Di sisi lain Justin berhasil menemui Harley dan meminta wanita itu untuk menjenguk Arthur dan saat ini ia dan Harley sudah berada di depan pintu ruang rawat milik Arthur.
“Silahkan masuk, Nona,” ucap Justin.
Harley menghela nafas nya dengan perlahan lalu masuk ke dalam ruangan tersebut. Harley menatap seorang pria yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit sedangkan pria itu tengah tersenyum tipis menatap ke arah Harley saat ini, Harley berjalan mendekati Arthur lalu menarik kursi jaga yang tersedia di sana.
“Hi, bagaimana keadaan mu?” tanya Harley seraya tersenyum.
“Sudah lebih baik,” jawab Arthur.
“Aku dengar dari pengawal mu, kau mencari ku?” tanya Harley membuat Arthur mengangguk.
“Ada apa?” tanya Harley kemudian membuat Arthur lagi-lagi tersenyum, hal yang tidak pernah dilihat oleh siapapun kecuali Vallery.
“Aku belum sempat mengucapkan terima kasih pada mu,” ucap Arthur membuat Harley yang tersenyum kali ini.
“Sama-sama, maaf aku menghilang begitu saja hari itu, bodyguard ku membawa ku kembali ke mansion dan aku dirawat di sana karena maag ku yang tengah kambuh saat itu,” ucap Harley.
“It’s okay, maaf karena menunggu ku kau jadi sakit saat itu,” ucap Arthur membuat Harley menggelengkan kepalanya.
“It’s okay,” jawab Harley.
“Aku belum mengenal nama mu,” ucap Arthur.
“Nama ku Harley,” jawab Harley membuat Arthur tertegun.
Harley? Tanya Arthur dalam hati, ia segera menggelengkan kepalanya karena sempat mengira bahwa wanita yang ada di hadapan nya adalah Masked Queen, ia terkekeh dalam hati kala mengingat hal itu.
Ada banyak manusia yang memiliki nama Harley di dunia ini, tidak mungkin jika dia adalah Maked Queen. Ucap Arthur dalam hati.
“Kau kenapa?” tanya Harley yang melihat Arthur menggelengkan kepalanya berulang kali, Arthur terkekeh menatap Harley.
“Tidak, tadi aku berpikir bahwa aku pernah mendengar nama mu sebelumnya, perkenalkan, namaku Arthur. Aku harap kita bisa berteman,” ucap Arthur membuat Harley tersenyum.
“Ya, tentu saja,” jawab Harley sekenanya.
“Kau bekerja di mana?” tanya Arthur, ia ingin mengenal lebih jauh tentang wanita yang menarik perhatiannya tersebut.
“Aku tidak bekerja, kakakku tidak mengijinkan ku untuk bekerja,” jawab Harley membuat Arthur mengangguk.
“Jika aku memiliki adik secantik diri mu maka akupun akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh kakakmu.” Perkataan Arthur membuat wajah Harley merona dan Arthur menyukai rona merah di wajah wanita itu.
“Kalian pria yang over protektif,” ucap Harley seraya menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa panas setelah mendengar perkataan yang diucapkan oleh Arthur. Entah mengapa ia menyukai kalimat yang diucapkan oleh Arthur beberapa detik yang lalu atau mungkin ia menyukai perkataan Arthur yang menyebutkan bahwa dirinya cantik.
“Maaf jika aku meminta orang kepercayaan ku untuk menemui mu,” ucap Arthur yang membuat Harley mendongakkan wajahnya.
“Tidak apa-apa, lagi pula sejak pertemuan kita terakhir kali aku selalu memikirkan mu,” ucap Harley kelewat jujur, membuat Arthur terkejut, ia merasa jantungnya berdebar lebih cepat saat ini kala mendengar perkataan dari Harley sedangkan Harley menutup mulutnya kala ia menyadari bahwa ia terlalu jujur kepada Arthur.
“Kau memikirkan ku?” Goda Arthur membuat wajah Harley kembali merona, Harley cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
“Ti-tidak,” jawab Harley terbata-bata yang membuat Arthur tertawa.
