Chapter 27 : Ksatria Penakluk

2014 Kata
“Sungguhan, kau akan menyuruhku untuk melawan dua ksatria rendahan seperti mereka ini? Apa kau sudah tidak memiliki pasukan lagi untuk menahanku?” Tanya Max dengan sinis kepada Sang Raja, Max langsung saja menembakkan Shotgunnya kepada masing-masing dua orang di depannya yang merupakan ksatria yang mengantarnya kemari itu. Namun dengan mudah serangan Max ditahan dengan sebuah perisai sihir transparan sehingga mereka berdua tidak terkena serangan itn dengan mudah. “Terserah apa katamu Mercenaries, namun yang jelas aku akan segera kembali dan mencoba untuk menontonmu mati di sini. Tolong jangan mati sebelum aku datang lagi.” Ucap Sang Raja sembari dia bangun dan berdiri dari singgasananya dan berbalik menuju ke suatu tempat. Max mencoba untuk mendapatkan celah dari Sang Raja yang lengah itu, dia mengambil Revolvernya dan langsung saja menembak ke arah jantung Sang Raja. Namun naas, usaha Max berakhir sia-sia. Tembakannya dihadang oleh dua orang ajudan di samping kiri dan kanan Raja sekarang. “Apa kau ingin berbuat curang Mercenaries, sudah kubilang tunggu aku sebentar dan jangan sampai kau mati saat itu. Tenanglah, aku tidak akan menghukum perbuatan curangmu saat ini. Karena kau memang pasti akan mati pada akhirnya.” Kesal karena tak bisa membunuh targetnya dengan tepat, Max tak memiliki waktu untuk menyesali itu. Dua orang penjaga itu terus saja untuk mencari celah dalam Max dan mencoba untuk menusuk atau menebasnya dalam titik butanya. Mereka bergerak dengan sangat cepat khas seorang ksatria kerajaan yang memiliki teknik dan juga kecepatan tangan yang luar biasa. Max tidak bisa mengimbanginya dengan mudah apalagi ksatria itu juga dibantu oleh sihir untuk membuat tekniknya terlihat lebih indah dan menakjubkan untuk dilihat. Max pun mengambil revolvernya karena ia merasa kalau senjata itulah satu-satunya senjata yang dia miliki untuk bisa memiliki kesempatan melawan dua ksatria itu. Max mengisi selongsong Revolvernya dengan peluru sampai penuh sehingga dia siap untuk melawan para Ksatria itu untuk saat ini. Karena Revolver milik Max memiliki jarak yang lumayan jauh dan tidak memiliki batasan dalam jarak dekat, Max bisa saja terus menunggu di sana dan menjaga jaraknya agar menunggu para ksatria itu datang dan mencoba untuk membunuhnya. Sesuai dengan dugaan Max, mereka pun langsung saja berlari sambil meluncur menggunakan sebuah teknik sihir penambah kekuatan yang mereka miliki sehingga membuat mereka menjadi tambah lebih cepat dan kuat daripada sebelumnya dan berada di atas rata-rata manusia biasa. Max sudah memperkirakan itu dan mengarahkan Revolvernya ke arah di mana kemungkinan para ksatria itu akan melintas dan berada di jalur tembakannya. Para ksatria itu langsung menusuk ke arah lambung Max, dan tidak sesuai perkiraan Max karena mereka bergerak jauh lebih cepat yang dia kira. Tembakannya tidak dapat mengenai tepat sasaran karena Sang target bergerak terlalu cepat membuat setiap pelatuk yang ia tekan meleset dari tempat seharusnya. Max tidak bisa terus-terusan menghindar dan berguling untuk membuatnya selamat dari tebasan pedang para Ksatria itu, sampai akhirnya staminanya mulai habis sekarang menyebabkan Max menerima sebuah sayatan besar di pinggang kiri dan juga kanannya oleh dua ksatria itu. Max tersungkur mundur dan mencoba untuk mendapatkan beberapa sisa-sisa tenaganya kembali. “Kalian bertarung seperti seorang Iblis. Siapa sebenarnya kalian?” Ucap Max mengakui kemampuan dua ksatria itu. Mereka pun langsung saja menatap ke partner mereka masing-masing seperti bingung harus berkata apa kepada musuh mereka. Para ksatria itu benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu mereka untuk melakukan hal yang tidak perlu, mereka langsung saja lanjut bergegas dan mencoba untuk menebas Max dengan kekuatan sihir penguatan yang masih menempel di tubuh mereka, Namun naas karena sepertinya Max telah merencanakan sesuatu kepada mereka berdua. “Jika saja kalian memperhatikan ku saat berbicara, mungkin kalian akan sadar dimana letak kesalahan kalian!” Dari belakang kedua ksatria itu, sebuah ledakan terjadi dengan sangat dahsyat menghancurkan lantai dan juga dinding di sekitar mereka. Namun tetap saja tujuan dari ledakan itu adalah untuk menargetkan dua ksatria yang ada di depan ledakan itu. Mereka jatuh terombang-ambing lumayan jauh sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lagi karena masih merasa kesakitan. Para Ksatria itu benar-benar meremehkan seorang Max sekarang yang tak memiliki kemampuan sihir untuk melawan mereka berdua. Max sudah tahu seberapa lama kemampuan sihir penguatan itu akan berhenti dan menjadi kadaluarsa. Para kaum Vampir dan juga bandit yang tidak memiliki pengalaman akan bertarung benar-benar berusaha sangat keras untuk mendapatkan kemampuan yang baru mereka miliki itu. Max sengaja membuat dua ksatria itu berada di atas angin dan mereka berpikir kalau pertarungan berada di atas angin hanya tinggal menentukan nasib bagaimana mereka bisa menaklukkan target mereka dengan cara apa. Tapi saat mereka sudah merasa seperti itu, gantian Max yang melakukan aksinya sebagai seorang Mercenaries handal berusaha untuk membalik situasi itu berganti menjadi berada di tangan dan miliknya dengan cepat. Sementara ledakan yang dihasilkan oleh Max barusan adalah sebuah ledakan yang berasal dari Ranjau dan juga perangkat yang selalu dia bawa kemana-mana. Selama datang di dalam desa ini, Max memang tidak pernah menggunakannya karena penggunaan dari ranjau tersebut memang tidak selalu bisa digunakan dalam setiap saat. Hanya di pertarungan tertentu dan juga jarak tertentu mampu membuatnya terlihat benar-benar unggul bila dibandingkan dengan senjata milik Max yang lain. Dan untungnya, Ranjau itu tidak hanya berfungsi untuk membawa beban berat bagi kantong Max saja, dia mampu membuat musuh di depannya jatuh dan terlumpuh walaupun hanya untuk sementara. Max tahu kalau Ksatria itu masih belum kalah dan akan bangkit lagi mencoba untuk menyerangnya. Max mengambil senapannya, memasukkan peluru jarak jauh dalam selongsongnya. Ia berniat untuk menembakkan senapan itu ke arah kepala dan juga helm dari para ksatria itu. Penasaran dan ingin membongkar siapa sebenarnya setiap orang yang ada di balik helm itu. Max tidak menggunakan peluru jarak jauhnya karena itu sangat berat dan lama persiapannya untuk bisa segera digerakkan. Dia tidak berencana untuk mengakhiri ini semua dalam satu tembakan. Ada beberapa tembakan lagi yang ingin coba ia tekan dan juga tarik dalam satu pelatuk mautnya sekarang. Max menembakkan senapannya itu, Dan betapa kagetnya dia setelah melihat salah satu dari ksatria yang ada di sana adalah orang yang dia kenal. Itu adalah London, dengan tatapan yang sungguh bengis dan juga tidak memiliki rasa ampun menatap ke arah Max mencoba untuk membunuh Max dengan pedang dan juga kemampuan sihirnya yang masih tersisa. “London, apa kau memang berniat untuk menyerangku dan membunuhku tanpa ampun seperti itu? Aku tak menyangka kalau kau akan benar-benar tega untuk melakukannya kepadaku. Tidakkah kau tahu apa jasa yang telah kubuat kepada desa dan juga semua orang di sini?” “Aku tidak mengenal siapa dirimu. Jangan kau mencoba untuk menyerang batinku. Karena kau bukan siapa-siapa. Bahkan saat kami menemukanmu di dalam hutan, aku sudah mempunyai firasat kalau kau adalah orang yang berbahaya. Sang Mercenaries pembantai Vampir, jangan mengira kalau kau memiliki hak untuk berkata soal moral ataupun kemanusiaan. Karena orang sepertimu benar-benar tidak berhak untuk mengatakan semua itu. Kau telah membunuh para Vampir itu dengan keji dan tak berperasaan. Dan sekarang, kau mencoba untuk mendapatkan pengampunan dariku? Pengampunan yang paling pantas kau terima adalah pengampunan beserta siksaan yang akan kau terima di alam selanjutnya. Di Neraka!” Teriak London berusaha menyerang Max kembali bersama partner di sampingnya. Max tidak bisa bertarung dalam jarak dekat secara terus menerus, alhasil dia mengambil belati perak yang sebelumnya dia gunakan untuk menembus jantung Gargoyle. Saat London bersama rekannya datang mencoba untuk menusuknya kembali dengan pedangnya, belati itu masih mampu menahan serangan kedua orang itu dan memiliki perlawanan meskipun untuk waktu yang tidak lama. Max langsung saja menembakkan revolvernya ke arah ksatria satunya lagi menakutinya agar dia mundur dan tidak mencoba untuk menyerangnya dalam titik butanya. Usaha Max berhasil. Dia telah membuat ksatria satunya lagi mundur, tersisa London di sana berhadapan dengan langsung oleh Max. “Apa kau mengerti seberapa banyak penderitaan yang kami Desa Frello rasakan oleh orang-orang Merleth sepertimu? Tak terhitung! Dan kematianmu saat ini mungkin akan menjadi tanda kalau kami tidak takut dengan satu pun dari kalian. Setelah urusan kami denganmu selesai, kami akan mencoba untuk membiarkanmu berada di bawah telapak kaki kami dan menyembah kami memohon ampun. Itu adalah salah satu masa depan indah yang kami orang-orang Frello ingin saksikan bersama-sama!” ucap London dengan tatapan bengis dan juga air liur yang muncrat kemana-mana setelah dia mengucapkannya dengan muka serius. “Sayang sekali, ambisi dan juga rencanamu akan benar-benar berakhir di sini. Kau mungkin menyesal karena tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Larissa dengan cara yang benar dan bermartabat, namun bila aku menemui gadis itu, akan kusampaikan semua pesanmu dan juga semua yang kau ingin ucapkan kepadanya saat ini bila kau menyerah sekarang juga!” Teriak Max sambil menembakkan Shotgunnya kembali ke arah London. Max sadar kala perisai magis milik London sudah habis dan tidak dapat berfungsi lagi sekarang. Tembakan itu tepat mengenai badan dan juga jantung London membuatnya terjatuh dan menusuk beberapa organnya. London menjatuhkan pedangnya di lantai dan Max yang menyadari itu langsung saja menendang pedang milik London jauh-jauh. Max masih belum menang untuk sepenuhnya, dia melihat ke arah ksatria satunya lagi melakukan teknik meliuk-liuk dan bergerak dengan sangat tidak wajar, Max kemudian melihat dalam matanya kalau ksatria itu sedang menggunakan aura yang sangat besar mencoba untuk menidurkan Max dengan sangat cepat menggunakan sihirnya. Namun sayang sekali, Max tidak bisa terpengaruh dengan mudah oleh sihir ilusi semacam itu, dia pun langsung saja membidik Ksatria itu dengan senapannya dan menembaknya tanpa menunggu dia melakukan ritual sihirnya untuk selesai. Tembakan senapan Max tepat mengenai kedua lengan dari ksatria itu, membuatnya berteriak dengan sangat kencang. Tapi meskipun mengalami cedera yang sangat besar seperti itu, Sang Ksatria tetap saja berlari ke arah Max mencoba untuk menyerangnya entah menggunakan apa. Max tentu saja tak memiliki kesempatan atau pun menghindar jika dia berlari dengan kencang seperti itu. Max menduga kalau itu adalah semacam serangan bunuh diri yang akan meledakkan Ksatria dan Max bersama-sama dalam sebuah ledakan yang besar. Max terus saja menunggu Ksatria itu sambil membidiknya tepat ke arah badannya. Saat merasa kalau ksatria itu berada dalam jarak berbahayanya, Max langsung saja menembak kedua kaki dari Sang Ksatria, membuatnya terjatuh dan tak bisa bergerak lagi. Seluruh sendi dan juga organ menjadi tak bisa digerakkan membuat ksatria itu lumpuh sekarang. Tak lama kemudian sesuai dugaan Max, ksatria itu meledakkan sendirinya. Membuat Max berada di dalam jarak aman sehingga hanya membuat matanya terkena debu dan juga beberapa darah yang muncrat ke arahnya. Max benar-benar merasa sangat menyayangkan Sang Ksatria harus mati dalam keadaan sia-sia seperti itu. Tapi tiba-tiba dari belakang, sebuah pedang menusuk tubuh Max dari punggung sampai dengan ke hadapannya. Max kaget dan merasa kesakitan luar biasa, dia tidak menyangka mendapatkan serangan tiba-tiba seperti itu. Dia pun menoleh ke belakang, walaupun seluruh tulang belakang dan juga organ dalamnya kesakitan dengan sangat luar biasa sekarang, dia melihat kalau London sedang menusuk Max dengan pedang yang telah ia buang sekarang. “Bagaimana mungkin, aku telah membuang pedang itu jauh-jauh darimu!” Saat Max mengatakan itu, darah pun langsung saja keluar dari mulutnya dan mengeluarkan plasma yang sangat banyak. Max duduk terjatuh dalam kondisi pedang masih menancap dari belakang punggungnya. “Kau telah memakan waktu terlalu lama untuk membunuh ksatria itu. Kau telah memakan umpanmu sendiri wahai Mercenaries bodoh nan kejam!” London langsung saja meloncat dan menerjang Max yang mulai tak berdaya. Selama ini London ternyata berjalan dengan merayap di lantai untuk mendapatkan pedangnya kembali seraya Sang Mercenaries sibuk melawan kawannya satu lagi. Max terlihat tidak berada dalam posisi yang menguntungkan sama sekali saat ini. Namun sayangnya, tangan kanan Max sedang membawa Revolver sekarang. Dengan keadaan masih sekarat dan juga bidikan yang sangat cepat dan tepat, Max menembakkan Revolver miliknya tepat ke arah kepala London. Membuat tengkorak dan juga kepalanya pecah menjadi berhamburan dan tidak bisa dibayangkan sebelumnya. Cipratan darah mengenai seluruh muka Max membuatnya benar-benar merasa jijik setelah melakukan itu. London yang melompat dan berada di atas udara tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima serangan itu mentah-mentah. Max telah mengalahkan London dengan Revolvernya. Sang Raja datang dengan membawa berbagai makanan di tangan dan juga sikunya. Dia kembali duduk di atas singgasananya, merasa kecewa karena semua keseruan pertarungan antara Max dan juga para ksatria itu telah berakhir untuk dia lihat dengan sangat seksama. “Loh, sudah berakhir? Aku mengira kalau aku terlalu cepat untuk mengambil makanan-makanan itu. Dimana letak keseruannya jika aku tidak dapat melihat apa-apa?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN