Keputusan Algren

1279 Kata
Algren masih tertegun di kursi yang dia duduki begitu mendengar dirinya yang harus datang ke kediaman keluarga Evander untuk bertemu dengan ayah Drew. Karena mendengar nama keluarga Evander disebut seketika dia kembali teringat pada mendiang sahabatnya yang tewas secara mengenaskan karena tertimpa reruntuhan kastil RKA. Algren merasa sedih karena dia bahkan tak bisa melihat jasad Drew karena jasadnya hancur tak bersisa akibat tertimpa reruntuhan tersebut. “Benar sekali, itu memang jalan terbaik. Kau harus menemui Tuan Dion dan belajar darinya cara untuk mengendalikan Eldron,” ucap sang menteri yang sejak tadi terus menyudutkan Algern dan menyalahkan ketiga pengajar yang dia anggap gagal membimbing siswa-siswanya karena Algren yang tak mampu menunggangi Eldron dengan benar dan tak mampu mengendalikan wyvern itu hingga sekarang padahal sudah enam bulan pemuda itu belajar di RKA. Dia tampak sumringah mendengar ide brilian itu. Dion Evander yang dulu merupakan penunggang Eldron sebelum Algren terpilih sebagai penunggang yang baru adalah jawaban atas semua masalah ini. “Tapi apa Tuan Dion mau mengajariku cara mengendalikan Eldron?” tanya Algren masih tak yakin ayah Drew akan menerimanya sebagai penunggang Eldron yang baru mengingat posisi itu seharusnya ditempati oleh Drew, putranya. “Tentu saja dia akan bersedia mengajarimu, kalian sesama penunggang Eldron. Jangan banyak memikirkan hal yang buruk sebelum mencobanya. Yang harus kau lakukan sekarang adalah menemuinya terlebih dahulu dan meminta dengan sopan agar dia mau mengajarimu cara mengendalikan Eldron. Yang terpenting tanyakan semua hal tentang Eldron yang ingin kau ketahui pada Tuan Dion.” Kali ini Odien yang mencoba menasihati Algren yang kehilangan kepercayaan dirinya. Namun, Algren tak menyahut apa pun, dia masih menundukan kepala. Kepercayaan dirinya masih belum bangkit. “Algren, apa yang kau khawatirkan? Jika kau takut dan tidak percaya diri karena akan mendatangi kediaman keluarga bangsawan sekelas keluarga Evander, jangan khawatir karena kau tidak akan pergi ke sana sendirian.” Algern yang sedang menundukan kepala itu seketika mendongak begitu mendengar suara Edrea yang duduk di sampingnya mengalun, dia pun menoleh pada Edrea yang ternyata sedang menatapnya lekat. “Aku akan menemanimu mendatangi kediaman keluarga Evander. Aku mendukung saran dari Tuan Odien, kau tidak boleh menyerah sebelum mencobanya. Belajarlah banyak hal pada Tuan Dion sampai kau bisa mengendalikan Eldron seperti Tuan Dion bisa mengendalikannya saat masih menjadi penunggang Eldron.” Edrea ikut membantu membujuk Algren. “Tuan Dion merupakan satu-satunya penunggang Eldron yang masih hidup sampai sekarang, karena penunggang Eldron yang lain telah tiada. Jadi hanya dia yang bisa membantumu sekarang.” Kali ini Crowley yang angkat suara. “Ini kesempatanmu untuk mengorek informasi sebanyak mungkin tentang Eldron dari Tuan Dion. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini, Algren. Kau harus belajar sampai kau bisa kompak dengan Eldron.” “Tapi perlu diingat waktu yang kita miliki tidak banyak. Kau harus secepatnya bisa mengendalikan Eldron dan kompak dengannya saat terlibat pertarungan. Karena kita tidak tahu apa yang sedang direncanakan pihak dari kerajaan Centrum. Bisa jadi mereka merencanakan untuk menyerang kita lagi dengan memanfaatkan kekuatan para wyvern yang sekarang berada dalam kendali mereka. Ini akan sangat berbahaya jika mereka sampai menyerang lagi sedangkan kau dan Eldron belum siap melawan mereka. Kita pasti akan kalah telak dan mungkin tidak akan ada yang selamat jika sampai para wyvern menyerang kita lagi seperti kemarin.” Morgan yang menimpali, ikut bergabung dalam diskusi itu. “Selain itu, jangan lupa kita harus menyelamatkan Raja Louis yang diculik oleh mereka. Kita harus bergegas menyelamatkannya, jangan sampai semuanya terlambat karena mereka membunuh Raja Louis tanpa sempat kita bertindak untuk menyelamatkannya.” Sekarang salah satu menteri yang berujar demikian, mengingatkan kembali misi penting yang harus diemban Algren dan Edrea yaitu misi penyelamatan sang raja. “Kurasa dalam waktu satu bulan kau harus sudah menguasai cara menunggangi dan mengendalikan Eldron. Hanya dalam waktu satu bulan kau sudah harus kompak dengan Eldron.” Odien berkomentar. Algren terbelalak mendengarnya, dalam waktu satu bulan harus sudah mampu mengendalikan Eldron dan kompak dengannya? Sungguh Algren tak yakin sanggup melakukannya. Belajar mengendalikan Eldron selama enam bulan saja dia belum mampu, apalagi hanya satu bulan. Entahlah, kepercayaan diri pria itu semakin menciut. “Belajar mengendalikan Eldron hanya satu bulan? Aku tidak yakin sanggup melakukannya.” Algren pun memutuskan untuk mengatakan apa yang sedang dia pikirkan. “Sudah kukatakan jangan berpikir buruk seperti itu. Kau harus yakin bisa melakukannya, ingat kau dan Edrea merupakan tumpuan terakhir kami. Hanya kalian berdua yang bisa menyelamatkan kami semua. Nasib kerajaan Regnum ada di tangan kalian berdua.” Algren dan Edrea pun saling berpandangan, mereka meneguk ludah karena tugas mereka ini begitu sulit dan berat. Nasib semua orang berada dalam genggaman tangan mereka. “Kita coba saja temui Tuan Dion dulu. Aku percaya kau pasti bisa menguasai cara mengendalikan Eldron dalam waktu satu bulan. Karena aku pun tidak membutuhkan waktu yang lama saat belajar mengendalikan Elmara.” Algren mendengus. “Andai saja kepribadian Eldron sama dengan Elmara, aku tidak perlu sepusing ini sekarang. Kau tahu sendiri bagaimana Eldorn, kan? Seperti yang kau katakan tadi, dia itu sangat arogan dan pemarah. Dia tidak mau diatur atau diperintah oleh siapa pun bahkan olehku yang merupakan penunggangnya.” Edrea mengangguk karena dia tahu betul memang itu kendala yang dihadapi Algren. Eldron yang begitu arogan dan pemarah. Bahkan dalam hatinya Edrea tak memungkiri jika dirinya berada di posisi Algren, dia pun tak yakin bisa menguasai Eldron hanya dalam waktu satu bulan. Namun, Edrea tak mengatakan itu karena yang harus dia lakukan sekarang adalah membantu semua orang membujuk Algren agar mau berusaha dan tidak pantang menyerah sebelum mencoba. “Kau coba saja dulu. Lagi pula aku yakin kau juga ingin menyelamatkan semua orang, bukan? Kau pasti ingin mengembalikan para wyvern seperti semula dan membalas orang-orang dari kerajaan Centrum yang sudah membunuh sahabatmu, Drew.” Algren menundukan kepala, yang dikatakan Edrea ini memang benar. Rasa marah dalam benaknya berubah menjadi dendam pada pihak kerajaan Centrum yang sudah menyebabkan mala petaka ini terjadi di kerajaan Regnum. Dan lagi kematian Drew yang mengenaskan menjadi alasan utamanya diliputi amarah dan dendam saat ini. “Kau tidak sendirian, Algren. Kita sama-sama akan berusaha untuk menyelamatkan raja dan melawan orang-orang dari kerajaan Centrum. Jika sendirian mungkin rasanya sulit melawan mereka apalagi para wyvern berada di pihak mereka sekarang, tapi jika kita berjuang bersama, aku yakin tidak ada yang mustahil. Mari berjuang bersamaku demi mengembalikan kedamaian di kerajaan Regnum.” Hati Algren tampaknya tersentuh karena Edrea yang biasa selalu menghina dan mengejeknya, kini justru menawarkan kerja sama. Keraguan di hati Algren pun seketika menguap pergi, dia menyadari kebenaran dari perkataan rekan satu kelompoknya itu. Algren lantas menganggukan kepala. “Baiklah, Edrea. Mari berjuang bersama.” Edrea tersenyum, lega bukan main karena ucapannya berhasil membujuk Algren. Sedangkan tatapan Algren kini tertuju pada orang-orang yang berada di ruangan itu. “Baiklah, seperti yang kalian katakan tadi, aku akan menemui Tuan Dion dan memintanya untuk mengajariku cara mengendalikan Eldron.” “Bagus. Ini baru muridku,” ucap Morgan seraya mengangkat ibu jari tangannya. “Tapi ingat kau hanya memiliki waktu satu bulan saja untuk belajar cara mengendalikan Eldron pada Tuan Dion. Kalian harus segera melakukan p*********n pada kerajaan Centrum sebelum mereka kembali menyerang kita. Manfaatkan situasi mereka yang sedang diam dan belum bertindak apa pun.” Odien mengingatkan.. “Baik, Tuan. Aku mengerti. Ya, aku akan berusaha semampuku untuk menguasai cara mengendalikan Eldron hanya dalam waktu satu bulan.” Semua orang pun dengan serempak mengambuskan napas lega begitu mendengar ucapan Algren dan melihat kepercayaan diri pria itu mulai bangkit. “Kalau begitu persiapkan diri kalian, kalian harus berangkat sekarang juga menuju kediaman keluarga Evander.” Kali ini Crowley yang mengingatkan. Algren dan Edrea kembali saling berpandangan sebelum keduanya mengangguk dengan serempak. “Ya, kami siap berangkat menuju kediaman keluarga Evander,” sahut Algren, sudah siap menghadapi rintangan apa pun yang akan menimpanya mulai detik ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN