“Saya permisi,” ucap Pak Iwan seraya membawa s****h-s****h yang sedari tadi ia bersihkan. Sedangkan Bu Marni ingin melawan, namun hal itu tetap saja tidak bisa membuat Pak Iwan luluh dan membantu para dosen untuk menyelesaikan hal ini.
Pak Doko melihat kepergian Pak Iwan kemudian menatap Bu Marni dengan wajah penuh tanda tanya.
“Apa ibu dan Pak Iwan ada masalah?” tanya Pak Doko yang baru saja keluar dari ruangan dosen dan kebetulan melihat sedikit perdebatan antara Pak Iwan dan Bu Marni.
Bu Marni sedikit terkejut karena Pak Doko muncul di hadapannya, ia kemudian menghela napasnya pelan. Rasanya ia ingin mengaku saja kalau Pak Iwan adalah orang tua dari Andrew dan Andrew masih berada di dunia game. Bu Marni juga tidak mungkin mengatakan jika Andrew yang menjadi penyebab hilangnya para mahasiswa itu.
“Ah itu, saya hanya menegurnya tentang s****h yang berserakan dan mungkin Pak Iwan tersinggung dengan perkataan saya,” kata Bu Marni berbohong.
Pak Doko pun hanya mengangguk-angguk paham, ia juga sering menegur perihal s****h pada Pak Iwan namun tak pernah digubris dan malah tersinggung.
“Ya memang Pak Iwan seperti itu, bahkan saya bingung kenapa beliau bisa kerja di sini selama puluhan tahun,” kata Pak Doko dengan wajah heran.
Bu Marni tidak menanggapi apa pun perihal itu kemudian pergi meninggalkan Pak Doko sendirian.
Sementara di dunia game, Sean dan Alefukka sedang berada di rumah pohon yang menjadi tempat persembunyiannya selama ini.
“Kalau benar memang Klara yang menyuruh lo untuk tinggal di sini, kenapa lo gak kabur? Katanya Klara sudah disusupin otaknya oleh Andrew, itu pasti akan sangat membahayakan jika dia malah membongkar rahasia persembunyian kita,” kata Alefukka yang merasa bahwa tempat persembunyian itu tidak lagi aman.
Sean memandangi jendela yang berada diantara dedaunan di pohon itu kemudian menghela napasnya, bagaimana pun kondisi Klara ia tetap percaya bahwa Klara tidak sepenuhnya dikendalikan oleh Andrew.
“Gue merasa bahwa Klara gak sepenuhnya dikendalikan, saat dia kasih gue tempat persembunyian ini artinya dia sadar kalau gue masih perlu dilindungi, dia masih sadar kalau gue adalah sahabatnya. Itu artinya kemungkinan besar kita bisa ambil Klara dari dunia game ini,” kata Sean yang sedang memikirkan apa yang akan ia lakukan jika memang benar mereka keluar dari dunia game tersebut.
Alefukka terdiam, ia berharap bahwa teman-temannya itu tidak lalai dengan janji yang sudah mereka bikin untuk menyelamatkan Sean.
Namun, saat mereka sedang berpikir ada surat yang tiba-tiba saja jatuh dari atap rumah pohon tersebut. Sean dan Alefukka mendapatkan masing-masing 1 buah surat dan memberitahukan bahwa game survival akan dimulai besok sore karena pemain lebih dari 1 orang maka game tersebut kembali diadakan lagi.
“Ini pasti karena lo balik jadi sistem ngedeteksi kalau ternyata pemain lebih dari 1 orang. Pasti tim kita akan melawan tim Rei dan kawan-kawannya, apa bisa dua orang melawan empat? Tanya Sean dengan wajah frustasi.
“Entahlah, sepertinya kita harus melakukannya saja dari pada memikirkan seperti ini. Kita pasti bisa melewati ini semua, gue akan bantu lo tenang aja. Kita gak akan berjalan sendiri-sendiri,” kata Alefukka sambil menepuk-nepuk punggung Sean memberikan sebuah dukungan untuk Sean.
“But, lo juga harus lulus dan wisuda, tapi lo malah lebih milih masuk lagi ke dunia game buat mastiin kalau gue baik-baik aja. Lucu gak sih kalau kita ternyata malah jadi saling berkorban gini?” tanya Sean dengan wajah miris melihat nasib sahabatnya menjadi jelek karena dirinya yang ceroboh.
Alefukka hanya tertawa kecil kemudian kembali merebahkan dirinya di atas kasur lipat kecil berukuran satu orang itu. Benar-benar nyaman, namun sangat tidak aman untuk manusia.
“Gue bingung apa alasan Andrew mau tinggal di sini? Sepengalaman gue walaupun lagi butuh waktu sendiri, tinggal di tempat seperti ini tidak pernah menyenangkan karena gue bukan nolep,” ujar Alefukka sambil memandangi langit-langit rumah pohon itu dengan wajah bingung.
Sean membenarkan, sewaktu SMA ia juga pernah menjadi seorang nolep dan kerjaannya hanya bermain game. Tapi, hal seperti ini tidak menyenangkan untuk dirinya karena ia juga membutuhkan interaksi sosial walaupun sedikit.
“Sepertinya dia lebih jago berinteraksi sama zombie dari pada sama manusia,” kata Sean setelah berpikir keras.
Brak!
Suara gedoran di pintu membuat kedua pemuda itu terkejut, Alefukka langsung berdiri sementara Sean sudah memegangi s*****a yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi. Jantung mereka berdegup kencang saat melihat ada satu tangan yang berhasil menembus rumah pohon tersebut.
Dor!
Sean menembaki tangan tersebut hingga terjatuh dari pohon yang lumayan tinggi itu. Alefukka dan Sean langsung melihat siapa yang mencoba menjebolkan pintu masuk rumah pohon tersebut. Namun, mereka berdua memucat ketika melihat bahwa perempuan kanibal yang pertama kali mereka temuilah yang merusak pintu tersebut.
“Kita harus kabur dari sini, sepertinya sudah banyak yang mengetahui tempat kita bersembunyi,” ucap Sean seraya memberikan kembali s*****a Alefukka yang ditinggalkan saat keluar dari dunia game tersebut.
Dor!
Sekali lagi Sean menembak wanita itu kemudian turun dari rumah pohon bersama Alefukka yang sedikit ketakutan pada kanibal tersebut.
Dengan langkah cepat mereka mengambil mobil yang berada di dekat mereka dan meninggalkan Area tersebut mencari tempat bersembunyi yang masih belum diketahui oleh siapa pun terutama Andrew.
“Bagaimana kalau kita menyelidiki Rei dan teman-temannya? Gue takut kalau ternyata Rei jadi komplotan Andrew dan menjebak kita.” Alefukka masih gelisah dengan itu semua.
“Gue udah taruh beberapa CCTV dan perekam di dalam rumah Andrew saat Andrew lagi pergi bersama Klara, jadi kita akan bisa melihat atau pun mendengar apa rencana mereka. Gue juga udah buat chip dan menempelnya di setiap baju teman-temannya Rei termasuk Rei juga tanpa mereka sadari saat ini mereka sedang dalam genggaman gue,” ucap Sean dengan senyuman licik. Untuk mempertahankan hidup, akal mereka di sini harus berjalan apalagi semuanya gratis dan alat-alat untuk pengetahuan benar-benar gratis sayang sekali jika tidak dimanfaatkan.
Alefukka menganga terkejut karena ia tidak tahu bahwa Sean sepintar itu dan akal licik Sean sepertinya sudah terasa sejak di dunia game. Sean menunjukkan sebuah ponsel yang bisa melacak keberadaan Rei dan teman-temannya juga Andrew.
“Wahh Daebak! Bener-bener deh keren banget! Kayaknya otak kita lebih terbuka kalau kepepet dan ada keadaan mendesak, dulu lo itu orangnya polos banget sekarang malah jadi licik dan bisa memikirkan hal gini,” kata Alefukka seraya menyalakan layar ponsel itu yang memperlihatkan Rei dan teman-temannya juga Andrew dan Klara yang tampak sedang berbincang serius.
Sedangkan Sean yang menyetir mobil tidak bisa melihat kegiatan mereka di ponsel, ia sedang sibuk mencari tempat persembunyian baru untuk mereka bertahan hidup.
“Klara? Ini beneran Klara?” tanya Alefukka yang masih tidak menyangka bahwa ia bisa melihat wajah Klara lagi walaupun tidak secara langsung. Sean mengangguk membenarkan.
“Kalau ini memang benar, berarti seharusnya peti yang menguburkan Klara kosong kan? Kita harus cari tahu apakah benar atau tidak,” kata Alefukka dengan antusias.
“Ya, sebelumnya pikirkan dulu cara kita keluar dari dunia game ini karena kita tidak bisa mengecek kuburan Klara sampai kita benar-benar keluar dari sini,” kata Sean dengan serius.