Chapter 5 : Alat pendeteksi Monster

2239 Kata
 Pria misterius yang telah memukul si monster itu tak lain dan tak bukan adalah Kevin, yang sedari tadi sudah memperhatikan aksi penangkapan tersebut dari balik semak. Sebenarnya kekuatan Kevin masih terlalu lemah untuk bisa melawan monster, namun Kevin dapat memukul sekaligus menjatuhkannya karena si monster sedang dalam keadaan melompat dan lengah. Lalu Kevin segera mengibaskan tangannya karena merasa sakit, setelah dia memberikan hantaman dengan sekuat tenaga itu.  Kemudian Dengan gagahnya Kevin berdiri di dekat tubuh si monster yang kini sedang dalam keadaan terkapar di tanah. Namun tampaknya monster itu masih belum mau menyerah, karena secara cepat dia mulai berdiri kembali untuk memberikan serangan mematikan kepada Kevin.  Tetapi, secara cepat juga, para prajurit yang berada disana kembali menyerang si monster, sehingga Kevin langsung menghindar. Tembakan dari para prajurit terus menghujani tubuh si monster secara beruntun, sehingga akhirnya monster itu berhasil dibunuh lalu tubuhnya ambruk ke tanah, setelah menerima banyak tembakan mematikan dari para prajurit. Kemudian Tubuh monster yang terkapar itu langsung terbakar hingga menjadi abu, namun tanduknya tidak lebur, karena tanduk para monster merupakan bagian yang paling lama hancur.  Dan sebelum tanduk itu benar-benar hancur, para prajurit segera berlari mendekatinya, lalu salah satu dari mereka mengambil dan memasukan tanduk itu ke dalam kotak besi khusus yang dapat menjaga benda di dalamnya supaya tetap awet, sehingga tanduk berisi energi yang sangat berharga itu masih bisa dibawa untuk digunakan nanti.  Kevin hanya berdiam diri saja melihat hal itu, dia tidak mau menghalangi pekerjaan dari para prajurit. Lalu sesaat kemudian, si pemimpin dari Prajurit itu datang mendekati Kevin, sambil berkata.  “Selamat malam, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih atas bantuanmu barusan ... Namaku adalah Cross. Bolehkah aku tahu siapa namamu?” Tanya si pemimpin itu kepada Kevin.  “Namaku adalah Kevin, aku tidak sengaja sedang lewat sini, lalu tiba-tiba aku mendengar suara keributan dan menyaksikan kalian bertarung melawan monster itu.” Ucap Kevin membuat alasan.  “Oh monster itu, hmm ya ... Soal monster itu, bisakah kau merahasiakannya dari orang lain.” Pinta Cross kepada Kevin.  “Kenapa aku harus merahasiakan tentang hal menakjubkan ini dari orang lain? Setidaknya aku bisa memperingatkan banyak orang tentang keberadaan dari mahluk-mahluk berbahaya itu, iya kan?” Tanya Kevin.  “Eumm soal itu, kau tidak usah khawatir, kami adalah pasukan yang khusus menangani para monster, dan kami sudah sangat terlatih ... Tugas kami adalah tugas rahasia, dan supaya tidak menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat luas, Jadi sebaiknya kau juga harus merahasiakan tentang hal ini.” Ucap Cross.  “Kepanikan di masyarakat ya? ... Oh iya, ngomong-ngomong kalian bekerja untuk perusahaan apa?” Kevin bertanya lagi.  “Kami bekerja secara independen, setiap malam kami berburu monster demi keselamatan orang banyak.” Jawab Cross.  “Oh ya? Lalu kemana kalian akan membawa tanduk itu? Dan kenapa kalian juga menembaki manusia yang masih dalam keadaan dicengkram oleh monster itu? Bukankah seharusnya keselamatan manusia adalah nomor 1 ??” Kevin terus memberikan pertanyaan yang menyudutkan sekaligus menyulitkan bagi Cross.  Kevin sebenarnya tahu bahwa mereka adalah pasukan milik NeoGen, dan mereka tidak membasmi monster demi kepentingan orang banyak, melainkan demi uang. Sehingga mereka tidak menghiraukan keselamatan sandra manusia ketika sedang menjalankan tugasnya. Dan hal itu membuat Kevin jadi tidak menyukai mereka.  Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Kevin itu mulai membuat Cross menjadi geram, karena dia kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan dari Kevin secara sekaligus. Maka dari itu, dengan ekspresi wajah marah, Cross langsung saja menarik kerah baju Kevin sambil berkata.  “Sebenarnya kau ini siapa?? Kenapa kau banyak bertanya? Apakah kau sedang mengumpulkan informasi tentang kami?” Cross bertanya dengan nada emosi.  