9. NEKAT

2782 Kata
Harley menghela nafas ketika Justin berdiri di hadapan nya, wanita itu melipat kedua lengannya di depan d**a seraya memandang Justin dengan malas.             “Ada apa lagi?” tanya Harley karena ia sudah menolak bertemu dengan Justin namun pria itu masih saja berusaha masuk ke dalam mansion milik kakaknya tersebut.             “Tuan Arthur ingin bertemu dengan anda, Nona,” jawab Justin seraya menumpukan kedua tangannya di bawah perut.             “Aku sedang terburu-buru, aku harus bekerja,” ucap Harley mencoba untuk menolak.             “Tuan Arthur berkata bahwa anda tidak bekerja, Nona.” Perkataan Justin membuat Harley menggeram marah.             “Aku tidak ingin bertemu dengan majikan mu itu!” ketus Harley seraya mengepalkan kedua tangannya.             “Apakah anda berselisih paham dengan Tuan Arthur?” tanya Justin ingin tahu. “Aku sedang tidak ada waktu untuk mengurusi kekasih seseorang,” ucap Harley dengan nafas memburu, ia tidak ingin menjadi orang ketiga yang harus menyaksikan Arthur tengah bermesraan dengan Meera, ia merasa situasi seperti itu begitu canggung dan begitu menyakitkan baginya. Justin berdehem sesaat sebelum kembali berbicara. “Tuan Arthur tidak memiliki kekasih, Nona,” ucap Justin yang sejujurnya tengah menahan tawa, ia akan tertawa terbahak-bahak jika yang ia pikirkan adalah benar, Harley merasa cemburu saat ini. “Kemarin kekasihnya datang saat aku menemui majikan mu itu!” ucap Harley dengan ketus seraya melipat kedua lengannya di depan d**a. “Maaf, namun Nona itu adalah Nona Meera, sepupu dari Tuan Arthur.” Perkataan Justin membuat Harley menegakkan tubuhnya seraya menatap tidak percaya ke arah Justin sedangkan Justin menahan tawanya sedari tadi. “Are you serious ... ?” tanya Harley dengan pelan. “Ya, Nona. Sepengetahuan saya Tuan Arthur tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun selama ini.” Ucapan Justin kembali membuat Harley tidak percaya, ia segera menggelengkan kepalanya lalu tersenyum menyeringai. “Impossible,” ucap Harley membuat Justin mendongakkan wajahnya. “Tapi memang itu kenyataan nya, Nona,” balas Justin yang membuat Harley akhirnya terdiam. Keheningan menyelimuti mereka pagi hari itu hingga tak lama kemudian Harley kembali berbicara. “Kenapa aku harus menemui majikan mu?” tanya Harley yang masih tidak mau menemui Arthur. Entah mengapa ia merasa kesal dan malu saat ini. “Ehhmmm ... mungkin Tuan Arthur merindukan anda,” jawab Justin dengan asal. “What?!” pekik Harley, perkataan Justin membuat Mike yang juga berada di sana tertawa terbahak-bahak. “Mike berhenti tertawa!” ucap Harley menatap tajam kepada bodyguard nya tersebut dengan wajah yang sudah memerah. “Temui saja Tuan itu, Nona. Mungkin yang dikatakan oleh orang kepercayaannya adalah benar mengingat selama tiga minggu terakhir pria ini memaksa untuk berbicara dengan anda,” ujar Mike membuat Harley berpikir, apakah ia harus menemui Arthur atau tidak? Rasanya akan sangat canggung sekali jika bertemu dengan Arthur mengingat apa yang ia lakukan tiga minggu yang lalu, ia tergesa-gesa pergi di saat Arthur memperkenalkan Meera kepadanya, seolah bahwa ia tidak ingin mengetahui siapa Meera yang sebenarnya. “Jika aku tidak mau, bagaimana?” tanya Harley kepada Justin membuat pria itu menundukkan kepalanya karena bisa dipastikan Arthur akan memarahinya habis-habisan. “Baiklah, Nona. Saya akan mencoba untuk berbicara dengan Tuan Arthur. Maaf jika saya mengganggu pagi anda ... .” lirih Justin kemudian melenggang pergi. Harley terdiam melihat kepergian Justin. “Pria itu pasti akan dimarahi oleh majikan nya, Nona,” ucap Mike yang membuat Harley merasa bersalah.   ***   Justin kembali ke rumah sakit dengan lesu, ia menghela nafasnya dengan kasar ketika berdiri di depan pintu ruangan Arthur. “Bagaimana?” tanya Drake yang berjaga di depan pintu ruangan Arthur, Justin menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari temannya tersebut, ia lalu mengumpulkan keberaniannya untuk menghadapi Arthur yang mungkin akan mengamuk nantinya. Ia membuka pintu ruangan dengan pelan, di dalam sana Vallery dan Mathew menoleh kala pintu ruangan terbuka. Mereka menyambut Justin dengan senyuman namun tidak dengan Arthur yang menatapnya menuntut jawaban. Justin menghela nafasnya dengan perlahan lalu menundukkan wajahnya. “Maaf, Tuan. Saya tidak dapat membawa Nona Harley kemari.” PYARR!!! Justin memejamkan matanya kala Arthur melempar gelas yang ia pegang ke arah tembok hingga menyebakkan gelas tersebut pecah berkeping-keping. “Arthur!” teriak Vallery sedangkan Mathew menunduk melihat sikap kakaknya. Nafas Arthur memburu kala menatap Justin lalu beralih menatap Vallery. ”Aku ingin menemui wanita itu, Mom,” ujar Arthur seraya bangkit dari tidur nya yang membuat Vallery dan juga Mathew dengan sigap berdiri. “Kau belum boleh bangun, Brother,” ujar Mathew yang mendapat tatapan tajam dari Arthur. “Aku ingin menemui wanita itu,” desis Arthur kepada Mathew yang membuat pria itu bungkam. “Arthur, kau belum pulih total ... ,” ujar Vallery seraya mengusap rambut Arthur untuk menenangkan putranya. Ya Tuhan kenapa sifat keras kepala putra ku melebihi Brian? Tanya Vallery dalam hati dengan frustasi. “Tapi aku sudah tidak merasakan kesakitan, Mom,” balas Arthur keras kepala, ia segera menoleh ke arah Mathew. “Bantu aku turun,” ucap Arthur kepada Mathew, selama tiga minggu ini hubungan mereka sudah membaik, Mathew menggelengkan kepalanya menolak perintah dari Arthur. “No, kau belum pulih total,” balas Mathew yang membuat Arthur kembali menatapnya dengan tajam. “Kau ingin membantu ku atau tidak ku maafkan sama sekali seumur hidup ku!?” Ancam Arthur walaupun ia tidak serius dengan ucapannya namun hal itu membuat Mathew menghela nafas dengan panjang seraya menundukkan kepalanya. Selama ini Arthur tidak hanya menjauhi sang ayah karna telah berselingkuh di belakang sang ibu tanpa seorang pun tahu kecuali dirinya, ia juga menjauhi Mathew sang adik yang dulu menuduhnya berselingkuh dengan kekasih pria itu. “Arthur,” panggil Vallery namun tidak dihiraukan oleh Arthur, pria itu masih menatap sang adik yang masih menunduk. “Okay,” ujar Mathew akhirnya. Hubungan keduanya yang sudah membaik membuat Mathew bersyukur, ia tidak mau dijauhi oleh Arthur seumur hidupnya, sudah cukup dua tahun ini kakaknya menganggap ia seperti orang asing, ia tidak mau lagi dianggap seperti itu, jika ia hanya dijauhi selama dua tahun maka lain hal nya dengan Brian ayah mereka yang dijauhi oleh sang kakak selama dua puluh tahun. Bahkan Brian tidak lagi menjenguk Arthur ketika Arthur memaki sang ayah beberapa minggu yang lalu.  