dia pun kembali berdiri dan melihat ke arah Alinzar kembali dengan tatapan tajam. Dia mengambil belati peraknya yang ada di tangan Alinzar kembali ke sakunya. “Aku tidak menerima nasehat dari seorang bocah Vampir. Memangnya apa yang perlu kulakukan?”
“Pohon yang baru saja kutebang itu adalah pohon kehidupan. Dia adalah penyebab kenapa semuanya menjadi pasir seperti sekarang ini. Aku telah membunuhnya, karena kemungkinan besar pohon itu akan tumbuh lagi dan menjalar ke berbagai tempat. Namun aku membunuhnya sekarang bukan berarti kalau dia tidak akan memiliki kesempatan untuk bangkit lagi. Cahaya yang kau lihat di atas sana adalah cahaya di mana letak reinkarnasi dari pohon ini akan tumbuh kembali. Dan kita seharusnya cepat ke sana untuk menghentikan pohon itu tumbuh dengan normal dan mengubah semuanya menjadi pasir lagi.” Ucap Alinzar menerangkan kepada Max tentang alasan pohon itu berada di sana.
“Bagaimana pohon itu bisa tumbuh? Tidak ada air ataupun hujan terlihat di sini,” Tanya Max penasaran. “Apakah kau merasa ada sesuatu yang logis tentang kemampuan The Corrupted? Mereka bisa saja membuat semua benda di dunia ini menjadi batu ataupun pasir. Namun yang mereka bisa lakukan di dunia kita terbatas. Maka dari itu mereka membuat pohon ini sebagai perantaranya. Sekarang ini semua menjadi tanggung jawabmu Max. Karena kau telah membunuh Raja Frello. Kau harus membunuh semua pohon yang ada di sekitar sini sampai mereka benar-benar meninggal tak tersisa.”
“Baiklah jika itu maumu, ayo kita bergegas.”