"Lo yang namanya Helen kan? Cewek gatel tukang merebut cowok orang!" . . . . . . . . . Serentak Helen dan Hilda menoleh, mereka juga langsung memutar badan. Gadis yang tadi pagi membuat heboh di kantin kini berada di ambang pintu kelas mereka dengan berkacak pinggang dan dagu terangkat. "Nggak tau banget sih lo! Udah tau Arsyi pacar gue masih aja lo sosor." Gadis yang baik Helen apalagi Hilda tidak tahu namanya itu terus saja berceloteh. Bahkan dengan berani gadis itu sekarang mulai melangkahkan kaki memasuki ruang kelas Helen dan Hilda. "Murahan banget sih lo jadi cewek! Mahalan dikit kek, kayak gue dong. Harga gue tinggi, cuman Arsyi yang bisa sama gue." Helen mengerjap beberapa kali. Ia tidak mengerti apa yang diucapkan gadis ini. "Nggak kebalik, Mbaknya?" tanya Helen p