7. Surat perjanjian ditolak!!

1114 Kata
"Uang bulanan , semua kebutuhan pribadi kamu , kebutuhan ibumu akan saya penuhi. Tiap bulan saya akan kasih kamu uang bulanan.  Setengah aset saya , akan saya rubah atas nama kamu. Dan dikertas itu kamu tulis No s*x , pisah kamar tidur? BIG NO Mikayla.! Kita menikah sah. Berarti kamu harus melayani saya , suami kamu. Bukannya kamu bilang sudah biasa melayani pria di ranjang?" Dia menaikkan alisnya sebelah "Eh.. itu..." Aku bingung harus jawab apa "Tenang saja , kalau memang kamu belum siap melakukan saat malam pertama kita , saya akan menunggu sampai kamu siap. Dan kita satu kamar. Saya tidak mau ada perjanjian omong kosong seperti ini. Pernikahan bukan hal untuk dipermainkan Mikayla. " Jelasnya panjang lebar " Jadi , surat perjanjian mu , saya tolak!" Kalimat finalnya keluar "Tapi saya belum mau terikat pernikahan!" Aku masih kekeuh dengan keputusanku dan aku bangkit dari kursi. "Terserah Bapak mau bagaimana , toh ternyata saya tetap tidak bisa menolak kan? Saya menyesal menerima bantuan dana pendidikan dari Bapak!" Aku langsung berjalan menuju pintu. Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk membatalkan pernikahan ini. Sebelum mencapai handle pintu , si bos memegang tanganku dan menariknya. Dia menarik tubuhku dan dia memelukku. Aku pas didepan d**a kekarnya. Tercium parfum maskulinnya. Pelukannya hangat. 3 tahun kami saling mengenal dan dekat sebagai bos dan sekretarisnya , baru kali ini aku bisa merasakan kedekatan yang intim dengannya. Bahkan semalam , dia mencium bibirku. Tak pernah sekalipun terbersit pikiran akan berciuman dengan bos. Tadinya ini kupikir tidak ada cerita percintaan antara bos dan sekretarisnya. Tapi sekarang , aku yang terjebak di situasi ini. Dia masih memelukku erat , lalu dagu ku dia angkat sedikit , dia memiringkan wajahnya mendekat kearah ku. Aku merasakan terpaan udara hangat nan lembut  dari napasnya. Dia mencium bibir ku. Lagi! Kali ini lebih lembut dan lambat. Seperti dia sedang merasakan sesuatu. Lalu dia lepaskan ciuman kami. "Tolong jangan berpikiran hal yang enggak perlu soal pernikahan kita nanti. Saya enggak main-main soal pernikahan ini." Dia tersenyum dan mencium keningku dengan lembut. Dan aku hanya diam dan segera keluar dari ruangannya. Aku segera duduk di meja kerja ku. Drrrtt.....Drrrtt.... Ponselku berbunyi. Kulihat Azka yang menelpon. Ah , aku sedang tidak dalam mood yang baik. Aku tidak mengangkat panggilan itu. Hatiku porak poranda dibuat sama si bos m***m itu. Apa memang nasibku akan seperti ini? Menikah dengan seseorang yang selama ini membiayai sekolahku dan aku harus membayar Budi padanya dengan menikah? Kalau memang waktu bisa diputar kembali , aku tidak mau dibiayai olehnya. Arrggh... Aku benci dia. Benci si bos pemaksa yang tukang ungkit. Rasanya hari ini akan panjang. Mood ku benar-benar rusak olehnya. • • • Akhirnya makan siang tiba , aku bergegas turun ke bawah. Mau makan siang bareng Nisa. Nisa teman dekatku di kantor ini. Dia ada dilantai 3. Tepatnya dia ada di bagian project. Aku juga sudah mengenalnya selama 3 tahun. Saat baru masuk kerja disini , aku langsung bisa dekat dengannya. Orangnya supel , riang , lebih dewasa dibanding aku. Kami hanya beda 1 tahun saja. Aku lebih tua setahun darinya. Ada 1 lagi teman dekatku dikantor ini. Namanya Helen. Dia seumuran denganku , namun dia baru 2 tahun dikantor ini. Saat dia baru masuk kerja , kami sudah bisa dekat dan merasa cocok. Jadilah kami bertiga menjadi sahabat dekat. Helen ada dibagian finance. Sesuai dengan pekerjaannya. Dia tipe realistis , itungan (bukan pelit ya , benar-benar akan dipikirkan sepenting apa barang yang akan dia beli). Saat aku sedang menunggu pintu lift terbuka , si bos sudah berada di sampingku bersama Debby. "Hai Mika." Sapa Debby "Hai" aku Aku tidak melihat ke si bos sama sekali. Aku langsung menatap pintu lift didepan ku. Ting! Pintu lift terbuka dan kami bertiga masuk bersama. Aku disebelah kanan , bos ditengah dan Debby di sebelah kiri bos. Kedua tangan si bos dimasukkan kedalam saku celananya. Huh , sok keren. Aku mencebik kesal melirik gayanya. "Mika , tumben kamu bawa bekal makan siang ?" Tanya si bos saat dia melihat bawaan ku. "Eh iya , tadi dibuatin sama ibu" Aku "Kamu mau makan dimana?" Bos "Di kantin. Sama Nisa dan Helen" Aku Si bos hanya manggut-manggut. "Ikut kita aja Ka." Debby "Hmm , enggak deh hari ini. Kita mau ke kantin aja kok." Aku Kami diam. Tidak ada pembicaraan lagi. Pintu lift terbuka di lantai 3. Aku keluar duluan dan pamit pada Debby dan menunduk hormat pada si bos. Saat sampai di kubikel Nisa , ternyata Helen sudah ada disana. "Hola girls." Sapa ku pada mereka "Hai. Udah nih? Langsung ke kantin aja yuk?" Ajak Helen Kami segera ke kantin di lantai bawah. Saat sampai di kantin , sudah lumayan ramai. Kami duduk di kursi pojok. Tempat nyaman menurut kami , karena tidak terganggu dengan lalu lalang orang yang lewat. Nisa dan Helen memesan makanan mereka. Aku langsung membuka bekal makan siangku. Hmm, aromanya mantab. Udang saos asam manis , nasi dan tumisan brokoli bawang putih. "Enak banget tuh kayaknya" Helen melirik menu makan siang ku. "Yoi. Bikinan emak gue. Ini kesukaan gue. Jangan harap elo bakal gue bagi" Aku "Ya ampun , pelit banget Lo. Udah mirip si Helen. Itungan sama temen." Nisa "Sial Lo. Gue realistis , bukan pelit ye" Helen protes. "Eh , pesenin gue jus strawberry dong tanpa s**u , less ice , strawberry nya jangan halus." Pintaku pada Nisa "Iya nyah" Nisa meledek Kami hanya tersenyum. Tak lama. "Strawberry nya lagi kosong kata Mang Supri. Lo mau yang lain enggak?" Nisa balik ke meja kita "Yaaah. Ya udah deh , es jeruk murni aja deh." Aku Nisa balik lagi ke tempat jus. Ia memesan apa yang aku katakan tadi. Tidak lama pesanan makanan Nisa dan Helen datang berbarengan dengan es jeruk ku. Kami mengobrol seputar pekerjaan dan bergosip tentang Theo , si playboy kantor buaya kelas teri. "Si Theo lagi ngedeketin si Wina , anak marketing." Celetuk Nisa "Wow , target baru? Ha..Ha..Ha.. sumpah gue geli liat Theo kalo lagi ngegombal" Helen bergidik geli "Jangan sok geli gitu Len , nanti kena karma Lo sama Theo. Entar Lo yang kepincut sama Theo." Goda Nisa. "Holly Shi*! Jangan sampe deh" Helen mengetuk-ngetuk meja Kami tertawa terbahak-bahak. Selesai makan , kami berpisah dan kembali ke meja kerja kami masing-masing. Aku sudah di meja kerjaku. Sekitar 10 menit lagi jam istirahat siang habis. Tak lama Debby datang duluan. Dia tersenyum dan menghampiri ku. "Ka , tolong buatin penawaran harga untuk PT. Hitama Jaya ya. Tadi bos nya telepon gue. Gue enggak sempet bikin , masih buat laporan buat PT. Asri Utama." Pinta Debby "Okey. Emang bosnya minta buat proyek dimana? Gue harus bikin harga sesuai lokasi" Aku "Lokasinya Papua." Debby "Okey , gue bikin sekarang" Aku
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN