Tusukan pedang yang diterima Max sebelumnya masih menancap dengan segar di badan Max. Begitu banyak darah mengucur dari badannya dan mencoba untuk terus keluar tanpa henti. Namun saat ini Max langsung saja menarik pedang itu dari dalam tubuhnya. Dia merintih kesakitan dengan sangat luar biasa, melihat badannya sendiri menjadi target serangan itu dengan mudah. Max berhasil mencabut pedang itu. Namun kondisi tubuh dan juga badannya benar-benar berubah menjadi buruk sekarang. Tak mempunyai daya untuk duduk atau pun kembali dari berdiri tegaknya, Max langsung saja berbaring di sana lemas tak berdaya dan tak bertenaga.Kondisi Max benar-benar aneh sekarang, tusukan pedang itu berada tepat mengenai dimana jantungnya berada. Namun anehnya Max masih bisa tetap hidup dan bernafas sampai sekarang. Dia tidak tahu apa yang terjadi namun dia mengira kalau kemungkinan besar itu terjadi karena kemampuan regenerasinya semakin kuat. Walaupun Max tidak pernah berada dalam kondisi cedera se ekstrim ini, tapi dia yakin kalau dia dulu tidak akan mungkin bisa menghadapi level kesakitan seperti ini dan pasti pingsan beberapa saat kemudian. Merasakan dinginnya lantai yang menyebar di pipi dan juga kulitnya, Max bisa merasakan jantungnya berdetak sekarang.
“Apa kau sudah akan mati Mercenaries? Karena jika memang iya. Aku akan berniat untuk menghentikan penderitaan dan juga kesengsaraanmu sekarang juga!” Ucap Sang Raja, dia pun memanggil dua ajudannya yang ada di hadapannya sekarang untuk mengeksekusi Max sekarang ini juga karena dia tidak ingin Max agar bisa hidup dan terlalu lama berada di hadapannya dengan lancar. Langkah kaki besi bisa Max dengarkan seraya telinganya menempel di lantai itu. Suara-suara langkah besi yang semakin lama semakin mendekat dan membuatnya tidak mempunyai pilihan lain selain kabur. Walaupun dia sesungguhnya tak tahu bagaimana caranya untuk kabur dalam kondisi seperti ini.
Dua Ajudan itu berada tepat di samping Max yang berbaring sekarang. Mengangkat kapak dan juga tombak mereka yang akan dia ayunkan dan serang ke arah Max. Para ajudan itu tidak terlihat memiliki persiapan atau ketakutan bila sewaktu-waktu Max akan menyerang mereka berdua dengan beberapa senjata dan juga tenaga terakhir yang dia miliki. Bahkan para ajudan itu tidak mengenakan armor sihir untuk melindungi diri mereka sendiri, begitu percaya dirinya mereka sampai menganggap kalau Max tidak mungkin bisa bangun sekarang dan pasti akan mati di tangan mereka.
Kapan dan juga tombak itu akhirnya diayunkan ke bawah, mencoba menusuk kepala dan juga jantung Max sekali lagi. Tapi akhirnya dengan tiba-tiba seperti memiliki tenaga cadangan, Max membalikkan badannya, membidik dua ajudan itu dengan shotgunnya dan langsung saja menembak mereka berdua. Dua ajudan itu yang tak memiliki refleks yang tinggi dan tak memperkirakan tindakan Max sebelumnya langsung saja tersungkur jatuh dan terlempar cukup jauh dari hadapan Max, “Bagaimana mungkin kau masih memiliki stamina setelah cedera parah seperti itu!” Teriak Sang Raja kepada Max.
Dengan bersimbah darah dan juga mulut yang penuh cairan merah, Max mencoba berdiri walaupun satu kakinya terasa sangat lelah untuk digunakan berdiri maupun mencari pijakan, Max mencoba untuk mengangkat Revolver di tangan kirinya mencoba untuk membidik Sang Ajudan itu lagi untuk terakhir kalinya mengeksekusinya. Ajudan yang berbaring karena tembakan Max sebelumnya masih memakai armor lengkap milik mereka. Dan Saat Max menembakkan Revolvernya, ternyata peluru itu tak mampu untuk menembus baju zirah Sang Ajudan dan membuatnya terpental entah ke mana.
“Apa kau mengira kalau trik yang sama bisa kau gunakan kepada para Ajudanku? Mereka berdua adalah prajurit spesial, prajurit yang sangat hebat melebihi prajurit yang kau bunuh barusan. Kau tidak akan mungkin bisa mengalahkannya karena aku tahu kemampuanmu yang hanya terbatas oleh senjata-senjata yang kau punya saja. Kau benar-benar akan dilumat habis oleh para ajudanku!” Ucap Sang Raja kepada Max. Max tidak ingin menoleh ke arah Sang Raja karena dia akan berurusan dengan orang itu nantinya. Untuk sekarang, dia akan membiarkan fokusnya menuju Sang Ajudan yang kembali bangun dan segera mencoba untuk menyerangnya lagi.
Dua ajudan itu membenarkan helm dan juga armor yang mereka kenakan setelah sebelumnya sedikit terkoyak karena ulah Max dengan shotgunnya, namun akhirnya para Ajudan itu mengenakan sihir pelindung sehingga mereka akan memiliki ekstra keamanan apabila berencana untuk menyerang Max lagi sebentar ini. Tapi Max merasa pelindung itu tak berguna karena Max juga tidak bisa menggunakan energi sihir untuk melawan mereka. Satu-satunya yang para ajudan itu perlu khawatirkan saat ini adalah armor yang mereka kenakan, karena sedikit demi sedikit jika mengenai peluru dari Max maka tetap saja akan membuatnya menjadi rusak terkena korosi atau pun juga terkena rusakan yang fatal. Dan mungkin itu tidak akan cukup membuat mereka selamat apabila telah terkena tembakan peluru milik Max.
Walaupun masih dengan kondisi bersimbah darah, Max pun mengintip ke bawah melihat keadaannya sekarang. Ternyata luka yang menusuk jantungnya perlahan-lahan mulai menutup dan juga darah yang keluar berkurang. Max benar-benar yakin saat ini bila itu adalah berkat kemampuan regenerasi misteriusnya. Tapi Max tidak bisa mengandalkan itu dengan sesuka hatinya karena dia tidak tahu sampai kapan batas dari kemampuan regenerasinya ini akan bekerja. Bisa saja dia suatu waktu saat ditengah-tengah pertarungan akan kehilangan kemampuan Regenerasinya persis seperti apa yang Alinzar alami. Max pun menyusun rencana untuk membunuh dua ajudan di hadapannya itu sekarang.
Setelah mengeluarkan sihir pengamanan, dua ajudan itu tidak berhenti. Sebuah cahaya keluar dari senjata yang mereka berdua pegang. Cahaya yang sangat besar dan menyilaukan siapa saja yang melihatnya. Max tak tahu apa fungsi dari cahaya itu untuk para ajudan itu, namun dia mengira kalau itu akan berfungsi membuatnya bertarung dengan lebih kuat. Max membawa Shotgun dan juga Revolver di kedua tangannya sekarang. Dia akan segera menembak kedua ajudan itu saat mereka bergerak mendekatinya dalam jarak yang tidak dapat dia atur.
Tapi tiba-tiba, sebuah cahaya melesat di hadapan matanya, cahaya itu ternyata adalah cahaya dari kedua ajudan tadi. Mereka bergerak dan menyabet badan bagian depan Max dengan sangat cepat sehingga Max hanya bisa melihat lintasan cahaya yang mereka telah lakukan. Sekali lagi, luka akibat tusukan London kembali terbuka dengan lebar. Dan sayatan yang dilakukan oleh kedua ksatria itu membuat tanda X yang sangat lebar karena dia berhasil di serang di kedua sisi. Max terjatuh sekali lagi dan badannya terbaring menatap tanah sementara kedua senjatanya juga terlepas dari genggaman tangannya. Manusia biasa mungkin tak akan mampu mengantisipasi serangan dan juga sergapan seperti itu. Termasuk Max.
“Siapa mereka sebenarnya...” Ucap Max dengan lirih dan pelan kepada Sang Raja yang ada di samping kanannya, dia mencoba untuk mendapatkan penjelasan agar otaknya mampu memproses sesuatu Rasional yang dia hadapi sekarang. Max merasa kedua lawannya itu bukan lagi manusia biasa seperti yang dia lawan sebelumnya. “Hahahaha... sudah kuduga kalau kau tidak akan memiliki kesempatan untuk melawan mereka. Seperti yang kau duga, mereka bukanlah manusia! Dan untuk siapa mereka sebenarnya. Aku akan memperlihatkannya langsung kepadamu.
Max menoleh ke belakang. Melihat kedua ajudan itu mengangkat helmnya keluar. Max melihat kalau mereka berwajah sangat pucat dan juga mata dan hidung mereka hilang. Sementara bibir dan juga gigi mereka tampak sangat aneh dan lebar bukan seperti manusia. Namun fitur-fitur dan juga bentuk muka yang mereka miliki masih seperti seorang manusia. Walaupun sudah membuka topengnya, Max tak tahu siapa mereka sebenarnya. Max menoleh kembali ke lantai, merasa sangat kesakitan akibat luka yang dia terima dari dua ajudan tadi. Walaupun hanya berupa sayatan, Max merasa kalau sayatan itu lebih menyakitkan daripada tusukan pedang yang dilakukan oleh London tadi.
“Mereka adalah manusia, sama seperti kita. Namun aku telah mengutak-atik mereka menjadi sedemikian rupa sehingga mudah untuk diperintah dan pasti tidak akan menentang apa pun perintah dariku. Maka dari itu fisik yang mereka miliki tampak sangat aneh dan juga asing bagimu bukan. Aku bisa bilang kalau mereka adalah setengah manusia dan juga setengah monster. Sama sepertimu Mercenaries! Kau selalu mengelak bila seseorang menjulukimu seperti itu. Tapi sesungguhnya kau adalah monster yang memburu Monster!” Hina Sang Raja kepada Max. Mercenaries itu tak mencoba untuk membalas perkataannya, karena dia sedang mengulur waktu agar regenerasi di dalam tubuhnya bisa bekerja kembali.
Hingga akhirnya Max bangun dan mencoba untuk menghadapi dua musuhnya tadi sekali lagi, Dia sudah memegang dua senjata di kedua tangannya lagi saat ini. Muak dengan Sang Raja yang terus saja mengoceh sejak tadi, Max mencoba untuk menembak Sang Raja lagi ketika dia lengah dan memfokuskan matanya ke arah ajudannya tersebut. Tapi sayangnya usaha Max tersebut harus berakhir gagal karena masih ada sebuah perisai magis yang mengerubungi tubuhnya. Max awalnya mengira kalau sihir itu ada karena para Ajudan itu berada di sampingnya, ternyata sihir itu memang bekerja sepanjang waktu.
“Aku mengapresiasi usahamu untuk menembakkan peluru itu lagi kepadamu, Namun perlu ku ingatkan lagi kalau usahamu itu benar-benar akan berakhir sia-sia. Jika kau mengira perisai ini ada karena para prajurit itu maka anggapanmu salah. Aku tidak akan berusaha meladenimu sampai kau berusaha untuk dirimu sendiri agar menang melawan para Ajudan milikku sekarang. Karena dari yang aku lihat, kemenangan belum tentu berada di tanganmu sekarang.” Ucap Sang Raja mencoba untuk membalas apa yang telah Max perbuat kepadanya sekarang. Max sangat geram dan kesal dengan ucapan Sang Raja.
Tapi karena terlalu fokus kepada Sang Raja, Max lupa kalau dua ajudan itu berada tepat di belakangnya sekarang. Mereka langsung saja mencoba untuk menyerang Max bertubi-tubi dengan serangan cahayanya yang cepat. Namun bukan satu tebasan kali ini yang mereka lancarkan kepada Max, melainkan puluhan atau ratusan tebasan dengan kecepatan cahaya sampai-sampai membuat Max dan juga ajudan itu terbang ke langit karena para Ajudan itu tak mampu menjaga momentumnya agar tetap bisa berpijak di tanah. Max tidak pernah merasa sesakit ini, dia mengalami luka yang sangat berat akibat semua sayatan yang dia terima itu. Dia melayang sekarang, merasa kalau mungkin nyawanya akan tamat dan berakhir di sini juga.
Tapi dua ajudan itu ternyata belum memberikan sebuah akhir bagi kepedihan yang dialami Max. Mereka berdua yang masih melayang bersama-sama di atas angin dan berusaha untuk jatuh tanpa terkena cedera, dua ajudan itu meraih badan Max merangkulnya untuk menjadi pijakan. Mereka menempatkan tombak dan juga kapak mereka tepat ke arah kepala Max dan akan menusuknya menembus sampai ke dalam tanah kalau dia memang telah jatuh sampai ke lantai. Max benar-benar tidak bisa bergerak atau bermanuver menghindar semua serangan ajudan itu karena ruang geraknya sangat sempit terjebak oleh kedua ajudan itu sekarang. Hanya ada dirinya dan angin yang menyertainya.
Tapi Max tidak kehilangan akal. Meskipun dia merasa kesakitan luar biasa, tapi luka yang ada di badannya itu membuatnya berpikir akan sebuah ide gila belum pernah ia lakukan sebelumnya. Max membuang semua ranjau yang ada di kantongnya, membuatnya melayang tepat di atas udara. Para ajudan itu tidak tahu benda apa itu sebenarnya, mereka pun dengan polosnya menyentuh ranjau itu. Walaupun berada berdekatan dengan musuhnya dan ranjau itu sendiri, Max langsung saja menembakkan ranjau itu dan membuatnya meledakkan dirinya sendiri bersamaan dengan yang lain. Ranjau itu meledak dan hancur dengan sangat mengerikan membuat Max beserta para Ajudan itu hancur berantakan.
Max pun jatuh ke lantai, dengan kondisi badan yang benar-benar luluh lantak akibat ledakan ranjaunya itu sendiri, sementara para Ajudan, mereka berada terlalu dekat dengan ranjau, membuat mereka tak bisa selamat dan juga kembali hidup dengan selamat. Hanya beberapa organnya yang masih utuh dan mencoba untuk meraih kemampuan regenerasi yang tidak mungkin para Ajudan itu dapatkan. Max pun menembak kepala dari ajudan yang masih berusaha keras untuk hidup itu. Dengan satu tembakan, dia berusaha untuk membuatnya menjadi tak bisa bergerak dan benar-benar mati saat ini.
Sebenarnya, kondisi Max juga tak kalah mengerikan daripada kondisi kedua ajudan yang baru dia tembak itu. Separuh badannya hancur mulai dari bagian tangan kiri sampai sedikit kepalanya. Tapi Max masih tetap bisa berdiri tegak dan mendapatkan kesadarannya meskipun mengalami luka separah itu. Luka itu membuat sebagian kulit dan baju Max terbakar dan tidak membentuk wujudnya yang semula lagi. Max masih memegang Revolvernya di tangan kirinya sekarang. “Jadi bagaimana, apakah ini giliranmu untuk melawanku mulai sekarang? Walaupun dalam kondisiku seperti ini, aku masih bisa membunuhmu dengan mudah!”
Sang Raja yang melihat itu semenjak tadi benar-benar berubah menjadi geram dan kesal. Dia berteriak dengan sangat kencang dan memukul-mukul singgasananya dengan keras. “BAGAIMANA MUNGKIN HAL TERSEBUT BISA TERJADI! KAU TIDAK MUNGKIN BISA SELAMAT MELAWAN PASUKANKU!” Teriak Sang Raja itu kepada Max. Tapi kemudian Max menembakkan Revolvernya ke arah perut Sang Raja. Peluru itu tembus dari perutnya sampai ke singgasananya. Sang Raja memegang perut dan jatuh dari singgasananya kesakitan. “Kena kau!”