Gatra Candrama

1316 Kata
Laki-laki yang ada dihadapannya ini selalu saja bisa membuatnya terintimidasi terlebih lagi dengan sikapnya yang kurang ajar padanya dan membuatnya tersiksa walau hanya dengan tatapannya. Apalagi apa yang dialami Aruna membuat rasa kagum dan dulu ia miliki kepada sosok Gatra menjadi benci. Gatra menghela napasnya karena rasa marahnya membumbung tinggi karena perempuan yang ada dihadapannya ini terlihat ingin menentangnya. "Jika kau ingin menyelamatkan perusahaan keluargamu kau harus berkerja dengan saya Aruna!" Ucap Gatra. "Saya tidak mau bekerja dengan anda Pak Gatra Candrama," ucap Aruna. "Tapi saya mau kamu bekerja dengan saya!" Ucap Gatra. "Anda tidak bisa memaksa saya!" Kesal Aruna. Meskipun ia sangat takut saat ini, namun ia berusaha menutupi rasa takutnya itu dengan ekspresinya yang ingin menentang Gatra. "Apa kamu sudah melupakan apa yang pernah saya perbuat padamu?" Tanya Gatra. "Saya sudah melupakannya," bohong Aruna. Bagaimana mungkin ia melupakan apa yang telah dilakukan Gatra. Semua perbuatan Gatra yang membuatnya merasa takut dan mau tidak mau terikat pada sosok tampan yang terlihat baik namun dibalik sikapnya menyimpan rahasia yang jahat bagi Aruna. "Apa saya harus mengulanginya lagi agar kau mengingatnya?" Tanya Gatra sinis. "Aku tidak takut lagi denganmu!" Ucap Aruna dengan suaranya yang bergetar membuat seulas senyum terpancar di wajah tampan Gatra. "Benarkah?" Tanya Gatra. "Iya tentu saja," ucap Aruna dan tangannya terasa begitu dingin. "Apa kau akan melakukan hal gila dengan mencoba mati dihadapanku lagi?" Tanya Gatra dingin. "Tidak, aku bukan perempuan bodoh yang ingin mati hanya karena laki-laki gila sepertimu," ucap Aruna dengan lantang. Ada alasanya ia ingin bertahan disituasi apapun karena ia memiliki kedua buah hatinya yang harus ia lindungi. "Benarkah? Kau telah sekuat itu untuk menjalani permainan bersamaku?" Tanya Rayhan dengan suara beratnya dan ia menutup berkas yang ada dihadapannya lalu menatap wajah cantik yang ada dihadapannya itu dengan tatapan dingin yang menusuk. "Kenapa kita tidak coba berdamai dan saling melupakan? kenapa kau tidak cukup puas menghancurkanku dan sekarang memintaku menemui dengan memaksa keluargaku, apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Ucap Aruna. Ingin rasanya menangis dan memohon lalu bersujud dihadapan Gatra agar Gatra menjauh dari hidupnya. "Karena saya belum puas dengan layananmu Aruna Wiyasa," ucap Gatra dingin. "Kau gila," teriak Aruna. Ia menahan perasaannya yang membucah karena kecewa dan rasanya ia ingin sekali meneteskan air matanya. Namun jika ia menangis sekarang ia akan terlihat lemah dan tidak memiliki perlawanan hingga Gatra pasti bisa dengan mudah menawannya. "Ya memang saya gila dan kamu tahu bagaimana saya menggila," ucap Gatra menatap Aruna dengan tatapan tajam bak elang yang ingin memangsanya saat ini juga. Aruna menganggap tatapan tajam itu, pasti ingin membunuhnya sekarang juga hanya untuk menenangkan hati si pemilik mata. "Apa aku harus berlutut agar kau tidak memganggukku lagi?" Tanya Aruna dingin. "Berlutut pun kau tidak pantas! Saya tentu saja akan tetap menjadikanmu mainan saya yang berharga hingga saya puas," ucap Gatra. "Kenapa kau melakukan ini padaku?" Tanya Aruna lagi. Ia tidak akan pernah bosan menayakan kenapa Gatra mencoba menyakitinya selama ini. "Apa kau tahu, apa yang saya inginkan harus saya dapatkan, prinsip yang saya miliki tidak akan pernah saya langgar. Jika kau ingin pergi dari saya hanya satu caranya Aruna Wiyasa, yaitu kematian," ucap Gatra. Aruna mengepalkan kedua tangannya dan ia menahan rasa takut dan marah dihatinya. Sebenarnya ia ingin melampiaskan rasa marahnya itu dengan menghajar laki-laki tampan berbahaya bernama Gatra Candrama. "Tidak akan ada perempuan yang tahan denganmu, tidak ada perempuan yang mau hidup bersamamu," ucap Aruna dingin. "Apa kau yakin tidak ada?" Tanya Gatra sinis. Ia bisa saja menikahi perempuan lain, namun tentu saja tidak ia lakukan karena menurutnya tidak ada rasa senang saat mempermainkan perempuan lain seperti ia mempermainkan Aruna. "Menolakku adalah kesalahan besar yang kamu lakukan. Apa kau belum menyesal karena pernah menolakku?" Tanya Gatra dan seringainya yang terihat dibibirnya itu menandakan ia sangat marah dan ingin sekali membuat siapapun yang berusaha untuk melawannya tunduk. "Tidak," ucap Aruna rasa kecewanya dan bencinya membuatnya tidak menyesal menolak seorang Gatra Candrama. Dulu ia sengaja menjaga jarak dari Gatra Candrama walau ia mencintainya karena sosok Citra, yang juga begitu mencintai Gatra. Ia telah gagal menjadi seorang sahabat yang baik hingga tega memendam rasa pada sosok Gatra yang disukai sahabatnya itu. Aruna mencoba melupakan dan menjauh namun seketika laki-laki tiba-tiba datang berada dekat dalam jangkauannya, membuatnya berjuang keras untuk mengabaikan rasa cintanya. Berulang kali Aruna menjauh dan memberikan jarak bahkan tembok tinggi agar perasaanya tidak diketahui Gatra. Ia pikir Gatra adalah laki-laki baik yang pantas saja diperebutkan para perempuan namun ternyata ia salah. Gatra Candrama adalah sosok kejam yang akan melakukan apa saja hingga tujuannya dan keinginannya tercapai. Aruna menghembuskan napas kasarnya, ia takut Gatra akan tahu jika ia telah melahirkan dua anak perempuan kembar yang sangat cantik. Aruna tidak sanggup jika ia akan dipisahkan Gatra karena keegoisan Gatra yang pastinya akan merebut kedua anak perempuannya saat ia tahu anaknya itu adalah darah dagingnya. "Kau harus menerima keinginan saya, mulai besok kau akan bekerja dengan saya menjadi asisten pribadi saya Aruna, sekretaris tak cukup dekat dengan saya dan saya ingin kau berada didekat saya, agar kau mengingat apa yang kau lupakan," ucap Gatra membuat Wajah Aruna kembali memucat. "Tapi kau juga harus sadar diri, saya tidak akan mengulangi kesalahan dimasa remaja karena perempuan bukan hanya kamu yang cantik, jadi hapus pikiranmu yang menganggap aku akan kembali mengurungmu dan memanfaatkan tubuhmu seperti dulu, tapi jika kau melawan saya, kau telah membangkitkan hasrat saya untuk memilikimu lagi dan lagi. Jadi kau harus bersikap sebagai asisten yang penurut dan memang benar-benar hanya bekerja dengan saya agar saya tidak mengulangu kegilaan saya yang telah kamu rasakan," Ucap Gatra. Aruna menelan ludahnya dan ia menggelengkan kepalanya karena ia tak ingin kenangan buruk itu kembali menyiksanya. Gatra berdiri dan ia mendekati Aruna membuat Aruna terkejut dan ia memundurkan langkah kakinya. Gatra dengan cepat menarik tangan Aruna lalu sebelah tangannya mencengkram kedua pipi Aruna. "Jangan melawan perintahku! Sudah cukup saya membiarkanmu terbebas dan jika kebebasan yang saya berikan selama ini kamu salahgunakan, kamu akan saya hancurkan Aruna!" Ucap Gatra. Aruna memilih diam dan ia tak sanggup untuk berkata-kata karena kalimat yang keluar dari bibirnya pasti akan membuat Gatra semakin marah padanya. "Saya sarankan kamu untuk banyak-banyak bersabar menghadapi saya atau semua orang yang berada didekatmu, akan mengalami akibatnya!" Ancam Gatra dan ia melepaskan Cengkraman tangannya lalu segera keluar dari ruangan ini membuat Aruna terduduk dan ia memejamkan matanya lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kelvin masuk kedalam ruang rapat dan ia melihat Aruna terduduk dilantai membuatnya ingin membantu Aruna untuk berdiri, namun Aruna mengangkat tangannya memintanya untuk tidak membantunya. Aruna menghembuskan napasnya mencoba mengurangi rasa sedihnya dan menujukkan wajah datarnya seolah tidak terjadi masalah apapun dan semuanya berjalan dengan lancar. Aruna mengangkat wajahnya dan ia menatap Kelvin yang saat ini terlihat khawatir padanya. "Aku hanya pusing tadi," ucap Aruna dan ia berdiri lalu kembali duduk dikursi. "Kita ke dokter Aruna!" Ucap Kelvin. Aruna menatap wajah kakak sulungnya itu dengan dingin. Andaikan sejak dulu Kelvin terlihat memperhatikannya seperti ini, mungkin ia akan merasa benar-benar memiliki saudara yang peduli padanya, namun pada kenyataannya tidak. Kelvin sepertinya hanya khawatir karena investasi yang dijanjikan Gatra. "Tidak perlu, aku tidak apa-apa!" Ucap Aruna. "Kalau yang kamu khawatirkan tentang investasi itu, aku telah setuju bekerja dengannya dan perusahaan kalian pasti akan segera melewati masa kritis," ucap Aruna. "Apa hanya itu yang diinginkan Pak Garta padamu Aruna?" Tanya Kelvin penasaran. "Menurut Mas apa yang diinginkan seorang Gatra Candrama padaku hingga dia rela mengeluarkan uang yang banyak? Apa dia memang hanya ingin bekerja denganku atau aku akan dijadikan pelacurnya," Ucap Aruna dengan tatapan tajam membuat Kelvin menghembuskan napasnya. Ia tahu ia hanyalah seorang kakak pengecut yang tidak memiliki kekuatan apapun untuk melindungi adiknya. Selama ini ia hanya mencari aman dan memilih tidak ikut campur urusan Maminya apalagi jika itu mengenai Aruna. "Mas tenang saja, selama ini Mas tidak tahu apa yang aku lakukan diluar sana? ini adalah pekerjaan biasa yang dilakukan seorang yang hina sepertiku untuk mendapatkan uang demi bertahan hidup," ucap Aruna dengan sorot mata penuh luka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN