Bertemu

1251 Kata
Aruna merasa ia dibesarkan mungkin memang harus mengalami hal seperti ini. Dengan alasan balas budi ia akan mengikuti perintah dari keluarganya. Akhir yang sempurna baginya karena telah memakai nama Wiyasa dibelakang namanya. Indra menatap Aruna dengan sendu sama seperti Kelvin yang ingin sekali mengatakan maaf, namun kedua laki-laki ini tak mampu mengatakannya. "Aruna jika kamu pulang bukan karena masalah ini, Papi pasti akan tetap menyambut kedatanganmu nak," ucap Indra. "Jika Oma tidak memintaku untuk pulang aku, akan tidak akan pernah pulang," ucap Aruna. "Katakan apa yang ingin kalian bahas saat ini! tidak ada gunanya membahas perasaan kita yang hanya terikat darah namun tidak memiliki ikatan emosional. Sebaiknya pembicaraan kita langsung ke pokok permasalahan. Apa yang harus aku lakukan agar Gatra Candrama memberikan apa yang kalian butuhkan," ucap Aruna. "Apa pun itu nak asalkan dia bersedia membantu perusahan kita. Apa kamu mengenal Gatra Candrama secara pribadi?" Tanya Indra, seorang Gatra Candrama memberikan syarat aneh dengan meminta untuk bertemu Aruna dan itu membuatnya penasaran. "Saya tidak mengenalnya," bohong Aruna. "Kenapa kau tidak jujur saja Aruna kalau kau mengenal Gatra Candrama!" Pinta Kelvin. Ia telah menyelidiki jika Aruna pasti mengenal Gatra karena Aruna merupakan teman Citra. Dokter Citra perempuan yang Kelvin sukai itu, ternyata sangat mengenal Gatra Candrama dan kemungkin kecil Aruna tidak mengenal Gatra Candrama hampir tidak mungkin. "Saya tidak mengenal laki-laki itu, untuk apa saya berbohong," ucap Aruna. Ia berencana untuk tidak memberitahukan apa yang terjadi pada dirinya bahkan ia akan berpura-pura tidak mengenal Gatra untuk menenangkan hatinya, meski sulit ia harus bisa bertahan untuk tidak masuk perangkap seorang Gatra Candrama. Saat ini Aruna dan Kelvin berada didalam satu mobil, keduanya memilih untuk tidak berbincang dan Kelvin fokus mengemudi, namun entah mengapa Kelvin ingin menanyakan tentang seseorang kepada Aruna. "Apa kabar Citra Aruna?" Tanya Kelvin. "Aku tidak tahu karena sudah lama kami putus kontak," ucap Aruna. "Kenapa kamu tidak mencari tahu dimana dia? Dia kerja di Rumah sakit mana?" Pinta Kelvin. "Kenapa tidak cari tahu sendiri?" Kesal Aruna. "Runa kenapa kamu makin hari makin galak, apa Mas selama ini juga menyakiti kamu?" Tanya Kelvin. Aruna menghela napasnya, Kelvin memang tidak pernah menyakitinya karena ia memilih diam dan tidak mengatakan apapun ketika ibunya memarahi Aruna selama ini. "Tidak ikut campur masalahmu dan Mami adalah salah satu cara Mas, agar tidak menyakiti kalian berdua," ucap Kelvin. Aruna kembali menghembuskan napas kasarnya "Masalah yang dialami Mamimu itu seharusnya tidak melampiaskannya padaku karena aku juga korbab dari keegoisan orang tua, aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan dengan cara seperti itu. Ya...mungkin kehadiranku memang selalu membawa suasan buruk di Rumah kalian," ucap Aruna yang enggan mengatakan jika Rumah Wiyasa adalah juga rumahnya. "Rumah itu juga rumahmu Aruna," ucap Kelvin. "Bukan, Rumah itu bukan rumahku tapi rumah kalian karena jika rumah itu adalah rumahku, rumah itu akan menjadi rumah ternyaman untuk aku tempati tapi sebaliknya, rumah itu tidak pernah nyaman untuk aku tinggali. Bukannya beberapa tahun ini kalian sekeluarga sangat bahagia karena kalian tidak perlu mendengar Mami kalian memarahiku seperti biasanya," ucap Aruna. Kelvin bisa melihat perubahan didiri Aruna dan perubahan itu membuat Kelvin merasa gagal sebagai seorang kakak karena Aruna sama sekali tidak menganggap Wiyasa adalah keluarganya. Apa yang telah terjadi pada adiknya ini, ia sama sekali tidak tahu. Ia bahkan mengira jika Aruan bahagia di Amerika mengingat Aruna adalah anak yang sangat pintar sejak kecil berbeda dengan dirinya dan juga Wirda. Ia pintar namun tidak sepintar Aruna yang selalu mendapatkan juara umum disekolahnya. "Apa kalian tahu dia yang ingin bertemu denganku dengan cara seperti ini, membuatku lebih waspada. Jika dia bersikap kurang ajar apa kau akan membelaku?" Tanya Aruna. Kelvin tersenyum "Kau pikir Gatra akan melakukan hal yang kurang ajar padamu. Seorang Candrama pasti memiliki sikap terhormat, jika hanya ingin bersikap kurang ajar padamu dia bisa mencari perempuan cantik manapun yang dia inginkan," ucap Kelvin. Dulu Aruna juga menganggap begitu dan ia terlalu mempercayai seorang Gatra yang menganggapnya sebagai adik atau teman dari permempuan yang mencintainya. Tapi ternyata laki-laki itu terlihat aneh dan membuat hidupnya hancur seketika hanya karena keinginannya. Dikuasai, dihancurkan dan diintimidasi itu yang selama ini Aruna dapatkan. Jantung Aruna semakin berdetak kencang ketika mobil yang membawanya ini telah memasuki kawasan Wiyasa grup. Kelvin melihat wajah Aruna memucat membuatnya khawatir, ia memakirkan mobilnya dan mengalihkan pandangannya menatap Aruna. "Kamu tidak apa-apa?" Tanya Kelvin. "Tidak apa-apa," ucap Aruna. "Runa kalau kondisimu sedang sakit sebaiknya kita tunda pertemuan ini!" Ucap Kelvin. "Mas tidak perlu peduli padaku!" Ucap Aruna. Tidak ada yang bisa ia percayai lagi dalam hidupnya, siapapun itu dan selama ini ia hanya percaya pada Ipeh pengasuh yang ia pekerjakan untuk membantunya mengasuh kedua putrinya. "Jangan ditunda lagi, karena setelah semua masalah ini selesai aku akan pergi dari sini!" ucap Aruna. "Oke," ucap Kelvin. Keduanya turun dari dalam mobil dan keduanya segera masuk kedalam lobi kantor, semua mata menatap kearah Aruna dan mereka penasaran siapa wanita yang sangat cantik yang berada disamping wakil direktur mereka. Mereka menaiki lift dan tatapan Kelvin kembali tertuju kepada Aruna yang sepertinya sedang banyak berpikir saat ini. Aruna bahkan masih terlihat pucat dan bisa dilihat saat ini Aruna terlihat sangat tidak nyaman. Kelvin hanya bisa menduga-duga apa yang sedang terjadi kepada Aruna dan ia tak ingin menanyakan karena Aruna pasti menolak untuk mengatakannya. Lift terbuka mereka sampai dilantai enam dan mereka berdua segera menuju ruang rapat tempat akan diadakan pertemuan ini. Aruna dan Kelvin masuk kedalam ruangan dan ternyata Gatra Candrama belum datang. Aruna menghembuskan napasnya dan ia merasa sedikit lega, namun ketika terdengar suara langkah kaki dan terdengar suara Kelvin yang berdiri lalu menjabat tangan Gatra membuat sekujur tubuh Aruna terasa dingin. Senyuman iblis itu terlihat kembali ketika ia mengangkat wajahnya dan melihat seringai dari bibir Gatra yang terlihat menakutkan bagi Aruna. "Perkenalan nama saya Aruna," ucap Aruna berdiri dan ia mengulurkan tangannya. Jantung Aruna berdetak dengan kencang, ia menunggu apa yang akan dilakukan seorang Gatra Candrama padanya. "Gatra Candrama," ucap Gatra tersenyum ramah. Gatra melepaskan jabatan tangannya dan ia duduk dikursi membuat Aruna dan Kelvin juga ikut duduk bersama mereka. "Maaf telah meminta anda datang untuk bertemu dengan saya, saya hanya ingin memastikan jika Pak Kelvin benar-benar memilki seorang adik yang bisa bekerja bersama saya untuk membantu saya menangani perusahaan saya. Saya dengar anda lulusan terbaik di Harvard dan saya ingin anda bekerja dengan saya," ucap Gatra. Kelvin tersenyum karena tawaran ini sangat bagus untuk Aruna. Aruna mengepalkan kedua tangannya dan ia sangat tahu bagaimana sikap malaikat seorang Gatra Candrama. "Saya akan memberikan anda gaji yang sesuai dengan kerja anda nona Aruna, saya juga akan memberikan investasi untuk perusahaan Wiyasa grup jika anda menerima tawaran saya!" ucap Gatra. "Kenapa anda melakukan semua ini?" Lirih Aruan menbuat Gatra tersenyum ramah. "Karena seorang yang berbakat seperti Nona berhak mendapatkannya," ucap Gatra. Aruna benci dengan senyuman ramah itu dan sialnya senyuman itu sangat mirip dengan senyuman kedua putrinya. Senyuman yang membuatnya selalu luluh ketika kedua anaknya mencoba merayunya agar mengikuti keinginan keduanya. Aruna menghela napasnya dan ia ingin sekali berkata tidak. Gatra menatap kearah Kelvin "Pak Kelvin, bisa saya berbicara dengan Nona Aruna sebentar, saya ingin membicarakan tentang keinginan saya yang ingin mengajak adik Pak Kelvin berkerja dengan saya!" Pinta Gatra. "Baiklah, Silahkan berbincang dengan Aruna Pak!" Ucap Kelvin dan ia meninggalkan ruangan ini. Gatra membuka laptopnya dan dengan cepat ia menyusup ke jaringan milik Wiyasa lalu mematikan cctv yang ada di ruang rapat ini. "Apa liburanmu telah usai Runa?" Tanya Gatra, ia menutup laptopnya dan ia menatap Aruna dengan tatapan dinginnya yang menusuk membuat tubuh Aruan bergetar. Ia menahan diri untuk tidak terlihat ketakutan meskipun saat ia benar-benar sangat khawatir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN