Manhattan, New York.
Suara dentuman musik mengalun keras dalam ruangan besar berukuran dua puluh kali dua puluh meter, pendar cahaya lampu yang berpendar menyinari ruangan itu menerpa wajah seorang wanita yang tengah meliukkan tubuhnya di lantai dansa, mengikuti alunan musik.
"Is she drunk again?" tanya seorang pria yang tengah mengamati wanita tersebut.
"Maaf, Tuan. Kami tidak berani melawan keinginan Nona," jawab bodyguard tersebut kepada pria yang berdiri di hadapannya. Jawaban dari bodyguard tersebut membuat sang pria menghela nafasnya dengan panjang. Ada rasa lelah, sedih dan berbagai perasaan campur aduk yang tengah ia rasakan saat ini.
"Dia selalu saja seperti ini ... ," ucap pria itu dengan lirih lalu berjalan mendekati wania yang masih meliukkan tubuhnya di atas lantai dansa tersebut.
"Halsey," panggil pria itu seraya memegang kedua bahu wanita tersebut.
Merasakan ada yang memegang kedua bahunya membuat wanita itu membuka matanya yang sempat terpejam menikmati alunan musik. "Hmm," gumamnya kembali memejamkan mata seraya menggerakkan tubuhnya.
"Enough! Let's go back home!" teriak pria itu seraya menarik tubuh wanita kesayangannya agar menjauhi lantai dansa.
"No!" teriak wanita itu yang kini menggelayuti tubuh pria itu, pria itu hanya memejamkan matanya seraya mengusap kepala wanita tersebut dengan pelan.
"Come on ... We have to go home ... ," bisik pria itu dengan lembut lalu melepaskan pelukannya kemudian menarik lengan wanita itu.
"I don't want!" teriak wanita itu seraya menyentak lengan yang menarik tubuhnya. Mendapat perlawanan dari wanita yang ia sayangi membuat pria itu geram, dengan sekali hentak tubuh wanita itu sudah berada di atas pundaknya.
"Turunkan aku, turunkan!" teriak wanita itu seraya memukul punggung pria yang memanggul tubuhnya seperti karung beras.
"Shut up, Halsey," desis pria itu seraya memukul paha wanita itu dengan kencang.
Pria itu melangkahkan kakinya keluar club bersama dengan bodyguard yang berjalan jauh di belakangnya dan wanita itu yang berada di atas pundaknya. Saat mereka keluar dari club malam tersebut tanpa sengaja pria itu menabrak pria lain.
"Di mana matamu?!" tanya pria yang ditabrak olehnya, pria yang ditabrak itu tidak lain adalah Arthur.
"Oh maaf, paha wanita kesayangan ku menutupi pandangan mataku," jawab pria itu seraya tersenyum namun senyuman pria itu membuat Arthur mengepalkan salah satu tangannya, Arthur hendak mengumpati pria itu namun perkataan seorang bodyguard yang datang secara tiba-tiba di antara mereka membuat Arthur menghentikan niat awalnya.
"Maaf Tuan, topeng yang digunakan oleh Nona tidak ditemukan, Nona mengenakan topengnya tadi saat memasuki club ini," ujar bodyguard dari pria itu.
Mendengar penuturan bodyguard itu yang tidak masuk akal membuat Arthur memilih melangkahkan kakinya memasuki club tersebut.
Pria itu memejamkan matanya beberapa saat. "Hal sepele seperti itu kau katakan padaku?" tanya pria itu tidak percaya.
Bagaimana bisa bodyguard sekaligus orang kepercayaan ku memusingkan sebuah topeng? tanya pria itu dalam hati.
"Maaf Tuan, topeng tersebut adalah identitas kedua Nona." Langkah Arthur terhenti setelah mendengar penjelasan bodyguard tersebut dari jaraknya saat ini.
Pria itu mengernyit mendengar penjelasan bodyguard yang ia pekerjakan. "Identitas kedua?" tanya pria itu dengan kening terlipat, pundaknya sudah terasa kebas dan pegal, namun ia mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju mobil ketika sang bodyguard mengatakan sesuatu yang membuatnya bingung.
"Nona selalu mengenakan topeng itu setiap menjalankan bisnis ilegal nya, Tuan," ujar bodyguard itu.
"Jangan berputar-putar Mike! Jelaskan apa maksudmu?" tanya pria itu dengan bingung kepada Mike Petrov, seorang pria yang ia pekerjakan sebagai bodyguard selama ini.
"Selama Tuan sibuk mengurus perusahaan yang diberikan oleh Tuan Yaqub, Nona menjalankan bisnis penjualan ganja dan narkotika, Tuan. Dan Nona selalu menggunakan topeng tersebut setiap menjalankan bisnis ilegal nya. Apa ... Apa Tuan tidak mengetahuinya?"
Deg.
Hati Arthur seolah berhenti berdetak ketika mendengar pernyataan tersebut, seketika Arthur menyadari bahwa mafia wanita yang menjadi rivalnya saat ini tengah berada tidak jauh darinya. Arthur memutar tubuhnya dan berniat kembali menghampiri pria yang menabraknya tadi, namun sebuah perkataan lagi-lagi menghentikan langkahnya.
"Tidak mungkin Halsey seperti itu!" tegas pria itu membuat langkah Arthur terhenti seketika dan ia pun mengernyit.
Wanita itu sering dipanggil dengan Masked Queen, ia terkenal dengan nama itu, namun setelah saya selidiki nama asli dari wanita itu adalah Harley Wilson. Perkataan Justin berputar dalam pikiran Arthur saat ini.
Halsey? Tanya Arthur dalam hati.
Tidak mungkin, wanita itu bukanlah wanita yang ku cari selama ini, wanita yang menjadi rivalku memiliki nama asli Harley Wilson dan memiliki nama panggilan Masked Queen. Ujar Arthur kembali dalam hati.
Bodyguard tersebut menundukkan wajahnya ketika ia sadar bahwa ia sudah salah berbicara, ia mulai menyadari jika Tuannya tersebut tidak mengetahui bisnis yang dijalankan oleh Nonanya, ia kira Tuannya sudah mengetahui tentang pekerjaan wanita itu.
"Kita bicarakan ini di mansion!" geram pria itu seraya mengeraskan rahangnya.
Pria dan bodyguard itu berlalu meninggalkan club tersebut sedangkan Arthur berdiri mematung di lorong club itu, lorong penghubung antara club dan pintu masuk. Saat Arthur memutar tubuhnya dan hendak melangkahkan kakinya memasuki club, ia kembali ditabrak oleh seseorang yang berlari dari dalam club. Tubuh Arthur terpelanting ke belakang lalu menabrak tembok karna kerasnya benturan tersebut sedangkan pria yang menabrak Arthur kembali berlari.
"Hei!" teriak Arthur kepada pria tersebut yang sudah berlari keluar dari club, ia merutuki dirinya sendiri yang tidak mengajak Justin untuk menjaga keamanannya, jika saja ia bersama dengan Justin saat ini mungkin bodyguard-nya sudah menahan pria yang baru saja menabraknya.
Saat Arthur hendak mengejar pria itu langkahnya terhenti ketika melihat sebuah topeng yang tergeletak tak jauh dari tempatnya terjatuh. Arthur segera mengambil topeng tersebut, ia mengamati topeng itu dengan perlahan. Topeng itu terbuat dari emas putih yang membentuk pola sebuah topeng mata, ratusan butir rhinestone dari kristal swarovski bertabur di setiap lekukan topeng tersebut yang membuat topeng itu nampak berkilau indah dan terlihat sangat cantik.
"Aku yakin jika topeng ini adalah milik wanita tadi, aku harus meminta Justin untuk mencari tahu siapa pemilik topeng ini," gumam Arthur seraya memandangi topeng yang berada di tangannya.
Arthur mengurungkan niatnya untuk kembali memasuki club tersebut, ia berjalan menghampiri mobil sport nya yang berada di parkiran club seraya menelfon Justin.
"Temui aku di penthouse," ujar Arthur saat Justin mengangkat panggilan itu, ia lalu mematikan panggilan tersebut tanpa menunggu jawaban dari Justin.
Sesampainya di penthouse Arthur segera melangkahkan kakinya memasuki penthouse miliknya yang sangat megah. Arthur segera melepas jas hitam Armany yang melekat pada tubuh atletisnya, setelah jas tersebut terlepas dari tubuhnya ia segera melempar jas tersebut kepada seorang maid yang menyambut kedatangannya di depan belakang penthouse.
Arthur melangkahkan kakinya menghampiri Justin yang tengah berdiri di samping sofa ruang tamu, ia segera menghempaskan tubuhnya di atas sofa kemudian melempar topeng yang ia yakini milik rivalnya ke atas meja hingga menimbulkan suara dentingan, setelah itu ia menekuk kedua lengannya di belakang kepala, tubuhnya bertumpu pada punggung sofa, lalu ia menumpukan kedua kakinya di atas meja.
"Cari tahu siapa pemiliki topeng itu!" perintah Arthur tanpa mengalihkan pandangannya dari perapian yang ada di hadapannya.
Justin menatap Arthur dengan pandangan yang sulit diartikan. "Topeng ini milik Masked Queen, Tuan." Ucapan Justin membuat Arthur terkejut, secara tanpa ia sadari ia sudah menegakkan tubuhnya.
Tidak mungkin. Ucap Arthur dalam hati.
"Kau serius?" tanya Arthur masih dengan keterkejutannya.
"Ya, Tuan. Aku mengenal betul bagaimana bentuk topeng yang dikenakan oleh Masked Queen," jawab Justin dengan yakin.
"Lacak CCTV dari club yang baru saja ku kunjungi, wanita itu dibawa oleh seorang pria, lacak mobil pria itu dari rekaman CCTV club dan lacak kemana perginya mobil itu dari CCTV jalan di kota ini!” perintah Arthur.
“Aku ingin tahu kemana pria itu membawa wanita yang terkenal dengan sebutan Masked Queen,” ujar Arthur.
“Wanita yang menjadi rival ku" desis Arthur kemudian.
Justin mengangguk menuruti perintah dari Arthur, anggukan kepala dari Justin membuat Arthur menyeringai, meskipun nama 'Halsey' sempat membuat Arthur ragu dengan wanita tersebut, namun jawaban dari Justin membuatnya kembali percaya bahawa wanita yang ia temui setengah jam yang lalu adalah rivalnya yang tengah ia cari.
"I got you!" desis Arthur kembali memandangi perapian.