Bab 18

1337 Kata

"Bangun, Pa, jangan tidur terus. Abyan kangen sama Papa." Sayup kudengar suara putraku disertai isakkan lirih. Ingin rasanya mata ini terbuka, tetapi entah mengapa sangat sulit untuk melakukannya. "Maafkan, Abyan yang sering menjauhi Papa. Abyan gak benci Papa, kok. Abyan justru sayang banget sama Papa." Lagi, kudengar suara Abyan yang terasa sangat dekat. Iya, Nak. Papa juga sayang sama Abyan. Papa ingin bangun dan memeluk Abyan sampai puas. Tuhan, kenapa sulit sekali untuk sekedar membuka mata. Aku sudah rindu ingin melihat wajah putraku yang selama berminggu-minggu tak kutemui. Tolong, beri aku kesempatan untuk melihatnya kembali. "Kok basah? Papa nangis?" katanya. Kurasakan tangan mungil mengusap pipiku dengan lembut. "Jangan nangis, Pa. Abyan selalu mendoakan Papa supaya cepat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN