Sudah berhari-hari lamanya Max berjalan ke arah Desa Frello. Dia hanya tahu kalau letak desa itu berada di tenggara. Namun Max sudah berjalan ke sana dengan cukup lama sampai dia lupa dan tak tahu keberadaan dirinya sendiri sekarang. Dia tidak bisa bertanya kepada siapa pun karena memang tidak ada siapa pun di sini. Hanya dirinya dan senjata-senjata barunya yang ia terima dari Taurus menemaninya dalam setiap perjalanan.Untuk masalah perbekalan dan juga mengisi perut dan dahaganya, Max sudah terlatih untuk berburu dan meminum minuman langsung dari alam dengan mencarinya sendiri. Max bisa melakukan itu dengan mudah karena guild Iron Hammer sendiri melakukan pelatihan pada Mercenaries saat berusaha untuk bergabung menjadi anggota dari guild tersebut. Max mencoba untuk bertahan sekuat tenaganya agar bisa sampai di sana.
Satu-satunya petunjuk yang dimiliki oleh Max sekarang adalah kompas yang berada di tangannya sekarang. Kompas yang hanya menunjuk ke arah utara dan membuatnya sadar kemungkinan besar dia sudah berjalan dan juga tersesat sekarang. Dia mungkin sudah tidak bisa menapaki jalan untuk kembali pulang atau pergi ke tempat lain di sekitar sini. Hanya ada rusa liar dan juga bunga-bunga bermekaran di pinggir jalan mencoba untuk menemaninya dalam perjalanan ini.
Sampai akhirnya Max bertemu dengan sebuah karavan yang dikerek oleh seekor kuda dan laki-laki di sebelahnya berjalan mendampinginya. Dia berjalan dengan sangat pelan seperti sudah tidak memiliki tenaga dan juga kekuatan lagi untuk bisa berjalan di tanah dan juga jalan ini. Max langsung saja menghampiri lelaki dan kuda itu berusaha untuk menemaninya jika saja dia memang membutuhkan bantuan untuk membuatnya berjalan ke desa Frello lebih mudah.
Saat Max menghampirinya, dia sadar kalau lelaki itu adalah lelaki tua di umur di atas 50 an sendirian menarik kuda itu bersamanya. Max juga sadar kalau barang-barang yang diangkut oleh kuda itu bukanlah barang-barang biasa melainkan perabotan-perabotan mewah dengan artefak-artefak yang tidak biasa ditemukan oleh orang biasa. Max kemudian menegur lelaki tua itu dengan menyentuh bahunya mencoba untuk memanggilnya.
Pria itu menoleh, dia tersenyum lega. Sepertinya Max dan juga lelaki itu benar-benar senang karena selama perjalanan ini mereka memiliki teman untuk melakukan perjalanan bersama. “Oh anak muda, apakah kau ingin membeli sesuatu dari karavanku? Ada sesuatu yang menarik di sini mungkin menarik perhatianmu” Ujar lelaki itu. Dia pun menghentikan laju kudanya dan mulai mencari-cari barang di dalam kudanya. Sungguh sangat berantakan sampai-sampai Max menjadi tak tega bila pria itu harus membereskannya lagi nanti seusai dia mencarikan sesuatu untuk Max.
“Memangnya kau menjual apa pak tua?” Tanya Max penasaran. Dia sebenarnya tidak memiliki minat untuk membeli apa pun. Dia pun tidak membawa uang yang cukup untuk sekedar membeli barang-barang yang tidak penting. Semua uangnya yang dia bawa saat ini hanya cukup untuk membeli makanan ataupun penginapan untuknya bermalam. Namun itu pun jika memang ada tempat untuk bermalam atau restoran di sana. Untuk saat ini, Max akan mencoba untuk meladen pria tua itu melakukan apa pun yang dia inginkan.
“Ini dia. Ada monyet emas, Pohon zamrud, dan juga anting domino. Aku tahu kau pasti suka barang-barang seperti ini kan? Jangan sungkan-sungkan. Aku akan memberikan harga promo khusus untukmu pelanggan pertamaku hari ini. Kau boleh mendapatkan semuanya seharga 500 koin emas.” Tawar pria tua itu. Max yang tak pernah mempedulikan tentang uang atau pun harta benar-benar kaget dengan harga yang pria itu tawarkan kepadanya. Karena 500 koin emas bisa mendapatkan sebuah rumah mewah di Kerajaan Merleth. Dan dengan menawarkan dengan harga seperti itu, bagaimana dia bisa membawanya sendirian kemana-mana tanpa takut untuk dirampok ataupun diserang oleh kriminal.
“Apakah kau memang selalu berjalan sendirian di daerah ini pak? Apa kau tidak takut jika di serang monster atau pun penjahat membawa barang sebanyak itu? Aku benar-benar khawatir dengan kondisimu yang seperti ini.” ungkap Max mengatakan rasa khawatirnya kepada lelaki tua itu. Namun dengan gigi ompongnya di bagian depan dan juga kerutan di wajahnya, kakek tua itu malah tertawa mendengar ucapan dari Max.
“Hahahaha. Sudah kuduga anak muda sepertimu akan mengkhawatirkanku. Jangan khawatir anak muda, aku sudah terbiasa berjalan dan juga mengarungi semua tempat ini. Tidak ada satupun tempat atau pun sisi di wilayah ini luput dari pandanganku. Mataku boleh sudah tua dan terlihat lemah, namun memori dan juga penglihatanku masih tetap tajam. Bahkan aku yakin semua ingatanku masih lebih baik daripada memori yang kau punya.” Ungkap lelaki tua itu dengan jumawa. “Tapi aku terkesan dengan rasa simpatimu padaku. Tapi harus kukatakan, kau salah orang telah berkata seperti itu kepadaku.”
“Tunggu pak,” Ucap Max seperti menyadari sesuatu. “Kau bilang kalau kau mengingat dan juga hafal tempat dimana kau berada sekarang. Tapi memangnya, dimana letak kita sekarang? Aku sudah berjalan jauh-jauh dari Kerajaan Merleth dan merasa kalau aku sudah mulai kehilangan arah dan jejak sekarang. Aku tak tahu dimana aku sekarang karena minimnya petunjuk di setiap jalan ini. Bisakah kau memberitahuku dimana kita berada sebenarnya?”
“Sudah kuduga, kau pasti tidak mengenal atau tahu tempat ini. Aku bahkan ingat betul tidak pernah melihat mukamu di area ini. Kau pasti seorang pendatang dan berkelana dari tempat yang cukup jauh sehingga kehilangan arah dan juga tujuanmu saat kemari,” Ujar pria tua itu memberitahukan sesuatu kepada Max, “Dan sepertinya aku bisa tahu dimana kau akan menuju. Kau pasti akan pergi ke desa Frello kan namun terjebak dan tersesat di jalanan ini?”
Max menganggap kalau dia tidak bisa memperlakukan kakek ini dengan remeh. Dia tahu apa yang dia perbuat sampai bisa menebak sosok Max dengan akurat. “Darimana kau tahu kalau aku akan menuju Desa Frello? Aku belum memberikan informasi apa-apa tentang diriku padamu!”
“Umurku sudah lebih tua daripada umurmu nak. Dan aku bisa melihat sesuatu yang mungkin belum pernah kau bayangkan sebelumnya. Dan kaum-kaum seperti dirimu ini merupakan kaum yang paling aku suka. Kaum yang merasa diri mereka paling hebat dan paling kuat padahal mereka belum menyentuh dunia sepenuhnya. Aku bisa melihat kalau kau adalah seorang Hunter dari senjata yang kau bawa dan juga emblem yang mengikat di bawah lehermu itu. Kau tidak perlu mengatakan apa-apa kepadaku kalau itu memang adalah emblem milik guild para Mercenaries. Karena aku sudah mengetahuinya bahkan sebelum kau mengatakannya kepadaku.
Di leher Max, memang ada sebuah emblem yang menjadi tanda kalau dirinya berasal dari Iron Hammer. Dia memegangnya dan menyembunyikannya ke dalam lehernya. “Baiklah kalau begitu. Kau belum menjawab pertanyaanku sama sekali Pak Tua. Dimana kita sekarang?” tanya Max kepada kakek tua itu.
“Kita sekarang berada di perbatasan Desa Frello. Dan kau tidak perlu khawatir untuk tersesat lagi karena kau akan segera sampai ke sana dalam beberapa kali langkah. Dan aku tahu kalau kau menerima misi penting di sana karena memang ada sesuatu genting yang terjadi. Aku mendengar ada pasukan Gargoyle yang menyerang membabi buta di dalam desa itu. Dan mungkin para Mercenaries sepertimu di sewa untuk membantu para prajurit di sana membasmi para monster itu. Benar kan tebakanku?” lanjut kakek itu. Max hanya mengangguk dan tidak bisa mengutarakan apa maksud sebenarnya pergi ke dalam kota itu.
“Memangnya separah apa sekarang kondisi desa itu?” tanya Max kembali. “Entahlah, aku belum melihatnya secara langsung. Namun aku merasa kalau kondisinya sangat parah sampai-sampai bahkan aku yang biasanya mendapatkan pelanggan dari mereka belum bertemu sama sekali dengan mereka untuk beberapa hari terakhir. Sejujurnya aku khawatir dengan keadaan desa itu karena aku mengenal beberapa orang baik di sana. Semoga saja beberapa dari mereka bisa selamat dan tidak terkena apa-apa.”
“Tapi pak, apakah kau pernah bertemu dengan sosok Gargoyle sebelumnya? Aku hanya mengetahui itu dari rumor saja dan belum pernah untuk melihatnya secara langsung.” Tanya Max kembali. Mengetahui informasi sebanyak-banyaknya dari musuh yang akan dia lawan akan benar-benar berguna di saat seperti ini bagi Max. Tidak hanya dia bisa menyusun rencana dari awal, dia juga bisa mampu mengantisipasi kemungkinan serangan apa saja yang akan ia dapatkan dari mereka. “Aku tidak bisa berkata kalau aku pernah melihatnya secara langsung juga. Mungkin sama sepertimu, aku juga mendengar rumor-rumor yang beredar tentang makhluk itu.” Ucap Sang Pak Tua membagikan informasi seadanya yang dia punya.
“Yang aku tahu, mereka bukanlah monster biasa. Mereka dapat terbang dan memiliki kuku dan juga gigi yang tajam untuk merobek kulit dari lawan mereka. Dan saat mereka berhasil menyerang calon mangsa mereka, para Gargoyle ini akan menghisap darah dari korban yang berhasil mereka jatuhkan. Mirip seperti kaum kuno di suatu daerah yang pernah unggul di wilayah ini, apa itu aku lupa namanya” Cakap pak tua itu sambil berusaha mengingat sesuatu. Dan sepertinya Max tahu siapa yang Pak tua itu ingin sebutkan. “Vampir”
“Ya benar Vampir! Aku tahu kalau mereka adalah kaum dan juga suku yang sangat kuat. Namun aku mendengar kalau kaum mereka dibantai oleh seseorang dari Kerajaan Merleth beberapa tahun terakhir ini. Namun sejujurnya aku tidak bisa berkata aku lega ataupun senang dengan tindakan itu. Karena para Vampir itu cenderung hanya seorang pengecut yang hanya bisa berkonspirasi dengan bangsa mereka sendiri tanpa bisa melakukan apa-apa untuk diri mereka.” Ucap pak Tua itu seperti tahu banyak tentang Vampir.
Yang Pak Tua itu tidak tahu adalah kalau sosok yang telah membasmi para Vampir itu adalah sosok yang sedang berbicara dengannya di depannya saat ini. Max hanya diam dan pura-pura tidak tahu dengan apa yang coba pria itu katakan padanya. Lebih baik diam daripada membongkar semuanya di sini.
“Baiklah Pak Tua, terima kasih atas informasi yang kau berikan kepadaku. Kalau begitu aku akan segera pergi ke desa itu karena sepertinya mereka akan benar-benar membutuhkanku” Lanjut Max mencoba untuk meninggalkan kakek tua itu. “Eh tunggu dulu, bagaimana dengan barang yang telah kutawarkan padamu tadi? Apakah kau tidak tertarik untuk membelinya?”
“Tidak Pak, aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli barangmu. Aku harap kau akan baik-baik saja membawa barang sebanyak itu. Mungkin lain kali saat kita bertemu, aku akan membeli salah satu dari barangmu.” Ungkap Max dengan sopan mencoba untuk menolak tawaran dari Pak Tua itu. Pak Tua itu pun akhirnya mengembalikan barang yang dia tawarkan kepada Max kembali ke karavannya.
Belum sampai di situ, ternyata pria itu kembali dengan membawa sebuah barang di kedua tangannya, “Jika kau tidak mampu membeli apa-apa barangku. Maka ambillah barang ini. Ini adalah jimat cakar naga yang konon bisa memberikanmu keselamatn. Aku ingin kau memilikinya tanpa harus membelinya. Ini, terimalah.” Pak Tua itu langsung saja menyodorkannya ke tangan Max.
“Tapi pak, aku tidak menginginkan ini-“ Pak Tua itu langsung saja mendorong Max menyuruhnya untuk segera pergi ke Desa Frello. Dia pun berlari mundur kembali ke karavan miliknya. “Hati-hati anak muda. Aku bisa tahu kalau kau adalah anak yang sangat mulia. Semoga misi yang kau jalankan berakhir baik dan bisa menyelamatkan semua warga desa di sana. Jaga dirimu ya!” Teriak pak tua itu sambil melambaikan tangannya ke arah Max.
Max pun lanjut jalan menuju ke dalaman hutan sambil memakai anting yang kakek itu berikan padanya
Namun tiba-tiba, suara kepakan sayap monster raksasa terdengar dari atas membuat Max dapat menyaksikan bayangan mereka. Max langsung saja membalik badannya dan melihat kalau itu adalah gerombola Gargoyle. Mereka bergerak menuju Pak Tua itu. Dan dengan sangat cepat, kepala kakek tua itu putus membuatnya tak bisa berkata hanya sekedar minta tolong. Pak tua itu mati dimakan oleh gerombolan Gargoyle.
“Tidak! Pak Tua!”