Meskipun Arthur menjauhi sang adik selama dua tahun ini akibat perselisihan di antara mereka tetapi Arthur selalu memperhatikan adiknya dari kejauhan, bahkan pria itu memerintahkan Royal dan Maxim sekretaris Mathew untuk menjaga Mathew selama ini. “Good!” ucap Arthur seraya tersenyum tipis membuat Vallery mengusap wajahnya dengan kasar. Arthur dibantu oleh Mathew dan juga Justin untuk duduk di kursi roda, tangannya sudah membaik dan sudah bisa digerakkan namun tidak dengan kakinya yang belum bisa digerakkan sama sekali untuk berjalan. Mathew mendorong kursi roda yang di duduki oleh sang kakak setelah mereka berpamitan kepada Vallery, wanita paruh baya itu tidak bisa menolak keinginan Arthur, ia juga melihat wajah penuh harap dari Mathew, ia tahu bahwa Mathew terpaksa membantu kakaknya saat ini. Mereka melewati lorong rumah sakit dengan dikawal oleh beberapa penjaga termasuk Royal bodyguard Mathew dan juga Justin yang berjalan di belakang mereka, setelah itu mereka masuk ke dalam mobil dan pergi menuju mansion tempat Harley tinggal. Sesampainya di depan mansion mereka harus bersitegang terlebih dahulu dengan beberapa penjaga milik Tony hingga akhirnya mereka bisa masuk ke dalam mansion tersebut. Harley menganga kala melihat Arthur yang duduk di atas kursi roda sedangkan pria itu tengah tersenyum ke arahnya. “How could ... .” Perkataan Harley menguap begitu saja kala ia menyadari sikap Arthur yang keras kepala, pria itu bersikeras untuk bertemu dengannya. Ia berjalan menghampiri Arthur lalu menatap Mathew dan Justin kemudian menatap beberapa pengawal Arthur hingga akhirnya pandangannya terhenti saat melihat Arthur yang masih tersenyum menatapnya. “Hi,” ucap Arthur dengan senyuman yang mengembang di wajahnya yang membuat Harley terdiam beberapa saat hingga akhirnya ia membuka mulutnya untuk berbicara. “Kau belum sembuh,” ucap Harley membuat Arthur mengendikkan kedua bahunya. “Aku sudah sembuh, hanya saja kakiku masih sakit untuk digerakkan,” balas Arthur membuat Harley menggelengkan kepalanya. “Kenapa kau tidak mau menemui ku?” Pertanyaan dari Arthur membuat Harley terdiam, ia bisa melihat kekecewaan dalam mata pria itu. Harley memutuskan pandangannya pada Arthur lalu melihat semua orang yang berdiri di belakang Arthur, Arthur menoleh mengikuti pandangan Harley hingga akhirnya ia mengerti. “Tinggalkan aku dan Nona Harley,” ujar Arthur membuat semua orang yang mengikutinya dari rumah sakit segera pergi dari ruangan itu kecuali Mathew. Arthur menoleh ke arah adiknya yang berdiri di belakang nya. “Mathew, aku ingin berbicara empat mata dengan Harley,” ujar Arthur membuat Mathew menoleh ke arah kakaknya. “Baiklah,” ujar Mathew seraya tersenyum ceria ke arah Harley yang membuat Arthur menggeram. “Hentikan senyuman mu atau … ,” “Okay okay, I’ll go,” ujar Mathew segera melenggang pergi dari ruangan itu kemudian Arthur menatap Mike yang masih berdiri di belakang Harley, ia mengernyit kala merasa bahwa ia pernah bertemu dengan Mike sebelumnya, ia mencoba mengingat kembali namun ia benar-benar lupa apakah ia pernah bertemu dengan Mike sebelumnya atau tidak, Harley mengikuti arah pandang Arthur kemudian menghela nafasnya dengan panjang. “Mike, tinggalkan kami,” ujar Harley pelan membuat Mike menoleh ke arahnya. “Apakah tidak apa-apa, Nona?” tanya Mike membuat Harley tersenyum sedangkan Arthur berdecak tidak suka melihat wanitanya tersenyum kepada pria lain, bolehkah ia menyebut Harley sebagai wanitanya? “It’s okay,” jawab Harley hingga akhirnya Mike mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua, Harley menghela nafasnya lalu menoleh kembali ke arah Arthur yang menatap kepergian Mike. “Ada apa?” tanya Harley yang membuat Arthur menoleh ke arahnya lalu tersenyum. “Kenapa kau tidak pernah menemui ku lagi?” tanya Arthur membuat Harley berpikir sejenak. “Apakah harus? Ku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi.” Jawaban Harley membuat Arthur kecewa. “Ku kira kau akan menemui ku lagi, kita belum mengenal lebih jauh setelah kepergian mu hari itu ... ,” ucap Arthur seraya menundukkan wajahnya yang membuat Harley merasa tidak enak hati. “Kenapa kau kemari? Kau belum sembuh total,” tanya Harley mengalihkan pertanyaan Arthur. “Apakah aku tidak boleh kemari?” Arthur tidak menjawab pertanyaan dari Harley, justru ia balik bertanya kepada wanita itu yang membuat Harley kembali terdiam. “Apakah aku tidak boleh mengenal mu lebih jauh?” tanya Arthur kemudian namun Harley tidak menjawabnya lagi hingga akhirnya pria itu menghela nafas dengan panjang. “Baiklah jika kau tidak mau berteman dengan ku,” ujar Arthur lalu memutar kursi roda nya namun kursi roda yang ia duduki membentur sofa yang berada di samping kanan nya dan hal itu membuat kakinya terasa sakit akibat benturan tersebut. “Aarrghh.” Ringis Arthur memegangi kaki kanan nya, ringisan Arthur membuat Harley panik lalu berlutut di hadapan pria tersebut. “Apakah sakit?” tanya Harley panik seraya menyentuh kaki Arthur dengan hati-hati dan hal itu membuat Arthur tersenyum. “Ya,” jawab Arthur jujur membuat Harley mendongakkan wajahnya lalu menatap tajam ke arah pria itu. “Kau belum sembuh total! Kenapa kau kemari?! Lihat! Kakimu sakit hanya karena kau menabrak sofa!” teriak Harley dengan marah membuat Arthur lagi-lagi tersenyum. “Kenapa kau ke sini jika belum pulih?” tanya Harley kembali. “Apakah salah jika aku merindukan mu?” tanya Arthur yang tidak ingin berbasa-basi dengan wanita yang sedang berlutut di hadapan nya saat ini, pertanyaan dari Arthur sontak saja membuat wajah Harley merona. I like your blushing face. Ujar Arthur dalam hati. “Tapi kau belum sembuh total!” ujar Harley dengan ketus seraya menundukkan wajahnya, mencoba menyembunyikan wajah meronanya dari tatapan Arthur yang seolah menelanjanginya saat ini. “Jika aku sudah sembuh apakah aku boleh menemui mu?” tanya Arthur yang membuat Harley terdiam. Arthur menyentuh jemari Harley yang berada di lututnya, membuat wanita itu tersentak kaget lalu mendongakkan wajahnya ke atas menatap ke arah Arthur, Arthur tersenyum melihat wajah Harley yang kembali merona. “Berhenti menggoda ku!” ucap Harley lalu bangkit dari bersimpuh nya, hal itu membuat Arthur tertawa, tawa yang membuat hati Harley terasa menghangat. Harley mendorong kursi roda yang Arthur duduki menuju belakang mansion, di sana terletak kebun bunga mawar yang tampak indah. “Kau menyukai mawar?” tanya Arthur kepada Harley yang membuat wanita itu menghentikan langkahnya lalu duduk di kursi panjang tepat di samping Arthur, ia memandangi hamparan bunga mawar yang sangat indah pagi itu. “Ya,” jawab Harley sekenanya, sejujurnya ia bingung harus membicarakan apa dengan Arthur, sedari tadi ia sedang berusaha keras mengontrol detak jantungnya yang terasa berdebar lebih kencang kala ia berada di samping pria itu. “Kau menyukai warna yang mana?” tanya Arthur seraya menatap haramparan bunga mawar yang berwarna merah, putih dan hitam tersebut. Ia sempat bingung dengan bunga tersebut yang memiliki beberapa warna karna yang ia tahu bunga mawar hanyalah berwarna merah. “Menurut mu?” tanya Harley membuat Arthur menoleh ke arahnya, Arthur mengamati Harley dengan sangat intens yang membuat wanita itu menundukkan wajahnya. “Kenapa kau menatap ku seperti itu?” tanya Harley yang masih menundukkan wajahnya. “Kenapa kau menundukkan wajahmu setiap aku menatap mu?” tanya Arthur masih memandangi wajah Harley. Karena aku tidak sanggup berlama-lama menatap matamu yang membuat tubuhku terasa lemas. Jawab Harley dalam hati. “Aku tidak suka,” jawab Harley membuat Arthur kecewa karena sejujurnya ia ingin berlama-lama menatap wajah Harley, ia ingin melihat manik coklat milik wanita itu. “Tapi aku ingin menatap wajahmu, aku ingin menatap mata coklat milikmu,” balas Arthur membuat wajah Harley terasa semakin panas dan merah padam. “Berhenti menggoda ku, Arthur!” ucap Harley membuat hati Arthur menghangat kala wanita itu menyebutkan namanya. “Aku suka menggoda mu, kau terlihat sangat menggemaskan,” ujar Arthur yang membuat Harley menolehkan wajahnya. “Dan kau terlihat sangat menyebalkan!” Arthur tertawa kala Harley membalas perkataannya seperti saat wanita itu mengunjunginya di rumah sakit. “Lupakan, sekarang kembali ke pertanyaan ku sebelumnya,” ucap Harley membuat Arthur menghentikan tawanya lalu tersenyum ke arah wanita itu, senyum yang selalu saja membuat hati Harley terasa menghangat. “Pertanyaan yang mana?” tanya Arthur benar-benar lupa dengan pertanyaan yang diajukan oleh Harley karna sedari tadi ia sibuk memandangi wajah wanita itu sedangkan Harley memutar bola matanya dengan kesal kala mendengar pertanyaan dari Arthur. “Menurut mu aku menyukai warna yang mana?” tanya Harley akhirnya. “Warna apa?” Harley mendengus tidak percaya karna Arthur benar-benar lupa apa yang mereka bahas sebelumnya. “Bunga mawar itu!” jawab Harley dengan ketus seraya menunjuk hamparan bunga mawar tersebut. “I don’t know,” jawab Arthur dengan mengendikkan kedua bahunya yang membuat Harley menggeram kesal, selama beberapa menit ia merasa salah tingkah karena ditatap sedemikian ruap oleh Arthur sembari menunggu jawaban dari pria itu namun Arthur hanya menjawab dengan kalimat ‘Aku tidak tahu?’. “Kau menyebalkan!” ujar Harley lagi-lagi membuat Arthur terkekeh, semenjak bertemu dengan Harley ia merasa bahwa ia mudah sekali tertawa dan merasakan damai di hatinya. “Kau tinggal sendiri di mansion ini?” tanya Arthur selanjutnya mengganti topik pembicaraan mereka. “Aku tinggal bersama kakakku,” jawab Harley yang membuat Arthur menolehkan kepalanya menatap ke sekitar mansion tersebut. “Di mana kakakmu?” tanya Arthur lalu kembali menatap Harley yang tengah memandangi kebun mawar yang ada di hadapan mereka. “Dia sedang bekerja,” jawab Harley sekenanya. “Dimana orang tua mu?” Pertanyaan Arthur membuat Harley terdiam lalu kembali menundukkan wajahnya. “Mereka sudah meninggal beberapa bulan yang lalu ... ,” jawab Harley dengan murung membuat Arthur terdiam, ia tidak suka melihat Harley yang murung seperti saat ini, ia kembali menyentuh jemari Harley lalu menggenggamnya, membuat wanita itu terkejut. Arthur seraya mengusap punggung tangan Harley dengan lembut. “Maaf jika pertanyaan ku membuat kau bersedih, kau tidak sendiri, masih ada kakakmu dan juga aku,” ujar Arthur yang membuat Harley terkekeh mendengar penuturan dari pria itu. “It’s okay,” jawab Harley lalu tersenyum. Pagi itu keduanya merasa sangat bahagia bisa berbincang lebih lama, mengenal lebih jauh satu sama lain.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN