“Sean! Ale!” teriak Darren dari kejauhan berharap bahwa yang mereka lihat adalah Sean dan Alefukka. Namun, nihil yang mereka panggil adalah zombie yang sedang berjalan mencari mangsa.
Tidak butuh waktu yang lama Darren dan Gilang langsung berteriak histeris sambil berlari, mereka dikejar oleh dua zombie yang sedang berkeliaran di ruko mall. Rasanya pelarian mereka tak pernah bertemu ujung dan jalan keluar.
“Itu suara Darren sama Gilang kan?” tanya Sean yang mendengar suara nyaring teriakan Darren yang begitu cempreng dari lantai 2. Alefukka mengangguk membenarkan, ia mengeluarkan s*****a yang berada disakunya untuk menembak zombie yang bisa saja berada di sekitar mereka.
Alefukka dan Sean berlarian ke lantai bawah untuk menyelamatkan kedua orang yang tak berotak itu. Sean maupun Alefukka tahu bahwa Darren dan Gilang mempunyai s*****a masing-masing, namun sepertinya mereka terlalu panik hingga lupa dengan s*****a yang seharusnya dikeluarkan dalam keadaan genting seperti ini.
“Darren! Gilang! Ke sini!” teriak Sean melambaikan tangannya, ia memberikan kode agar kedua sahabatnya itu mendekat dan mereka akan menembak zombie yang berada di belakang Darren dan Gilang.
Dor!
Dor!
Dor!
Suara tembakan bergemuruh di mall tersebut, peluru Alefukka tepat mengenai kepala zombie tersebut dan membuat kedua zombie itu terkapar lemas dilantai.
Hos.. hos
Darren dan Gilang meneguk ludahnya sendiri, keringat becucuran dikening mereka membuat Sean dan Alefukka merasa iba.
“Aduh, otak ke mana sih? Padahal kalian bawa s*****a sendiri,” celetuk Sean dengan wajah kesal bahwa dua orang ini sering kali mengabaikan keberadaan otaknya untuk berpikir cepat dalam keadaan genting kalau saja tidak ada dirinya dan Alefukka mungkin Darren dan Gilang akan meninggal dan mereka gagal untuk pulang.
Gilang menepuk keningnya pelan kemudian terduduk di lantai dengan rasa lelahnya. Ia lupa kalau membawa s*****a disakunya, ia hanya ingat bahwa mereka hanya mempunyai tongkat baseball yang sudah ia lempar entah ke mana.
“Selamat datang di game survival, halo para pemain yang bijaksana kami akan memberikan sebuah misi untuk kalian hari ini. Harap menggunakan seluruh kekuatan di misi pertama kalian, terima kasih”
Setelah suara itu terdengar, ada sebuah kertas yang jatuh dari atas tepat berada dikaki Sean. Sean mengambil kertas itu dan membacanya, matanya terbelalak ketika membaca kalimat yang tepatnya lebih seperti bunuh diri.
Darren, Gilang dan Alefukka tampak penasaran, mereka mendekat dan membacanya bersama-sama.
“What?! Setiap pemain harus memeluk zombie dan harus bertahan selama 5 menit tanpa gigitan apapun?” tanya Darren yang panik. Ia baru saja menghindari zombie, namun sekarang tantangan cacat logika itu malah menyuruh setiap pemainnya memeluk zombie?
“Gila, ini game buatan si Andrew bener-bener tak masuk logika. Gunakanya meluk zombie tuh apa?” tanya Gilang yang langsung terduduk begitu saja, ia benar-benar merasa bahwa dirinya adalah orang paling tak beruntung sedunia.
Sean sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, sedangkan Alefukka sudah pasrah dengan wajah pucatnya. Memikirkan hal-hal seperti ini membuat asmanya kambuh, ia tidak tahu harus bertahan seperti apa.
“Gue kayaknya nyerah aja, asma gue gak bisa diajak kerja sama,” kata Alefukka yang memegangi dadanya dengan wajah yang sudah pucat pasi membuat Sean dan kedua temannya bingung. Di pulau seperti ini pasti akan sangat sulit untuk mencari obat asma.
“Tapi kita gak bisa ninggalin lo gini aja, kita akan bantuin lo gak usah takut,” ucap Sean yang berjanji akan membantu Alefukka melewati tantangan tersebut. Gilang mengangkat kedua alisnya merasa tak percaya dengan ucapan Sean.
“Jadi lo berencana mau meluk zombie? Aduh please lah jangan jadi gila juga,” kata Gilang yang merasa bahwa itu Tak masuk logika.
Sean menghela napasnya dengan kasar, ia tidak tahu bagaimana cara keluar dari game tersebut selain mengikuti 365 misi yang diberikan oleh game tersebut.
“Ini misi untuk membuat kita keluar dari game ini kalau kita gak nurutin mau bagaimana? Pasti akan stuck di sini aja, Bro!” ucap Sean membuat ketiga temannya sadar bahwa misi yang mereka jalani ini adalah semata-mata untuk kebebasan mereka juga.
Gilang melihatt Darren sekilas kemudian menghembuskan napasnya kasar, perkataan Sean ada benarnya kalau mereka bisa menyelesaikan misi tersebut pastilah mereka bisa otomatis keluar dari dunia game tersebut.
Darren hanya bisa diam dan tak ingin berkomentar apa-apa karena ia tahu jika ia ikut berkomentar dengan mulut pedasnya itu pastilah suasana semakin tak menguntungkan bagi mereka.
“Ya udah kalau pada setuju kita akan mulai dulu dari Sean, setelah Sean gue, Gilang dan Alefukka,” kata Darren memutuskan. Mereka bertiga akan membantu Sean terlebih dahulu dan selama 5 menit akan berganti orang.
Mereka bertiga mengeluarkan s*****a masing-masing dan mengarahkannya pada zombie yang berada di depan mall tersebut.
“Sean, lo ambil zombie satu aja dari luar,” perintah Darren membuat Sean meneguk ludahnya sendiri. Permainan hantu yang membuat Sean gugup, ia berharap bahwa 364 misi lagi akan lebih mudah dari pada ini.
“Beneran gue nih? Serius deh ini permainan ga paham maksudnya apa, kalau aja ini game komputer udah gue uninstall karena ga jelas,” oceh Sean dengan kesal sambil mengambil ancang-ancang untuk keluar dari mall tersebut.
Sean bernapas lega ketika melihat betapa beruntung dirinya yang mendapati zombie yang sedang tidak terarah padanya. Ia menyeret zombie tersebut dan memeluknya. Bau amis dari tubuh zombie tersebut membuat dirinya merasa jijik juga, belum lagi tenaga zombie yang amat kuat membuat Sean sedikit kewalahan.
Namun, Darren dan Alefukka bersiap memegang pelatuk s*****a tersebut. Sedangkan Gilang memegangi leher dan kepala sang zombie agar tidak menggigit Sean.
Tidak terasa 5 menit telah berlalu dan sekarang giliran Darren. Sean memegangi pelatuk yang siap menembak zombie itu kapan saja saat menyakiti Darren.
“G-gila gue ga gak tahan sama baunya!” seru Darren dengan wajah yang ingin muntah. Ketiga temannya memperingati Darren agar mengabaikan baunya dan fokus pada zombie tersebut yang bisa kapan saja membunuhnya.
Setelah 5 menit akhirnya Darren bergantian dengan Alefukka. Rasanya susah juga menahan kekuatan energi super dari sang zombie. Bahkan sebenarnya Alefukka tak kuat menahan energi zombie yang sangat kuat tersebut.
“1 menit lagi, bertahanlah,” ucap Sean menghitunginya.
Alefukka hanya mengangguk, ia masih fokus pada zombie tersebut karena tenaganya kian menipis.
“Udah selesai, gantian sama Gilang,” ucap Sean memerintahkan.
Gilang melihat Sean dengan mata seolah minta tolong. Sean menghela napasnya pelan.
“Gapapa, gue yang pegangin,” kata Sean memastikan agar semuanya baik-baik saja.
Gilang yang tak mau pun akhirnya mengangguk setuju untuk menyelesaikan misi tersebut.