Lalu dengan ekspresi wajah tenang dan dengan sedikit senyuman, Kevin menjawab. “Tidak ada alasan khusus. Kurasa aku hanya, alergi pada kebohongan.”  “Apa kau bilang?!! ... Kau mencurigakan sekali, mungkin saja kau adalah seekor gargoyle yang sedang dalam wujud manusia!” Ujar Cross.  Kemudian seketika itu juga, para Prajurit yang berada di belakang Cross mulai menodongkan senjatanya kepada Kevin, mereka bersiap untuk menembak Kevin jika pemimpin mereka memerintahkannya, karena ada indikasi bahwa Kevin juga merupakan seekor gargoyle yang menyamar menjadi manusia.  “Hmm, kau boleh mengetesku.” Ucap Kevin sambil menadahkan tangannya kepada salah satu prajurit anak buah Cross.  Lalu si prajurit itu mengambil pisau dari saku rompinya, dan dia langsung saja menusuk sedikit kulit di telunjuk Kevin, sehingga telunjuk Kevin mengeluarkan setetes darah berwarna merah. Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa Kevin merupakan seorang manusia, dan bukan gargoyle. Karena jika Kevin adalah monster, maka darah yang keluar akan berwarna hijau.  “Kapten, dia adalah seorang manusia.” Ucap prajurit tersebut.  Setelah itu, dengan tatapan tajam, Cross berbicara di hadapan wajah Kevin. “Hmm, sepertinya kau adalah orang yang tahu banyak mengenai para monster. Sekarang kau sudah mendapatkan perhatian kami, dan jika kau sampai berbuat macam-macam, maka kami tidak akan tinggal diam. Kau harusnya sadar bahwa Saat ini dirimu sedang tidak berurusan dengan prajurit biasa, melainkan dengan sesuatu yang lebih besar dari yang bisa kau bayangkan. Jadi sebaiknya kau hentikan penyelidikanmu, atau hidupmu akan berada dalam bahaya.” Cross memberikan ancaman kepada Kevin.  Sepertinya Cross menganggap bahwa Kevin adalah seorang wartawan atau semacamnya, sehingga dia pikir dengan hanya memberikan ancaman kepada Kevin, maka Kevin akan menjadi takut kepada dirinya. Namun sebenarnya Kevin sudah tahu lebih banyak dari yang Cross bayangkan, bahkan Kevin juga sudah tahu bahwa Cross beserta para anak buahnya merupakan pasukan milik perusahaan NeoGen.  Lalu setelah Kevin mendapatkan ancaman tersebut, Kevin segera tersenyum, dan dia berkata. “Hmm, baiklah. Aku tidak akan bilang pada siapa-siapa.”  “Bagus! Jika berita ini sampai tersebar, maka aku akan tahu siapa yang harus kutemui.” Ucap Cross, masih dalam nada mengancam.  Kemudian setelah Kevin mengangguk, Cross segera melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju Kevin. Untuk selanjutnya dia berjalan pergi bersama para prajuritnya, dan meninggalkan Kevin seorang diri disana. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan (yakni tanduk si monster), dan mereka juga sudah menandai Kevin sebagai orang yang patut untuk diwaspadai, sehingga untuk saat ini urusan mereka disana sudah selesai.  “Ayo kita pergi, urusan kita disini sudah selesai ... Sebentar lagi tim pembersih akan datang kesini untuk membereskan semuanya.” Ucap Cross kepada para prajuritnya.  “Siap Kapten.” Lalu akhirnya mereka semua telah pergi.  Begitupun halnya dengan Kevin, urusannya disana juga sudah selesai, karena dia sudah mendapatkan hal yang dia inginkan, yakni alat pendeteksi monster, yang dapat menunjukan lokasi keberadaan dari monster gargoyle dan yang lainnya.  Kevin bisa mendapatkan alat pendeteksi itu dengan sebuah trik. Sehingga Alat pendeteksi itu kini sudah berada di genggaman tangan Kevin, dia berhasil mengambilnya dari saku celana Cross secara diam-diam, ketika tadi dirinya dan Cross sedang saling berdekatan, dia dengan sengaja membuat Cross marah supaya dirinya bisa mengambil sesuatu dari Cross. Jadi itu artinya, sejak awal Kevin memang sudah memiliki niat khusus dalam aksi ikut campurnya terhadap Prajurit pemburu monster, yang dipimpin oleh Cross. Jadi mulai dari sekarang, Kevin bisa lebih mudah dalam melakukan pencarian terhadap monster dan Christa.  Beberapa lama kemudian, Kevin kembali ke rumahnya saat tengah malam, ketika keadaan di jalanan mulai terasa sunyi. Di sepanjang jalan, Dia sudah mencoba untuk menggunakan alat pendeteksi monster yang dimilikinya itu, namun tak ada satupun monster yang berhasil dia deteksi. Mungkin karena pada saat itu monster yang sedang beraksi memangsa manusia jumlahnya hanya sedikit. Sebenarnya Kevin ingin berpatroli lebih lama lagi, bahkan sampai pagi, namun karena dia melihat adanya ratusan panggilan telepon tak terjawab dari ibunya, maka Kevin memutuskan untuk segera pulang supaya ibunya tidak khawatir.  Sesampainya Kevin di rumah, dia berjalan mengendap-endap lalu masuk lewat pintu belakang. Keadaan di dalam rumahnya begitu gelap dan sepi, sepertinya saat ini ibunya sudah tidur. Namun ketika Kevin baru selesai menutup pintu, tiba-tiba lampu menyala sehingga Kevin sontak merasa kaget, dan saat dia melihat ke belakang, rupanya sang ibu sedang berdiri di dekat saklar, sambil menatap anaknya dengan sorotan mata tajam dan sapu lidi di tangannya.  Lalu sang ibu bertanya, “Dari mana kamu?”  “A- anu, ibu ... Aku dari...”  Sebelum Kevin menyelesaikan kalimatnya, sang ibu bertanya lagi. “Kamu mabuk-mabukan ya??”  “Ti- tidak bu.”  “Jangan bohong!!”  Lalu seketika itu sang Ibu langsung saja mendekati Kevin sambil mengangkat sapu lidi di tangannya, sedangkan Kevin segera berlari sembari meminta ampun, maka terjadilah aksi kejar-kejaran dan keributan di dalam rumah itu, hingga Kevin dibuat babak belur oleh ibunya sendiri, bukan oleh monster.  Pada pagi harinya, Kevin kembali beraktivitas seperti biasa di kantor tempat dia bekerja, pada awalnya dia merasa kesulitan untuk mengerjakan setiap tugasnya, karena sudah 3 tahun lebih dia berhenti melakukan pekerjaan di kantor itu. Namun dengan banyak bertanya kepada teman-temannya yang ada disana, maka Kevin bisa mengerjakan semua tugasnya di hari itu dengan baik bahkan hingga selesai. Dan saat ini dia sedang duduk di meja kerjanya sembari menatap layar komputer untuk mencari beberapa informasi yang berkaitan dengan fenomena kemunculan para monster, yang masih merupakan misteri dan masih dianggap sebagai Hoax di kalangan masyarakat luas.  Ketika sedang fokus mengumpulkan informasi dari komputernya, Kevin menemukan beberapa hal yang mencengangkan, yakni tentang jumlah korban orang hilang yang semakin hari semakin bertambah, bahkan banyak juga kasus orang yang dimakan oleh hewan buas misterius, dan kasus pembunuhan tak lazim dengan cara mencabik-cabik korban. Lokasi-lokasi kejadian tersebut Diantaranya, ada pembunuhan di toilet umum, pembunuhan di jalanan, pembunuhan di jembatan penyebrangan, dan lain sebagainya. Hal itu memunculkan spekulasi di benak Kevin bahwa hampir semua kasus pembunuhan itu pasti dilakukan oleh monster, terutama monster berjenis gargoyle.  Bahkan di masa depan pun, Kevin sering berurusan dengan monster berjenis gargoyle yang bisa berubah wujud menjadi manusia, sehingga beberapa kali Kevin pernah tertipu ketika dia merasa senang bahwa dirinya berhasil bertemu dengan manusia, namun ternyata manusia itu adalah gargoyle yang sedang mencoba untuk memangsanya.  Seiring berjalannya waktu, dengan kekuatan monster yang dimilikinya, Kevin mampu mengendus keberadaan gargoyle dan monster lain yang berada tak jauh dari tempatnya berada, namun hal itu hanya bisa dia lakukan di masa depan, sedangkan di masa sekarang dia tidak memiliki kemampuan penciuman seperti itu, karena dia masih belum bisa membangkitkan kekuatannya, sehingga saat ini Kevin masih seorang manusia normal.  Saat jam kerja telah selesai, Kevin bergegas untuk pulang, dia terlihat sangat terburu-buru dan bahkan dia menolak beberapa ajakan dari teman-temannya yang ingin pergi nongkrong, sepertinya mulai sekarang Kevin tidak akan pernah punya waktu lagi untuk teman-temannya, namun hal itu bukanlah masalah bagi Kevin.  Dalam perjalanan pulang, Kevin mencoba menyalakan alat pendeteksi untuk mencari keberadaan monster, karena siapa tahu saja dia bisa menemukan keberadaan monster lalu segera bertemu dengan Christa. Setelah beberapa saat, Kevin melihat adanya titik merah yang menyala di layar alat pendeteksi tersebut, sehingga tanpa pikir panjang Kevin segera tancap gas menuju ke lokasi yang ditunjukan oleh alat pendeteksi tersebut.  Sesampainya Kevin di lokasi, dia segera memarkir dan turun dari sepeda motornya, lalu dia merasa sedikit heran, karena lokasi tersebut merupakan sebuah restoran kecil yang berada di suatu gang sempit dan tidak dilalui oleh banyak orang, sehingga hal itu menumbuhkan rasa penasaran dalam diri Kevin, tentang apa yang dilakukan oleh monster di dalam sana?  Lalu Kevin segera memasuki restoran tersebut dengan langkah yang sangat berhati-hati. Ketika Kevin masuk, di dalam tidak ada orang sama sekali, namun keadaan di sana cukup baik, dengan meja yang tertata rapi dan tempat kasir yang tak dijaga, juga ada kipas angin yang kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan.  Ketika Kevin membuka pintu, ada lonceng yang berbunyi, dan bunyi lonceng tersebut menandakan bahwa ada pelanggan yang datang, sehingga beberapa saat kemudian, muncul seseorang dari pintu dapur, yakni seorang pria paruh baya dengan pakaian koki dan senyuman yang ramah.  Saat melihat Kevin, pria itu langsung menyapa. “Selamat datang, silahkan duduk.”  “I- iya.” Ucap Kevin sambil masih merasa heran.  Lalu setelah Kevin duduk, pria itu segera memberikan buku menu kepada Kevin, sehingga Kevin bisa memilih dan memesan hidangan yang dia inginkan. Sembari melihat menu, Kevin bertanya.  “Apakah anda adalah koki disini?”  “Ya, betul sekali.”  “Anda bekerja seorang diri disini?”  “Ya, hari ini karyawan saya sedang berhalangan masuk, jadi terpaksa saya sendiri yang harus melayani sekaligus memasak untuk pelanggan.” Jawab si koki.  “O- oh, begitu ya ... Aku pesan yang ini.”  “Baiklah Tuan, mohon ditunggu.” Lalu setelah mendapatkan pesanan dari Kevin, si koki bergegas masuk kembali ke dalam dapur.  Sedangkan Kevin hanya terus menatapnya dengan sangat serius, lalu dia melihat lagi alat pendeteksinya, yang menunjukan bahwa tanda merah di tempat tersebut kini sedikit meredup, hal itu menandakan bahwa si monster masih ada di tempat tersebut namun wujudnya sedang berubah menjadi manusia. Maka setelah melihat hal itu, Kevin jadi semakin yakin bahwa ada sesuatu yang janggal sedang terjadi di dalam restoran itu.  “Hmm.”  Maka dari itu, Kevin mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut. Kevin mulai berdiri dari kursinya lalu dia berjalan menuju ke pintu dapur, karena tidak ada suara nyala kompor atau suara dari peralatan memasak yang sedang digunakan, maka hal itu semakin membuat Kevin semakin merasa curiga.  Tanpa pikir panjang, Kevin membuka pintu dapur lalu dia masuk ke dalam ruangan dapur tersebut yang keadaannya cukup gelap. Seketika suasana hening dan mencekam mulai terasa oleh Kevin ketika dia sudah berada di dalam ruangan itu. Kevin berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya sekaligus mencari keberadaan dari sang koki yang tidak ada disana.  Lalu Kevin langsung merasa terkejut, saat dia melihat adanya mayat seorang wanita yang tergeletak di dekat lemari pendingin, dengan darah segar yang berlumuran di lantai.  Disaat yang bersamaan, Kevin juga merasakan kehadiran dari seseorang di belakangnya. Yaitu tak lain dan tak bukan adalah si koki, yang saat ini sedang berdiri di belakang Kevin sambil tersenyum dan berkata.  “Sudah kuduga, kau datang kesini bukan untuk makan ... Tapi untuk dimakan.”  Lalu sambil menengok ke belakang, Kevin bertanya, “Apakah wanita itu adalah pelangganmu?”  “Ya, dia datang sekitar satu jam yang lalu.”  “Sudah berapa lama kau melakukan hal ini?”  “Hal apa?”  “Memangsa manusia.” Ucap Kevin dengan perasaan marah.  “Kau tidak perlu tahu, bersiaplah untuk kujadikan bahan makanan!” Lalu seketika itu, wujud si koki berubah menjadi seekor monster gargoyle yang menyeramkan.  Dengan kulit berwarna abu-abu yang sekeras batu, tanduk hijau, juga taring dan cakar tajam yang siap digunakan untuk mengoyak mangsa. Sedangkan Kevin yang melihat hal itu segera bertindak cepat, dia mengambil panci dan pisau yang ada di atas meja untuk mempersenjatai dirinya. Lalu Kevin bersiap untuk melakukan pertarungan dengan monster tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN