Max langsung saja bergegas setelah mendengar misi yang harus dia lakukan dari Vivianne. Dia pergi dari taman Eden itu meninggalkan Vivianne sendirian untuk pergi ke tempat dimana seharusnya dia berada.Tapi sebenarnya, Max tidak terlalu tahu bagaimana cara untuk pergi ke desa kecil bernama Frello itu. Dia belum pernah ke sana untuk waktu yang cukup lama. Max mungkin sudah lupa bagaimana jalan untuk pergi ke tempat itu dan mencari cara untuk bisa mengetahui apa yang harus dia lakukan sesampainya di sana. Max berjalan sambil mencari cara agar bisa pergi ke sana dengan mudah.
Max sekarang belum memakai semua senjata miliknya dengan lengkap, beberapa peralatannya sudah rusak dan tak bisa dipakai karena misi sebelumnya. Tanpa senjata dan juga peralatannya, Max hanyalah manusia biasa yang tak bisa bertarung dan melakukan apa-apa. Meskipun dia masih bisa melakukan teknik tendangan dan pukulan simpel, namun itu tidak membuatnya bisa menjadi petarung yang hebat. Max mungkin akan sedikit terbebani dan pertarungan akan menjadi sedikit tidak imbang bersama dengan musuhnya.
Namun saat ini, Max tidak benar-benar tak memiliki senjata. Karena berjalan-jalan di kerajaan Merleth tanpa memakai senjata seperti berjalan di tengah hutan tanpa adanya pakaian pelindung. Ancaman bisa saja datang dari arah mana saja dan Max tidak bisa meresikokan hal seperti itu, Max tetap harus membawa sebuah senjata meskipun tidak terlalu kuat seperti biasanya dan masih menjadi sumber utama kekuatannya.
Saat ini, Max hanya membawa sebuah revolver kecil dengan 6 peluru yang sudah terisi di dalamnya. Jika untuk mengalahkan satu monster kecil maupun para perampok yang mencoba untuk menyergapnya, Revolver itu bisa melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Max hanya perlu sekitar setengah dari peluru itu untuk membunuh pihak-pihak yang dia rasa mencurigakan dan memiliki kesempatan untuk menyerangnya di titik butanya.
Senapan milik Max rusak sekarang karena sebenarnya Senapan itu hanya bisa digunakan untuk menembakkan satu peluru napalm ke arah musuh. Jika dia memasukkan peluru lain lagi berkali-kali maka kemungkinan besar dia akan membuat senapan itu menjadi benar-benar kepanasan dan tak bisa digunakan. Dan Max telah melakukannya di misi kemarin karena tak bisa melakukan hal lain lagi untuk bisa menyelesaikannya dengan cepat. Revolver itu cukup untuk membuat Max merasa aman nantinya.
Dan sekarang, Max berjalan menuju Gerbang depan kerajaan sekarang. Dia melihat sosok yang dia kenal, sosok yang merupakan orang dengan anggota dan status yang sama dengannya. Seorang Hunter bernama Jacob. Dia berada di sana sendirian sambil mencoba untuk menunggu sesuatu. Namun Max tak ingin menegur atau menyapanya karena dia memang tidak sedekat dan seakrab itu dengan Jacob. Dia tidak menganggap semua anggota Guild Iron Hammer sebagai teman atau pun keluarganya. Melainkan hanya sebagai sekutu. Dan hal itu tidak ada bedanya dengan apa yang dia rasakan kepada Jacob.
Max langsung saja berjalan melintas sosok Jacob yang sedang berdiri di sana.
“Lihatlah di sini, aku bertemu dengan Max, Sang tak tersentuh” cetus Jacob. Dia berada tepat di depan gerbang kerajaan. Dengan membawa pedang berada di sampingnya. Max berusaha untuk menghiraukannya. Dia tahu perjalanan untuk pergi ke desa Frello membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi mengingat dia harus memperbaiki senjatanya terlebih dahulu ke seorang blacksmith langganannya.
Max berjalan melewati Jacob tanpa melirik ke arahnya sedikit pun. “Hei Max kenapa kau menghiraukanku? Apa wajahku terlihat tidak mengenakkan bagimu hah!” sahut Jacob merasa tersinggung dengan perlakuan Max padanya.
Max terus saja berjalan tanpa berusaha membalas perkataan Jacob. Malahan, ia menutup mukanya dengan syal yang terpasang di bahunya seakan-akan dia adalah sebuah debu yang mengganggu matanya untuk berjalan
“Hei! Apa matamu buta!? Aku ada di sini tepat di hadapanmu!? Kau seharusnya menatap mata seseorang saat mereka berbicara tepat di depanmu?!” Jacob menghadang Max menahannya untuk berjalan lebih jauh. Untuk sekilas, Max melirik mata Jacob, dan ia melihat wajahnya yang kumal dan kusam seperti tak pernah menyentuh sabun atau air sekalipun dalam hidupnya.
“Jika kau ingin berkata seseorang. Seharusnya kau membersihkan gigi dan bau mulutmu yang berbau seperti sampah itu. Aku bisa mentolerir jika kelakuanmu saja yang sampah, tapi aku tak bisa bertahan terus-terusan di dekatmu bila kau memiliki bau badan seperti itu” Balas Max dengan sadis.
Jacob langsung saja menarik syal milik Max seperti mencoba untuk menantangnya. “Oh ya! Sekarang aku rasa kau bisa merasakan ini semuaaaahhhh!!” bukannya menyingkir, Jacob malah berbuat berlebihan dengan memberikan nafasnya tepat ke hidung milik Max. Hunter itu tentu saja langsung menyingkir tak tahan lagi menahan aroma bawang dan feses tikus bercampur aduk menjadi satu. Max mengira bayaran guild sudah cukup banyak sampai-sampai seseorang bisa memakan makanan layak. Namun entah kenapa Jacob masih tetap memakan makanan sampah yang menjadi teman masa kecilnya.
“Apa yang kau inginkan sebenarnya Jacob. Aku tidak mempunyai urusan denganmu. Aku juga tidak ingin berbuat onar. Kau seharusnya tahu kalau prajurit Merleth sekarang mulai ketat semenjak maraknya terjadi kasus pembunuhan di ibukota ini. Aku tidak ingin kau ataupun aku menjadi salah satu orang yang terkena kasus itu selanjutnya” ucap Max dengan khawatir sambil sedikit mengancam Jacob.
Walaupun Merleth memang terkenal sebagai kerajaan seribu Guild. Tapi itu tidak otomatis membuatnya menjadi kerajaan yang aman. Mungkin jika Merleth menerima serangan dari luar, semua guild di dalam kerajaan ini akan bersatu untuk melawan satu musuh bersama itu. Namun jika Merleth berada dalam keadaan damai, apalagi yang sangat panjang seperti sekarang ini. Para guild baik kecil maupun besar sering sekali beradu kepentingan sehingga menghasilkan konflik yang cukup mengganggu.
Kebanyakan dari konflik-konflik berhubungan dengan guild ini mungkin akan dianggap remeh bagi banyak orang, seperti perbedaan pendapat saat berada di bar dan mabuk, penganggaran perjanjian pembagian upah, atau mungkin salah satu orang anggota guild yang iseng dengan anggota lainnya. Namun karena para anggota guild ini memiliki tingkat ego yang sangat tinggi. Mudah sekali bagi mereka untuk menjadi pergesekan yang malah akan menjadi persoalan yang serius nantinya.
Guild Iron Hammer juga tidak luput akan konflik-konflik kecil seperti itu. Tapi untung saja karena pengaturan manajemen guild yang bagus, hasilnya tidak akan menjadi terlalu parah seperti guild yang lain
Dan Max sendiri, selalu berusaha menghindari pertikaian sebisa mungkin. Karena selama dia masih hidup dan bernafas, dia tidak bisa memikirkan cara lain selain membasmi vampir. Pikiran dan tujuan itu membuatnya bisa tetap hidup sampai sekarang ini.
“Aku juga sebenarnya tidak ingin mengajakmu bertengkar Max. Hanya saja aku curiga denganmu” Jawab Jacob
“Curiga kenapa?”
“2 minggu yang lalu aku baru saja selesai melaksanakan misi untuk membunuh para pengintai negara tetangga yang bermukim di bukit Baltigore. Aku mengajak 14 orang bersamaku untuk menyergap mereka. Rencana awalnya hanyalah untuk pergi menyelinap diam-diam kemudian membunuh mereka di saat sedang tidur. Katakan apa saja tentangku, tapi itu cara paling efektif yang bisa aku pikirkan dengan mudah. Kami dengan jumlah 14 harus membunuh 100 orang lebih saat mereka dengan nyenyaknya memimpikan istri dan anak mereka di rumah”
“Lalu? Sudah kubilang aku tidak peduli dengan kisah kepengecutanmu itu. Bahkan mendengarnya langsung darimu tidak membuatku merasa menjadi lebih baik. Aku harus segera bergegas untuk pergi-” balas Max yang mulai berjalan lagi dengan memasang ekspresi masam. Dia sama sekali tidak ingin untuk mendengarkan cerita dari Jacob
“Tunggu Max, aku belum selesai berbicara” Jacob menahan bahu Max mencegahnya untuk tetap berjalan. “Malam itu benar-benar berbeda daripada rencana awalku. Aku kira aku bisa melakukannya dengan mudah dan pulang sambil membawa sekantung emas penuh untuk aku habiskan di rumah bordil. Aku kalah dalam misi itu. Semua orangku terluka bahkan terbunuh dengan sadis. Namun yang menjadi hal paling anehnya adalah. Kami semua terasa kesulitan untuk membunuh para prajurit itu, seakan-akan ada kekuatan magis berusaha menghalangi kami untuk melakukannya”
Max benar-benar tak paham dengan ucapan Jacob. Ia melirik kantong celananya memeriksa apakah ia membawa sebuah botol bir di pinggangnya. Dia juga mencoba memikirkan bau apa saja yang tercium dari aroma mulut tadi. Max sama sekali tidak mencium aroma bir di sana. Namun jika memang benar-benar begitu, ucapan Jacob benar-benar terdengar seperti orang yang baru saja mabuk di bar dan berusaha meyakinkan rekan-rekan di sekitarnya untuk percaya dengan teori konspirasi dadakan di kepalanya.
“Kau benar-benar tidak sehat Jacob. Aku akan memberitahukan soal ini kepada Brooks nanti. Sebaiknya untuk sementara kau beristirahat di rumahmu ataupun dimana tempat tinggalmu itu. Tapi maaf aku tidak bisa meladeni atau merespon kata-katamu saat ini” balas Max
Dari balik bahu Jacob, ia dengan cepat langsung saja mengeluarkan pedang dan menghunuskannya tepat ke arah dagu Max. Ucapannya yang bernada sangat ramah sebelumnya berubah menjadi sangat keji dan mengerikan saat ini, “Sekarang katakan padaku, apa rahasia dari sihir tak tersentuh milikmu itu. Kau pasti menyimpan sesuatu rahasia dari kami semua bukan. HAH!” ancam Jacob
Max terlihat tak ketakutan sedikitpun. Meskipun salah satu revolver yang masih bisa berfungsi dengan baik itu ada di pinggangnya, dia tidak mencoba untuk mengeluarkannya dan mengancam balik Jacob. Dia menghembuskan nafasnya dan berkata, “Dengarkan Jacob. Julukan tak tersentuh itu hanyalah sebuah Mitos yang orang-orang guild berikan kepadaku. Aku hanyalah manusia biasa. Bahkan, aku tidak bisa menggunakan sihir sepertimu. Aku hanya bisa menggunakan senjata-senjata yang mungkin bagi kalian tampak asing. Hanya sebatas itu. Alasan aku bisa selamat hanyalah karena aku bisa menghindar dan takdir berkata kalau memang aku harus tetap hidup!”
“Benarkah. Kalau begitu untuk membuktikannya, rasakan ini!” Jacob menebas muka Max. Namun untuk sepersekian detik Max masih bisa menghindarinya. Max menyentuh dagunya, ada bekas sayatan dan darah keluar dari sana. Jika saja Max tidak berhasil menghindari serangan itu, mungkin wajah Max akan benar-benar hancur apalagi dengan kekuatan Jacob yang terkenal sangat brutal.
“Kau lihat ini! Ini darah kan! Sekarang apakah aku bisa pergi dengan tenang!” Max berteriak memperlihatkan darah di jari telunjuknya. Namun Max sadar kalau Jacob terasa sedang tidak baik-baik saja saat ini. Dia malah menghampiri Max dengan mencari momentum untuk menebas pedangnya sekali lagi ke arah Max
“HAAA!!! Rasakan ini !” teriak Jacob menyerang Max dengan sangat cepat dan kuat. Namun Max lagi-lagi bisa menghindar dari serangan kematian itu. Max melihat ke arah sekitar. Masih banyak sekali orang-orang sipil dan juga orang-orang Merleth berada di sana. Mereka semua menyaksikan kegaduhan antara Max dan Jacob. Walaupun sebenarnya Max tidak peduli dengan orang-orang itu, namun ia tidak ingin mereka terlibat masalah dengannya
“Jacob! Sadarlah! Kau hanya akan membawa nama buruk bagi Iron Hammer! Aku tidak ingin kau melakukan pertarungan bodoh dan sia-sia seperti ini!” teriak Max berusaha menyadarkan Jacob dari apa pun itu yang membuatnya bertindak menjadi gila
“Hah!! aku? Membawa nama buruk? Kau seharusnya berkaca! Kau membawa nama Iron Hammer terkenal akan kebrutalannya sampai sekarang. Apakah menurutmu kau membawa sesuatu yang bagus bagi kami semua? Tidak!” sepertinya rencana Max untuk menghentikan Jacob cukup efektif. Jacob berhenti menyerang Max dengan membabi buta
“Seharusnya kau kembali saja ke surga berkumpul kembali dengan keluarga. Terutama ibumu itu yang seorang sampah. Aku yakin keluargamu pantas untuk mati mengenaskan dengan sadis seperti itu”
“Hentikan berbicara tentang keluargaku” balas Max dengan nada serius sambil memicingkan matanya. Dia berdiri dan mengambil revolvernya sekarang.
“Hah!?!? kenapa rupanya? Apa kau tidak terima jika aku memanggil keluargamu sebagai pemuja iblis? Aku yakin para vampir yang memban*ai keluargamu itu memang perlu diberikan penghargaan tersendiri. Aku rasa tindakan mereka cukup berpengaruh bagimu bukan? Lihat kau sekarang, menjadi seorang hunter termahsyur di seluruh Merleth. Aku yakin kemampuan tak tersentuhmu itu juga kau dapatkan dari keluargamu saat melakukan ritual terlarang”
“Sudah kubilang diam Jacob! Kau akan menyesali telah berkata-kata seperti itu” Max membidik Revolvernya ke arah Jacob.
“Haha... ini yang aku cari. Kerahkan semua tenaga dan kekuatanmu. Aku ingin melawanmu dengan adil” balas Jacob sambil memegang pedangnya kembali. Dia berusaha berlari untuk menerjang Max dan melawannya sekali lagi di sana.
“Jika memang kematian yang kau inginkan. Baiklah, aku akan memberikannya kepadamu” kata-kata Max terdengar seolah ia benar-benar lupa dengan situasi di sekelilingnya. Walaupun semua orang berlari sambil berteriak ketakutan, Max benar-benar tidak mendengarkan itu. Dia sangat marah apabila seseorang berusaha menginjak-injak harga diri keluarganya
“Sungguh rasa percaya sangat diri yang sangat besar datang dari seorang yatim piatu. Aku juga akan merasa terhormat apabila berhasil dibunuh oleh pemburu sepertimu. Wahai sang Tak tersentuh”
Desingan peluru mulai terdengar dari revolver milik Max. Dia mencoba menembak tepat di tengah-tengah mata Jacob. Namun meskipun peluru-peluru itu bergerak secepat suara, Jacob bisa menangkisnya dengan cepat menggunakan pedang raksasanya
Tak lama kemudian, Jacob berlari dan berusaha menyerang Max dari depan. Tapi itu hanyalah tipuan, Jacob berpindah menyelinap dan menyerang Max dari titik butanya “Kena kau!”