6. Surat Perjanjian

1222 Kata
Saat sudah sampai dirumah , aku langsung membersihkan diriku dan segera masuk ke kamar. Ibuku langsung menikmati martabak telurnya , senangnya melihat ibuku menikmati makanan kesukaannya. Oiya , tahu darimana si bos m***m itu kalau ibuku suka martabak telur? Ah , sudahlah. Enggak penting juga. Yang penting gratis. Eh , ini enggak bisa dibilang gratis juga. Kan aku HARUS menikah dengannya. Jadi anggap aja ini aku yang membelinya. Arrggh! Aku geleng-geleng kepala , mengacak rambutku yang masih basah. Kesal. Bagaimana menolaknya? Sudah 3 tahun aku mengenalnya secara dekat sebagai seorang bos. Enggak ada cacatnya si sifatnya sebagai bos. Sikap memerintah , terkesan memaksa dan tidak menerima penolakan , sebenarnya itu tanda dia memang memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat. Tapi aku belum mau menikah. Hu...Hu... Masih banyak yang ingin aku nikmati , aku ingin membiayai ibuku dulu , aku sedang berencana mengambil kredit rumah sebenarnya untuk ibuku. Iya , sampai saat ini , rumahku masih ngontrak. Aku sudah memilah-milah rumah dari banyak brosur yang kuambil dari agent property. Aku ingin membelikan ibuku rumah yang nyaman dan sebuah ruko untuk usaha ibuku. Terserah beliau ingin usaha apa , akan aku dukung biayanya. Yang penting beliau jangan terlalu lelah. Sekarang sudah ada asisten rumah tangga merangkap sebagai pelayan di warung nasi ibuku. Drrrtt..... Drrrtttt.... Suara ponselku membuyarkan lamunanku. Aku lihat nama penelepon. Langsung kuangkat. "Iya sayang.." "Kamu dimana? Kok enggak telepon aku si?" "Maaf , baru sampe. Langsung siapin makanan buat ibu dulu soalnya." "Ooh. Aku kira kamu lupa lagi mau telepon aku. Kamu udah makan ?" "Enggak lupa kok. Aku udah makan tadi , ini habis selesai mandi. Capek banget" "Kamu tadi pulang sama bos kamu? Kenapa bisa bareng?" "Iya , tadi sore kan ada meeting dadakan. Jadi mau enggak mau aku pulang bareng bos. " "Dimobil kamu cuma berdua aja?" "Hah? Eh , enggak kok. Ada Pak Rustam juga sayang" Aku bohong "Hmm, okay. Besok pagi aku anter kamu ke kantor. Jadi tunggu aku ya besok. Ya udah , sekarang bobo dulu gih." "Okay sayang. See you morning" "See you honey. Love you" "Love you too" Aku tutup teleponnya. Aku menghela napas. Azka itu pencemburu. Makanya dia sangat keberatan jika tahu aku hanya pulang berdua saja dengan si bos. Jadi aku lebih memilih bohong dengan membawa nama Pak Rustam. Ya walaupun sebenarnya sekarang , aku sebenarnya sudah membohonginya. Tadi aku hanya berdua dengan si bos. Si bos ngajak nikah dalam 3 bulan ini. Si bos sudah mencuri ciuman denganku. Ah , ciumannya... Aku enggak tahu apa bedanya dengan ciuman Azka. Tapi...memang berbeda. Saat dicium olehnya tadi di mobil , jantungku sudah kocar kacir enggak karuan. Apa karena dia lelaki dewasa dan matang? Kesannya jadi lebih menantang. Wow, iya menantang. Dan aku juga ingat tadi , saat aku mendorong tubuhnya menjauh agar ciuman kami lepas , kok aku merasa kecewa ya pemirsa.? Seperti ada ruang kosong dihati. Ah , apa ini aku sudah selingkuh dibelakang Azka.? Kok ini ceritaku jadi seperti di n****+-n****+ yang sekarang lagi hits banget. Percintaan antara bos dan sekretarisnya.? Dan juga , mirip seperti pernikahan paksa. Apa aku bikin aja surat perjanjian pernikahan dengan si bos ya? Waduh , udah mirip di n****+ yang sering aku baca nih. Ya sudah , aku akan membuat surat perjanjian pernikahan sama si bos m***m itu. Pokoknya aku enggak mau terikat olehnya. Baiklah!! Aku akan terima tawaran menikahnya dengan memakai surat perjanjian. Ya , Mika , FIGHTING!! *Mode mengepalkan tangan keatas * * * Pagi jam 06.00 , Azka sudah datang ke warung ibuku. Dia langsung disuguhkan sarapan oleh ibu. Aku masih sibuk membantu ibuku dan tak lama segera kerumahku. Aku bersiap mandi untuk berangkat ke kantor. Aku juga tadi sudah mengambil bekal untuk kubawa ke kantor. Setelah selesai rapih dengan setelan kerjaku , aku kembali ke warung ibuku. Dan menghampiri Azka yang sedang menungguku dan berbincang dengan ibu. "Bu , Mika jalan ke kantor ya" ucapku pada Ibu "Azka hati-hati ya bawa mobilnya. Mika , kamu juga hati-hati ya nak." Ibu "Iya Bu , Azka pamit juga." Azka pamit dan mencium punggung tangan ibuku. Aku pun mencium tangan wanita hebatku , idola ku. Wanita terkuat diseluruh semesta ini. Dia Ibuku. Setelah masuk ke mobil Azka (eh , mobil mamanya Azka) , aku pasang seatbeltku dan Azka sudah menyalakan mesin mobilnya. Kami berbincang biasa , hal klise. Menanyakan kemarin aku makan apa , sibuk kah di kantor , ada yang godain aku enggak di kantor , si bos ngomong apa aja. Hmm , lebih mirip interogasi menurutku. Lalu saat lampu merah , mobil berhenti. Azka mengeluarkan kotak merah beludru kecil dari dashboard depan ku. "Sayang , kemarin aku lihat cincin ini dan aku rasa ini cocok sama kamu." Azka langsung memakaikan cincin itu ke jari manisku. Dan dia mengecup punggung tanganku. Aku tersipu , kuyakin pipiku merona. Aku cium pipinya. "Terima kasih ya" ucapku "Aku harap , kita bisa terus bersama. Aku mau menikah sama kamu , ingin punya anak sama kamu. Dan aku ingin kita bahagia bersama." Ucapnya Manis sekali impiannya. Aku senang , terharu. Tapi , aku tetap tidak mau menikah dengannya kalau dia juga belum memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan tentunya. Ah , aku mencintainya. Tapi aku belum bisa memutuskan akan menikahinya. Lalu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Mobilpun melaju menuju kantorku. Setelah didepan kantorku , aku melepas seatbelt. Azka menarik tanganku dan mencium lembut bibirku. Aku membalas ciumannya. Kusalurkan rasa cinta dan terima kasih atas cincin ini lewat ciuman balasanku. Aku menuju lift , setelah sampai , aku segera menuju meja kerjaku. Aku taruh ransel kerjaku dan menuju pantry. Aku membuat kopi krim buatku. Lalu aku masuk kembali ke meja ku. Aku merapikan berkas-berkas dan dokumen yang akan dan harus ditanda tangani si bos. Tak lama terdengar suara langkah sepatu yang teratur. Kukirim sebentar , dia langsung menuju ruangannya. Aku balik lagi ke pantry dan membuatkan kopi hitam  untuknya. Setelahnya aku ambil berkas yang akan ditanda tangani yang tadi telah aku siapkan. Tok... Tok... Tok.. "Masuk" ucap suara orang tersebut Aku masuk dan langsung menghampiri mejanya. Dia sedang memakai kacamatanya. Aku taruh kopinya dimeja. "Ini ada surat penawaran dan beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani." Ucapku dan langsung meletakkan berkas tersebut didepannya. Dia melirikku sebentar dan membaca berkas yang ingin ditanda tangani. "Selamat pagi Mika." Ucapnya tanpa membahas ucapanku yang tadi Aku diam saja. Dia menoleh kearahku. "Duduk dulu." Aku duduk. "Hari ini tidak ada ucapan selamat pagi dari mulut kamu" si bos "Iya Pagi Pak" jawabku males "Hmm , kamu pakai cincin baru?" Tanyanya mulai selidik "Kenapa? Enggak boleh?" "Saya harap itu bukan dari MANTAN kamu. Oh iya , sudah jadi mantan belum?" Dia menekankan kata 'mantan' "Belum" jawabku enteng "Kapan kamu mau memutuskannya?" Tanyanya lagi tanpa menoleh padaku , dia masih fokus membaca berkas dan menandatanganinya. "Nanti." "Hmm..." Diam. "Ini surat apa?" Tanyanya sambil memperlihatkan kertas tersebut kearahku "Oh , ini surat perjanjian pernikahan saya dan Bapak. Bapak baca saja dulu." Dia mengerutkan keningnya. Tapi lalu ia membacanya. "Kamu bikin ini semalam?" "Iya" Lalu dia melempar kertas itu kedepanku. "Loh kenapa? Kok enggak ditanda tangani?" Tanyaku heran "Saya enggak akan menandatangani surat itu. Pertama , saya menghormati pernikahan yang suci dan sakral. Kedua , ini bukan pernikahan mainan. Ini resmi terdaftar di negara dan agama." Ucapnya tegas "Tapi saya belum siap jika harus menyerahkan kehidupan saya karena pernikahan ini." Aku
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN