3. HARLEY WILSON

3021 Kata
Seorang pria tengah memandangi wajah wanita yang sangat ia sayangi, ia melirik Rolex Submariner Blue Gold yang melingkar di pergelangan lengan kiri nya, arloji tersebut menujukkan pukul dua siang, itu artinya sudah lebih dari dua belas jam wanita itu tertidur karena mabuk, ia yang merasa kesal lalu berdiri dari duduk nya, berjalan meninggalkan kamar wanita itu namun lenguhan suara yang ia kenal segera menghentikan langkahnya. "Euunggh." Harley terbangun dari tidur nya seraya memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, perlahan ia membuka matanya lalu mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi padanya hingga ia merasa kepalanya seakan berputar saat ini. "Sudah sadar, hm?" Suara bariton seorang pria membuat kesadaran Harley terkumpul sepenuhnya, ia lalu mendongak untuk menatap pemilik suara tersebut. Harley tersenyum dengan wajah tanpa dosa ketika melihat seorang pria yang begitu ia kenal tengah berdiri di sebelah sofa dengan kedua lengan yang terlipat di depan d**a pria itu. Pria itu terlihat sangat menawan dan juga gagah dengan setelan kasual nya saat ini. "Kapan kau kembali? Kenapa tidak mengabari ku terlebih dahulu? Kau ingin memberi ku kejutan?" tanya Harley panjang lebar dengan senyum mengembang di wajahnya sedangkan pria itu hanya diam menampilkan wajah datar nya. "Ya. Aku sengaja tidak mengabari mu karna ingin membuat kejutan untuk mu, tapi sepertinya aku yang terkejut di sini," ujar pria itu seraya menatap tajam ke arah Harley dengan kedua lengan yang masih terlipat di depan dadanya yang bidang. Harley mengerutkan keningnya mendengar penuturan pria tersebut. "Kau yang terkejut?" tanya Harley dengan polos yang membuat pria itu geram hingga ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Harley, Harley baru menyadari bahwa rahang pria itu mengeras setelah pria itu berdiri di samping ranjang nya. "Kau mabuk Nona Wilson," geram pria itu, perkataan dari pria itu sontak saja membuat Harley tersentak dan sedetik kemudian ia sudah panik dengan alasan apa yang akan ia lontarkan kepada pria yang ada di hadapannya saat ini. "Apa? Kau mau beralasan apa?" tanya pria itu dingin membuat pikiran Harley semakin buntu. "Baru tiga hari aku meninggalkan mu ke Italy dan kau sudah berani mabuk LAGI?!" Harley merasa bersalah kepada pria itu sedangkan pria itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum miris. Tiga hari yang lalu ia menyaksikan wanita itu tengah mabuk dan paginya ia terpaksa harus meninggalkan wanita itu untuk melakukan pertemuan penting bersama koleganya di Italia namun setelah ia kembali ke mansion tadi malam lagi-lagi ia mendapati wanita itu tengah mabuk di sebuah club. "Sepertinya aku harus mengurungkan niat ku untuk angkat kaki dari mansion ini dan meninggalkan kau sendirian jika kau kembali mabuk, bahkan di belakang ku kau membangun bisnis lain secara diam-diam?" Deg. Pertanyaan dari pria itu membuat jantung Harley berdetak tidak menentu, saat ini ia hanya bisa menunduk dan berdo'a kepada Tuhan agar pria itu tidak mengetahui secara pasti bisnis apa yang sedang ia jalankan, karna jika tidak.. "Siapa yang menyuruh kau untuk menjual ganja Halsey?!" DUARRR!!! Seperti mendengar suara petir, Harley terlonjak kaget ketika mendengar teriakan itu. "A-aku ..." "Stop! Aku beri kau waktu hingga satu bulan untuk menghentikan bisnis ilegal itu!" Kalimat itu membuat Harley menggelengkan kepalanya. "No, please," ujar Harley dengan panik. "Why?! Kau ingin bermain-main dengan mantan mu?! Kau ingin menarik perhatiannya dengan memasuki dunia itu?!" Mata pria itu terlihat memerah dengan d**a yang naik turun karena amarahnya yang membuncah. Harley ingin mengatakan tidak namun entah mengapa lidahnya terasa kelu saat ini, ia mencoba memikirkan pertanyaan pria itu, bernarkah ia menjatuhkan dirinya di dunia gelap itu hanya untuk mencari perhatian mantan kekasihnya? Harley tersadar dari lamunan nya ketika pria itu meninggalkan Harley di kamar tersebut seorang diri. "No." Jawaban dari Harley mampu membuat pria itu menghentikan langkah kakinya. "Jika tidak maka aku akan memberikan kau waktu selama satu bulan untuk meninggalkan bisnis ilegal itu," ucap pria itu tanpa menolehkan wajahnya ke arah Harley. Perkataan pria itu membuat pundak Harley terkulai lemas, ia tahu bahwa ia telah salah menyembunyikan semua ini dari pria itu, ia hanya tidak ingin bahwa pria yang ia sayangi itu menentangnya karna ia menyukai semua hal yang berbau negatif. Ya, ia baru menemukan jawaban mengapa ia melakukan bisnis itu, bukan karna untuk mencari perhatian dari mantan kekasihnya namun karna ia menyukai semua hal yang bersifat negafif.   ***   Arthur tersenyum ketika memandangi kota Manhattan dari penthouse miliknya, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu menghembuskan nafas dengan lega. "Tidak sia-sia juga aku mengunjungi kota ini, karna di kota ini aku bertemu dengan rival ku yang sedikit membuat ku kesal," gumam Arthur tanpa melepaskan pandangannya dari kota Manhattan. Niat awal hanya untuk bertemu dengan kolega bisnis justru membawanya utnuk menemukan rival nya yang tengah ia cari. "Aku harus memancing ‘ratu’ itu untuk muncul di hadapan ku, ganja yang akan dia kirim nanti malam ke Los Angeles harus aku gagalkan, seperti ia menggagalkan pengiriman ganja ku ke Australia beberapa waktu lalu." Arthur kembali bergumam namun setelah itu ia mengambil smartphone miliknya dan segera menelfon Justin. "Ya, Tuan?" Terdengar suara Justin dari seberang telefon. "Kau sudah memastikan dengan benar jika rival kita akan mengirim barang malam ini?" tanya Arthur yang dijawab dengan tegas oleh Justin. "Sudah, Tuan. Masked Queen akan mengirimkan barangnya jam tujuh nanti malam melalui jalur udara," jawab Justin yang membuat Arthur menyeringai. "Bagaimanapun caranya gagalkan pengiriman itu!" perintah Arthur dengan mutlak, setelah itu ia segera mematikan panggilan tersebut. "Let's start the game," gumam Arthur kembali menyeringai. Di tempat lain Harley terburu-buru melangkahkan kakinya ketika ia akan meninggalkan mansion untuk mengunjungi seseorang, namun seketika ia menghentikan langkahnya saat mendengar kabar dari Mike yang membuat kepalanya terasa mendidih. "Bisa kau ulangi lagi?" tanya Harley kepada Mike yang ada di seberang telefon. "Maaf Nona, pengiriman ganja menuju Los Angeles terpaksa gagal karna ada seseorang yang menembak helikopter milik Nona hingga jatuh di jalanan kota Manhattan," ujar Mike yang menjabat sebagai bodyguard sekaligus orang kepercayaan Harley. "Cari orang itu sampai ketemu dan segera bereskan kekacauan yang ada! Aku tidak mau polisi sampai menemukan ku," ujar Harley dengan nafas terengah-engah lalu menutup panggilan telephone tersebut secara sepihak. Oh s**t, heli ku jatuh di kota Manhattan? Itu tandanya polisi bisa melacak ganja yang ku miliki. Ucap Harley dalam hati. Belum sempat ia menetralkan nafasnya, ia kembali dibuat geram dengan pesan yang masuk ke smartphone miliknya.   +14085551234 LET’S START THE GAME! A S Anderson.   What the hell! Umpat Harley dalam hati namun ia mencoba kembali tenang, ia percaya jika ia emosi maka ia akan kalah. Harley lalu membalas pesan tersebut.   Oh, Hi loser.. I accept your game with pleasure, I’m waiting next time.   Harley bahkan mengirimkan kiss emoticon setelah ia mengirimkan pesan tersebut sedangkan Arthur membelakakkan matanya ketika membaca balasan pesan dari Harley. "Dasar jalang!" umpat Arthur lalu melempar smartphone miliknya ke sembarang arah, satu hal yang tidak bisa ia kendalikan adalah emosinya, namun entah mengapa ia justru melempar smartphone tersebut daripada membalas pesan dari Harley dengan berbagai umpatan, sedangkan Harley sendiri tersenyum puas ketika seseorang yang mencari masalah dengannya tak kunjung membalas pesan yang ia kirimkan beberapa menit yang lalu namun beberapa detik kemudian senyuman di wajah cantik itu memudar. “Maafkan aku yang belum bisa menghentikan bisnis ini,” gumam Harley seolah berbicara kepada seorang pria yang memintanya untuk menghentikan bisnis ilegal yang sudah ia bangun beberapa bulan yang lalu. "Dan untuk kau pembuat onar, kau harus bersabar ketika berhadapan dengan ku, Tuan,” guman Harley kepada smartphone miliknya seolah-olah orang yang mengajak ia berperang bisa mendengar ucapannya saat ini. Harley kembali melangkahkan kakinya di lorong mansion tersebut sedangkan Arthur memejamkan mata lalu mengatur nafasnya yang memburu karna menahan amarah. Pemikiran Arthur salah jika wanita itu akan menciut dan menyerah begitu saja ketika anak buah nya meledakkan helikopter milik wanita itu. Tidak tanggung-tanggung, kerugian wanita itu akibat insiden tersebut mencapai lima juta dollar Amerika, Arthur kira dengan total kerugian sebesar itu akan membuat rival nya menyingkir, namun Arthur salah mengira akan hal itu. "Kurasa rival ku kali ini seimbang dengan ku," gumam Arthur lalu tersenyum kecut. Pandangan mata Arthur teralihkan dengan kehadiran Justin yang masuk ke dalam mansion miliknya, Justin menghampiri Arthur yang tengah duduk di sofa ruang tamu. "Ada informasi apa?" tanya Arthur dengan nada datar yang membuat Justin menelan saliva nya dengan susah payah. Dengan sedikit terbata Justin menyebutkan informasi yang mungkin akan membuat Arthur naik pitam. "Ma-maaf Tuan, kami sudah mencoba mencari tahu pemilik mobil yang membawa Masked Queen malam itu dari club, namun kami kehilangan jejaknya ketika mobil itu berbelok memasuki jalan Park Ave E 66th St" BRAKK! Tolong aku, Tuhan.. Pinta Justin dalam hati.   ***   Satu hari telah berlalu dari kejadian di mana Harley menerima sebuah pesan singkat dari Arthur dan saat ini jam tengah menunjukkan pukul delapan malam kurang dua belas menit. Harley tengah duduk di sofa panjang yang terletak di samping jendela kamarnya, ia menghentikan aktifitasnya dari layar laptop lalu beralih memandangi foto seseorang yang membuat ia rugi lima juta dollar Amerika. Ia meneliti wajah seorang pria di foto tersebut, meskipun foto itu tidak memperlihatkan secara utuh bagaimana wajah pria itu karna foto itu sengaja di-crop, namun Harley dapat melihat ketampanan dari pria itu melalui alis pria itu yang begitu indah dan melengkung sempurna, mata hijau pria itu yang seolah-olah dapat membuat semua orang yang memandangnya terhipnotis termasuk dirinya, rahang kokoh pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus, mata pria itu yang membentuk seperti bulan sabit serta bibir pria itu yang berwarna merah muda. "Apa kau tahu seberapa besar kerugian ku karna ulah mu?" tanya Harley menatap layar smartphone miliknya. "Dasar troublemaker, loser, robber, handsome, oops!" Harley menutupi mulutnya ketika ia tanpa sengaja menyebut bahwa rival nya kali ini begitu tampan. "Oh God! Aku tidak boleh bersikap seperti ini jika di hadapan orang lain," ujar Harley pada dirinya sendiri. Hal seperti ini memang susah ia hilangkan, sejak kecil ia selalu berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu, namun mengingat siapa ia saat ini maka ia harus membiasakan diri untuk mengerem perkataannya sewaktu-waktu. "Hmm kau memang tampan ... sepertinya. Alis mu, warna matamu, Oh My, tapi sayangnya kau membuat aku rugi!” ketus Harley. “Well ... meskipun tidak banyak, tapi tetap saja aku rugi!" ketus nya kembali. “Oh, apa yang aku lakukan sejak tadi?! Seharusnya aku menyusul Tony saat ini,” ujar Harley menggerutu kala ia sadar bahwa seharian ini ia hanya mengomel tidak jelas di depan layar smartphone dan laptop nya seraya mencari informasi tentang Arthur. Sedangkan di tempat lain Arthur masih merasa kesal ketika Justin tidak mendapatkan alamat rival nya kali ini, wanita itu begitu susah untuk dilacak bahkan untuk data dirinya sekalipun. Hanya nama asli yang bisa didapatkan oleh Justin dan juga pelacak handal bawahan nya yaitu Drake Costa. "Aku tidak pernah merasa sekesal ini ketika seseorang membuat ku rugi, tapi entah mengapa aku sangat kesal ketika berhadapan dengan jalang seperti mu," ujar Arthur kepada dirinya sendiri. "Apa kau rugi besar karna tindakan balas dendam ku?" Lagi-lagi Arthur bermonolog. Selama ini ia tidak terlalu memusingkan suatu hal kecuali hubungannya dengan keluarganya, namun kali ini otak Arthur dibuat pusing oleh wanita yang seolah-olah sedang mencari masalah dengannya. Tidak ingin berlarut-larut dengan pemikirannya, Arthur melangkahkan kakinya keluar dari penthouse megah tersebut, kemudian ia segera menuju club milik sahabatnya Mariano Numerta yang memiliki cabang di kota Manhattan. "Apa yang harus ku lakukan agar wanita itu mundur dari bisnis yang ku kuasai saat ini? Bagaimana bisa seorang Arthur Stefano Anderson dikalahkan oleh wanita pemula seperti dia yang dari awal saja tidak ada yang tahu identitasnya bahkan pelacak handal seperti Drake sekalipun," gerutu Arthur ketika menyetir, ia yang menggerutu tidak jelas membuat dirinya tidak fokus pada kemudinya, hingga ia tak memperhatikan lampu merah yang masih menyala di persimpangan jalan. TINNN!!!! Bunyi klakson dan sorot lampu dari arah kiri membuat Arthur terkejut, sebuah mobil Bugatti melaju dengan kencang dari arah kiri hingga tabrakan itu tidak dapat ia hindari begitu saja, mobil Lamborghini yang ia kendarai terpental beberapa puluh meter dari persimpangan jalan tersebut. Tubuh Arthur terbentur berulang kali seiring dengan benturan mobilnya dengan aspal, ia juga merasa tubuhnya dijungkir-balikkan saat itu juga, bahkan karna kencangnya tabrakan itu membuat mobil Arthur terbalik. Nafas Arthur terengah-engah di dalam mobil mewah yang telah hancur tersebut, darah pun sudah mengalir dari setiap sudut di wajahnya, bahkan ia bisa merasakan sakit yang teramat sakit di kakinya, ketika mata Arthur perlahan hendak tertutup, ia melihat seorang wanita tengah menatapnya dari balik jendela mobilnya yang terbalik, dengan sigap wanita itu menarik Arthur keluar dari mobil dengan susah payah.   Beberapa menit sebelumnya..   Harley menendangi ban mobilnya dengan kesal, bagaimana ia tidak kesal? Ia hendak menyusul kepergian pria yang mendiamkannya karna ia ketahuan mabuk lagi dan diam-diam menjalankan bisnis ilegal, namun ketika di perjalanan ternyata ban mobilnya kempes. Ia menatap sekeliling jalan tersebut, terlihat tidak terlalu ramai, hanya dua sampai empat mobil yang berlalu lalang di jalan tersebut. Ia berinisiatif untuk menelfon Mike agar pria itu bisa menjemputnya, namun ketika ia merogoh smartphone yang ada di saku celananya, ia dikejutkan oleh suara klakson yang begitu kencang, ia segera menolehkan wajahnya hingga ia melihat dua mobil saling bertabrakan dengan begitu kencang, salah satu dari mobil itu terguling berulang kali hingga akhirnya terbalik. Ia segera berlari menghampiri dua mobil tersebut yang terpisah beberapa puluh meter jauhnya, mata Harley tertuju pada mobil Lamborghini berwarna hitam yang sudah terbalik, dengan terburu-buru ia berlari menghampiri mobil tersebut untuk menyelamatkan pengemudinya sebelum mobil itu terbakar, tidak menutup kemungkinan mobil itu bisa terbakar ketika ia mencium bau bensin yang begitu nenyengat ketika sudah berada di dekat mobil tersebut. Ia segera menarik tubuh pria itu dengan susah payah namun ia sedikit terbantu karna pria itu tidak menggunakan sabuk pengaman, membuat ia sedikit lebih cepat dapat menarik tubuh pria itu. Pria itu mengerang kesakitan namun tidak membuat Harley menghentikan aksi menolongnya, ia harus segera menyelamatkan pria itu. Ia kembali menarik pria itu keluar dari mobilnya dengan susah payah, ia pun tak tahu mengapa ia bisa menarik pria itu seorang diri dari mobil Lamborghini tersebut sedangkan banyak pria yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan dirinya yang menyaksikan insiden kecelakaan tersebut, mereka justru hanya menyaksikan bagaimana Harley menarik pria itu keluar dari mobil. Setelah pria itu berhasil dikeluarkan dari dalam mobil, beberapa orang segera tersadar dari rasa terkejut mereka lalu membantu Harley untuk membawa pria itu menjauh dari mobil tersebut. Harley meletakkan kepala pria itu di pahanya ketika mereka sudah menjauhi mobil, tak lama kemudian hal yang ia duga terjadi, mobil berharga jutaan dollar Amerika tersebut meledak dengan sangat dahsyat. Harley lalu menatap wajah pria itu, pria yang tak lain adalah Arthur. "Please stay with me," ujar Harley lembut berusaha untuk membuat Arthur tetap sadar. Arthur menatap Harley dengan tatapan lemah nya, kemudian ia tersenyum dengan lembut lalu berkata, "Thank's," hanya kata itu yang mampu diucapkan oleh Arthur, setelah itu kesadaran nya menghilang.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN