Tidak meninggal

1047 Kata
“Gue masih gak paham kenapa Klara bisa di tempat ini padahal gue lihat sendiri kalau Klara sudah dikubur, masa iya dia mati suri?” tanya Alefukka yang merasa bahwa matanya tak salah lihat saat Klara dikuburkan. “Apa lo lihat wajahnya saat masuk peti?” tanya Sean yang masih fokus menyetir. Alefukka terdiam, ia benar-benar tidak fokus waktu itu dan tak melihat siapa yang dikubur saat itu. Pemuda itu menggeleng pelan. “Gue gak tahu karena waktu itu gue gak ada di sana, gue datang ke pemakamannya juga terlambat karena macet,” kata Alefukka yang masih tampak ragu karena ia tak melihatnya sendiri bahwa Klara memang sudah meninggal. Sean menghela napasnya kemudian menghentikan mobil tersebut dan menatap Alefukka dengan serius. “Ini artinya kemungkinan Klara masih hidup itu besar. Jadi, mungkin memang Klara yang ada di dunia game benar-benar Klara sahabat kita. Dan lo tahu kan harus apa??” tanya Sean dengan serius. Alefukka mengangguk paham kemudian mereka berdua turun dari mobil tersebut melihat rumah mewah yang merupakan pusat kontrol itu. “Kita harus masuk ke sana mumpung mereka lagi tidak ada di sini,” kata Sean sambil menatap rumah megah yang berada di hadapannya itu. Namun, wajahnya kembali mengerut ketika melihat seluruh rumah tersebut dilindungi oleh pagar listrik yang bisa kapan saja menyengatnya dan membuat dirinya gosong. “Itu adalah pagar listrik, kita tidak bisa melewatinya,?” ujar Alefukka yang sadar betapa bahaya sedang menghadangnya. Sean mengangguk membenarkan ucapan Alefukka. “Sepertinya kita harus menunggu saja biar mereka kembali lalu kita akan menyusup ke dalam sana menyelamatkan Klara,” kata Sean yang menghembuskan napasnya kasar. Untuk sementara mereka memilih mencari tempat persembunyian yang tidak terlalu jauh dari pusat kontrol tersebut. Namun, saat mereka sedang ingin memasuki mobil Sean melihat Darren dan yang lainnya tampak seperti orang linglung melihat dunia game ini. Tampak ia sedang mencari Sean dan yang lainnya. Sean berlari menghampiri Darren dan yang lainnya dengan wajah panik karena mereka kembali lagi ke dalam dunia game. Alefukka yang menyadari kehadiran sahabat-sahabatnya pun terkejut karena kedatangan mereka kembali ke dalam dunia game yang seharusnya mereka hindari. “K-kalian kenapa? Kenapa kembali ke sini? Gimana dengan rencana awal yang kita diskusikan?” tanya Alefukka yang benar-benar terkejut dengan kehadiran mereka lagi di tempat tersebut. Darren menghela napasnya kemudian menggeleng pelan. “Kita gak bisa lakuin itu karena kita udah cari ke mana pun orang yang paham tenang dunia game, tapi nihil sepintar-pintarnya tak ada yang bisa menjawab pertanyaan kita,” kata Darren menjelaskan itu semua. “Lalu kenapa kalian harus kembali? Kalian menambah beban kalau begini,” ucap Sean yang benar-benar sudah tidak paham dengan pemikiran sahabat-sahabatnya itu. “Tidak bisa! Apa lo gak tahu kampus lagi kacau karena hilangnya kita? Kalau kita muncul dan tidak membawa lo pasti ibu lo bakal nuntut kita semua ke polisi karena kita mengorbankan anaknya,” kata Darren yang terdengar masuk akal di telinga Sean dan Alefukka. Mereka berdua terdiam karena apa yang dikatakan mereka benar akan lebih baik jika mereka kembali ke dunia game dan mengusahakan keluar dari tempat tersebut bersama-sama. “Baiklah, kita harus mencari basecamp dulu karena tidak aman di luar sini,” kata Sean kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil dan mencari tempat persembunyian yang aman untuk mereka. Di dalam mobil tidak ada yang berbicara dan sangat hening karena mereka sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sedangkan Gilang sedari awal tak pernah tersenyum karena memang ia sebenarnya tidak ingin kembali ke dunia game tersebut mengingat keluar dari sana adalah hal yang sulit bahkan hampir mustahil. Namun, karena semuanya memaksa akhirnya Gilang ikut juga takut dipenjarakan oleh Anjani. “kali ini tidak ada kesempatan untuk kita keluar lagi kan? Gue bener-bener menyayangkan kalian malah lebih milih balik ke sini dari pada dunia nyata,” ucap Gilang dengan wajah sinis. Sedangkan Darren yang berada di samping Gilang hanya melihat pemuda itu dengan raut wajah kesal. “Lo mending diem deh, kalau di dunia game mungkin kita terkurung tapi gak sampai bertahun-tahun, kalau di penjara? Lo keluar-keluar juga percuma karena bakal susah dapet kerja mantan napi!” ujar Darren dengan nada sengit. Tentu saja yang dikatakan Darren adalah yang Gilang pertimbangkan saat akan memasuki lagi dunia game tersebut. “Ya ya kali ini lo bener. Mungkin itu juga yang jadi bahan pertimbangan kenapa gue mau ikut kalian lagi ke sini,” ucap Gilang sambil menyadarkan tubuhnya di jok mobil sementara kepalanya menengadah ke atas. Sean sebenarnya sedikit terkejut karena teman-temannya itu lebih milih kembali ke dunia game dari pada di penjara. Mungkin di penjara akan membuat nama baik menjadi tercemar dan di masukkan daftar hitam oleh perusahaan mana pun. Namun, tetap saja hal itu bisa membuatnya tetap aman. “Kalian seharusnya merelakan diri di penjara kalau masalah seperti ini pasti tidak akan lama hukumannya, setidaknya kalian aman dari pada di dunia game yang bisa kapan saja melenyapkan kalian," kata Sean yang masih fokus menyetir mobilnya. Gilang mengangguk membenarkan ucapan Sean, kali ini sepertinya Sean lebih paham dirinya dari pada yang lain. “Gue setuju seharusnya gue gak masuk dan ikut kalian lagi ke sini untuk membahayakan nyawa," kata Gilang dengan semangat karena diantara mereka ternyata ada yang sepemikiran. “Tapi kenyataannya lo udah di sini bersama kita, Gilang Amarafurkan!” seru Darren yang sudah mulai gusar dengan ucapan-ucapan Gilang yang terbilang tidak setia kawan. Gilang terdiam mendengar ucapan Darren kemudian menghela napasnya panjang hingga terdengar di telinga semua orang yang berada di mobil itu. “Udah jangan ribut ayo turun!” kata Sean kemudian turun dari mobil sambil menatap rumah kokoh yang berada di hadapannya. Rumah yang terbuat dari bebatuan itu tampak sangat kokoh dan kuat sekali, cocok untuk mereka yang sedang berlindung. Mereka pun akhirnya masuk dan melihat rumah mewah itu dengan penuh kehati-hatian mengingat bisa saja ada zombie atau monster yang berada di rumah tersebut. “Sepertinya aman, untuk sementara kita bersembunyi di sini saja,” kata Alefukka setelah selesai melakukan pemeriksaan dari lantai satu sampai lantai 2. Mereka mengangguk membenarkan, untuk basecamp tempat ini benar-benar sangat cocok. Pintu yang sangat kokoh dan jendela yang aman karena ada jeruji besi yang menghalanginya walaupun kaca tersebut pecah, namun zombie-zombie tak akan bisa masuk ke dalam rumah tersebut. Sekarang mereka sudah aman tinggal bagaimana mereka mencari cara untuk mengeluarkan diri dari dunia game tersebut dan membawa Klara bersama mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN