Misi 1 done!

1039 Kata
Dor!   Suara tembakan kembali terdengar ditelinga keempat pemuda itu. Aleffuka menembak zombi tersebut ketika Gilang sudah menyelesaikan bagiannya.   Fyuh!   “Gue hampir aja mati, itu zombi tenaga kuat banget cocok buat bergulat di ring tinju,” ucap Gilang seraya berdiri dari posisi duduknya sambil membersihkan pakaiannya dari cairan merah tersebut.   Sean dan ketiga sahabatnya duduk lemas di dekat pintu, rolling door tersebut kembali tertutup secara otomatis. Misi pertama selesai, masih ada 364 misi lagi yang harus dijalani oleh mereka berempat.   “Selamat datang di game survival, terima kasih karena sudah menyelesaikan misi pertama. Selamat kalian berhasil, silakan tunggu pengumuman untuk misi selanjutnya!”   Sean menghembuskan napasnya kasar ketika pengumuman itu selesai. Rasanya ingin sekali menjambak orang yang mengumumkan hal tersebut.   “Berdoa aja semoga misi kedua ga separah ini,” ucap Darren sambil menatap langit-langit mall tersebut. Ingin sekali rasanya pulang ke kostannya yang bersih dan nyaman. Kasurnya yang empuk dan makanan gratis dari ibu kost setiap hari rabu membuatnya merindukan wanita paruh baya yang selalu mengomelinya saat bayar kost terlambat itu.   “Gue pengen balik,” kata Sean pelan terbaring di lantai mall yang terasa dingin.   Darren dan Gilang melihat Sean sekilas dengan wajah miris. “Kita juga mau pulang, ga cuma lo,” celetuk Gilang yang masih gemas dengan ketiga temannya yang membawanya ke sini. Padahal kalau ia tidak ikut tidak akan seperti ini.   Alefukka tidak mengomentari apa pun selain memejamkan matanya yang sudah tak kuat menahan kantuk. Sudah 2 hari mereka di sini, namun belum juga menemukan suatu celah untuk kembali ke dunia nyata.   “Apa kita ga nekat aja nih terobos ke pintu keluar game ini?” usul Darren yang merasa bahwa itu adalah jalan pintas.   Sean menggeleng cepat, kalau semudah itu pastilah namanya bukan game.   “Gak bisa percuma seandainya kita ke sana juga pasti pintunya tidak akan terbuka kecuali misi 364nya sudah diselesaikan,” ucap Sean dengan wajah kesal. Ia tahu bahwa ini sulit dan akan membuat teman-temannya menjadi gila. Terkurung di pulau yang tak ada orang satu pun membuat mereka harus berlatih mandiri untuk tidak mengandalkan siapa-siapa. “364 misi gak mudah cuy, dan gue tahu pasti anak nolep itu bikin game dengan misi yang aneh dan gak masuk logika. Contoh misi pertama misalnya, meluk zombie itu buat apa coba?” tanya Darren yang tak habis pikir dengan Andrew yang membuat game setidak masuk akal itu. Sean mengangguk setuju, pastilah memang misinya aneh-aneh karena diciptakan oleh Andrew yang tampaknya akalnya kurang sehat juga. “Ya udahlah mau gimana lagi kan? Sementara kita nunggu 364 misi mending kita persiapin diri dan mental dulu deh biar gak kelabakan kalau misi yang lain udah keluar dan hitung-hitung anggaplah ini petualangan pertama kita,” ujar Sean seraya berdiri dan mengambil senjatanya. Sedangkan Alefukka hanya bisa terdiam mendengar semua percakapan sahabatnya itu, untuk pertama kalinya ia tidak ingin nimbrung berbicara pada ketiga sahabatnya itu. “Ayo, Le. Kita harus cari tempat persembunyian untuk dijadikan rumah sementara menunggu 364 misinya. Kita harus kuat gak boleh goyah!” seru Sean sambil mengulurkan tangannya pada Alefukka. Alefukka melihat tangan Sean kemudian menghela napasnya pelan. Ia menerima uluran tangan itu kemudian berdiri dari posisi tidurnya. “Di sini ada obat asma gak sih? Gue malah takut mati karena asma dari pada karena zombie,” ucap Alefukka dengan wajah masam. Ia benar-benar olahraga jantung di pulau seperti ini. Ucapan Alefukka yang terkesan ceplas-ceplos malah membuat Sean dan kedua temannya tertawa keras. Memang benar, rasanya akan mustahil untuk Alefukka berlari dan menyelamatkan diri karena mungkin saja asmanya lebih ganas dari pada zombie yang akan menerkamnya. “Kayaknya kita harus pasang tandu deh buat gotong si Ale,” kata Sean yang tampak berpikir, namun akan lebih bahaya tampaknya jika Alefukka diangkut menggunakan tandu akan membuat mereka lebih lama untuk menyelamatkan diri. Darren dan Gilang saling pandang, tampaknya permainan ini benar-benar menguji pertemanan mereka. Yang di dunia nyata biasanya mereka sendiri-sendiri sekarang di dunia game mereka harus selalu bersama dan belajar menurunkan ego. Bahkan Darren yakin bahwa Gilang yang emosian akan rela mendengarkan hal-hal tak masuk akan dengan sabar. Begitu juga Gilang yang yakin bahwa Darren akan lebih bersabar lagi karena game ini. “Gak usah guys, gue bisa sendiri. Cuma kalau memang takdir gue harus berakhir di sini gue Cuma mau extramers gak berpencar, setidaknya inget nasihat gue kalau memang hanya kalian yang selamat karena gue gak yakin bisa naklukin game ini dengan asma gue yang sering kambuhan,” kata Alefukka yang merasa tak kuat membayangkan harus terus berlarian seperti itu. “Apa pun yang terjadi nanti, gue sebagai ketua gak pengen lihat kalian mementingkan diri kalian sendiri. Kita adalah satu. Kita nyasar ke sini berempat maka pulang juga harus berempat, gue gak sudi untuk pulang sendiri,” kata Sean dengan tegas, sebagai ketua genk extramers, Sean tak ingin mereka berpencar begitu saja. Mereka pun mengangguk setuju dengan ucapan Sean. Sean mengulurkan tangannya di hadapan ketiga temannya seakan memberi kode agar mereka ikut mengulurkan tangannya dan berjanji pada diri sendiri untuk terus menjaga satu sama lain. “Extramers?” ucap Sean dengan wajah sumringah, Darren dan Gilang lagi-lagi tampak saling pandang kemudian ikut mengulurkan tangannya di atas tangan Sean, begitu pun Alefukka yang mengulurkan tangannya paling atas. “Dengan ini gue, Sean, menyatakan memulai game survival dengan menyingkirkan rasa egois dan rasa saling menyayangi satu sama lain. Bila diantara kalian ada yang mementingkan ego maka sudah dipastikan gue tidak akan tanggung jawab dengan apa yang akan terjadi pada kalian, setuju?” tanya Sean menatap satu persatu temannya itu dengan tatapan tajam. “Setuju!” seru ketiga temannya dengan semangat. Mengeluh memang tidak akan ada artinya di sini. Mereka memutuskan untuk menghadapi semua ini bersama-sama lagi pula mereka juga bisa lebih akrab dengan game ini. Sean dan ketiga temannya akhirnya memilih untuk berada di mall tersebut untuk sementara waktu mengingat truk yang mereka gunakan kehabisan bahan bakar. Mall tersebut memang sangat besar dan lengkap mulai dari pakaian dan makanan ada semua di sana, mereka tidak akan khawatir soal makanan atau pakaian. Persediaan air bersih juga tercukupi, hanya saja mereka akan kehilangan sinar matahari untuk sementara waktu. Mall tersebut akan menjadi basecamp extramers untuk sementara ini, Sean dan teman-temannya berharap bisa menyelesaikan misi-misi tersebut dengan baik sehingga mereka bisa lebih cepat pergi dari dunia game itu.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN