Ajeng terdiam, mulutnya megap-megap ingin meneruskan ucapannya yang dipotong Ale, tapi tak ada suara yang keluar. Ia tahu sejak lama bahwa Ale memiliki perasaan suka padanya. Memang untuk apa cowok itu terus-menerus menggoda dan mengucapkan—mungkin—ribuan kalimat gombal? Tapi ini terlalu mengejutkan. Ale yang menyatakan cinta dengan kalimat yang—harus ia akui—sangat romantis, mengena pada hatinya. Nalendra yang saat mengatakannya jauh dari sifat menyebalkan, yang tidak pernah ia duga dapat berlaku seserius ini, benar-benar membuat Ajeng membeku. Terlebih, Ale mengetahui fakta bahwa ia mempunyai seorang pacar dan mereka pernah bertemu, tapi laki-laki itu masih nekad mengungkapkan perasaannya *** Pukul 02.00 dini hari, halaman depan masjid universitas diramaikan oleh puluhan—mendekati ra