“Kau tidak pandai berbohong,” ujar Arthur di sela-sela tawanya yang membuat Harley menundukkan wajahnya kembali.
“Jangan menggoda ku,” ucap Harley seraya mengerucutkan bibirnya, ia begitu malu pada pria yang mengetuk hatinya untuk pertama kali kala ia membawa pria itu ke rumah sakit.
Arthur menghentikan tawanya. “Kau sangat menggemaskan,” ucap Arthur.
Harley mendongakkan wajahnya lalu menatap Arthur dengan wajah yang cemberut. “Dan kau sangat menyebalkan,” balas Harley membuat Arthur kembali tertawa, tawa Arthur terhenti kala pintu ruangan terbuka, Arthur terkejut ketika melihat Meera Abraham tengah tersenyum padanya.
“Baby.” Panggil Arthur membuat hati Harley seolah berhenti berdetak, entah mengapa ia merasa tidak suka mendengar panggilan itu keluar dari mulut Arthur, Harley mengikuti arah pandangan Arthur dan mendapati seorang wanita cantik tengah berdiri di ambang pintu seraya tersenyum. Bahkan mungkin kecantikan wanita itu mengalahi kecantikan yang ia miliki.
Meera melangkahkan kakinya menghampiri Arthur yang terbaring di brankar rumah sakit, ia segera memeluk Arthur dan mendapati kecupan hangat di puncak kepalanya, d**a Harley terasa sesak melihat kejadian yang ada di hadapan nya saat ini.
“Bagaimana kau tahu bahwa aku berada di sini?” tanya Arthur kepada Meera.
“Aunty Vallery yang memberitahu ku,” jawab Meera.
“Kenapa kau bisa seperti ini?” tanya Meera kepada Arthur membuat pria itu tersenyum.
“Aku tidak fokus saat mengemudi,” jawab Arthur yang membuat Meera berdecak tidak suka.
“Ck, dasar kau ini.” Arthur merasa senang dengan kehadiran Meera saat ini, bagaimana tidak, mereka sudah lama tidak bertemu, Arthur berpikir mungkin jika ia memiliki anak perempuan ia akan selalu merindukan anaknya seperti ia sering merindukan Meera selama ini.
“Dia siapa?” Meera memiringkan kepalanya seraya menatap Harley, Arthur menoleh ke arah Harley yang tengah terdiam.
“Dia Harley,” jawab Arthur seraya tersenyum, ia merasa hatinya mengahangat kala menyebutkan nama wanita itu.
“Dia wanita yang sudah menolong ku,” ucap Arthur kembali yang membuat Meera membulatkan matanya.
“Dan Harley, perkenalkan ini Meera, dia ... ,”
“Orang yang kau sayangi.” Potong Meera membuat Arthur menggelengkan kepalanya seraya terkekeh.
“Ya, dia orang yang ku sayangi dan dia … ,”
“Maaf, Arthur. Aku harus segera pergi, kakakku sudah mengirimkan ku pesan agar segera pulang,” ucap Harley seraya menggenggam smartphone miliknya dengan kuat untuk menghilangkan rasa nyeri di dadanya yang datang secara tiba-tiba.
Harley segera bangkit dan berjalan dengan cepat keluar dari ruangan tersebut tanpa bisa dicegah oleh Arthur terlebih dahulu. Arthur menatap kepergian Harley dengan sendu dan kembali merasakan perasaan hampa di hatinya, ia lalu menatap Meera yang sudah menahan tawanya.
“Kau membuat dia pergi!” ucap Arthur dengan tajam yang membuat tawa Meera akhirnya pecah juga.
“Aku sudah lama tidak menjahili mu,” jawab Meera di sela-sela tawanya.
“Dia pasti mengira bahwa kau adalah kekasihku,” ucap Arthur membuat Meera menghentikan tawanya.
“Biarkan, anggap saja aku sedang balas dendam kepada mu karena dulu kau sempat mengaku-ngaku sebagai kekasihku di depan pria yang ku sukai,” ujar Meera membuat Arthur mendengus, ia kehilangan kesempatan untuk mengenal Harley lebih jauh lagi.
“Sudah jangan marah, aku yakin kau pasti bisa menemuinya kapan pun yang kau mau setelah kau sembuh nanti,” ucap Meera.
“Akan ku balas kau suatu saat nanti,” ucap Arthur membuat Meera terkekeh.
“Dimana Darik?” tanya Arthur yang menayakan keberadaan Darik Stefano kekasih Meera.
“Dia sedang melakukan pemotretan di Italy,” jawab Meera.
“Aku heran, bagaimana bisa kalian menjalin hubungan di tengah-tengah kesibukan kalian masing-masing?” tanya Arthur membuat Meera tersenyum.
“Karena cinta kami begitu kuat,” jawab Meera yang membuat Arthur mencibir.
“Dimana uncle Brian dan aunty Vallery?” tanya Meera.
“Mereka sedang makan siang, kenapa kau tidak datang bersama daddy dan mommy mu?” tanya Arthur.
“Aku belum sempat kembali ke mansion, aku segera kemari,” jawab Meera.
Di lorong rumah sakit Harley berjalan dengan tergesa-gesa, ia bahkan tanpa sengaja menabrak seorang wanita hingga membuat keduanya terjatuh.
“Maaf aku tidak sengaja,” ucap Harley membantu wanita itu berdiri, ia terkejut kala ia mengenal wanita yang baru saja ia tabrak.
“Kau?” tanya Harley membuat wanita itu menunduk.
“Maaf, Nona. Saya tidak sengaja,” ucap Perrie yang membuat Harley menggelengkan kepalanya.
“Tidak, aku yang salah karena sudah menabrak mu,” ucap Harley.
“Ada keperluan apa kau ke sini?” tanya Harley kemudian membuat Perrie mendongakkan wajahnya.
“Saya ingin menjenguk sepupu saya, Nona,” jawab Perrie.
“Jangan terlalu formal kepada ku,” ujar Harley yang membuat Perrie menggelengkan kepala.
“Tidak, Nona. Bagaimanapun juga kau adalah pemilik perusahaan tempat ku bekerja,” ucap Perrie membuat Harley menggeleng.
“Anggap saja aku ini adalah teman mu,” ucap Harley.
“Tapi … ,”
“Tidak ada tapi, bagaimana? Kita bisa berteman?” tanya Harley seraya mengulurkan tangannya, membuat Perrie ragu namun akhirnya ia menerima uluran tangan itu. Harley tersenyum senang kala ia memiliki teman wanita saat ini karena selama ini ia hanya memiliki beberapa teman yang kesemuanya berjenis kelamin pria.
“Aku senang berteman dengan mu, ku pikir kau cocok juga menjadi kakak ipar ku,” ucap Harley seraya tersenyum menggoda namun hal itu justru membuat Perrie mengernyit.
“Apa maksud … mu?” tanya Perrie dengan pelan membuat Harley tersenyum penuh arti.
“Lupakan, aku harus segera pergi.” Harley bergegas meninggalkan Perrie yang masih memikirkan perkataan darinya.
Perrie berjalan menuju tempat Arthur dirawat seraya memikirkan perkataan dari Harley hingga akhirnya ia tiba di depan ruangan tersebut tanpa ia sadari.
“Selamat siang, Nona,” sapa Justin kepada Perrie namun wanita itu masih melamun hingga tanpa sadar ia membuka pintu ruangan milik Arthur.
“Perrie!” Pekik Meera lalu menghambur ke pelukan sepupunya tersebut yang membuat Perrie tersadar dari lamunan nya.
“Sudah lama kita tidak bertemu, aku merindukan mu,” ucap Meera yang kelewat heboh dan hal itu sukses membuat Arthur mendengus.
Arthur merasa heran, mengapa kedua sepupunya memiliki sifat yang bertolak belakang dengan ayah mereka, Perrie yang pendiam berbanding terbalik dengan Vinic, dan Meera yang selalu heboh berbanding terbalik dengan Dave yang tidak terlalu banyak bicara.