Keberangkatan

1379 Kata
Semua orang yang bersembunyi di ruang bawah tanah istana kini berhamburan keluar. Bukan tanpa alasan mereka yang sempat ketakutan sehingga memilih menyembunyikan diri dari dunia luar itu akhirnya menampakkan batang hidung ke dunia luar melainkan karena mereka ingin menyaksikan tumpuan dan harapan terakhir mereka yang akan berangkat untuk menjalankan tugas dan misi penting. Algren dan Edrea tengah bersiap-siap untuk memanggil wyvern mereka yang entah pergi ke mana setelah mengantar mereka ke kastil karena sosok mereka tak terlihat di mana pun. Namun, baik Algren maupun Edrea tak merasa kebingungan karena mereka memiliki alat untuk memanggil wyvern masing-masing. Alat menyerupai terompet kecil yang bernama tubae. "Algren." Algren yang sedang bersiap-siap memeriksa pedang miliknya, dan hendak mengeluarkan tubae dari saku celananya untuk memanggil Eldron, seketika menoleh begitu mendengar namanya disebut. Ternyata itu salah satu gurunya, Odien, yang baru saja memanggil dirinya. Tanpa ragu Algren pun menghampiri. "Ya, Tuan." "Aku ingin memberikan ini padamu. King sword ini sekarang milikmu, kau harus membawanya ke mana pun kau pergi." Pedang legendaris milik Raja Regan yang merupakan pendiri kerajaan Regnum kini diulurkan pada Algren yang menjadi pemilik baru pedang tersebut karena dialah penunggang Eldron yang baru. Pedang yang menjadi saksi bisu kemenangan yang selalu diraih oleh kerajaan Regnum setiap kali berperang dengan kerajaan Centrum. Juga pedang yang katanya diisi dengan sihir dan digunakan para penunggang Eldron untuk bertarung bersama. Dengan pedang itu Eldron dan penunggangnya bertarung dengan kompak dan bisa memenangkan setiap pertarungan yang mereka lalui. Algren meneguk ludah saat menyadari pedang legendaris itu kini menjadi miliknya. Ini sesuatu yang sulit dipercaya bahkan tak pernah sekalipun terlintas di benak Algren nasibnya akan jadi seperti ini. Dia yang biasa hidup bermalas-malasan di rumah, lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku bergambar alih-alih membantu orang tuanya bertani, tapi sekarang dia justru menjadi seorang kesatria yang diharapkan menjadi pahlawan yang bisa menyelamatkan semua orang dan mengembalikan kedamaian di kerajaan Regnum. Tentu saja misi utamanya sekarang adalah menyelamatkan raja yang diculik serta mengembalikan para wyvern agar bisa kembali pulih seperti sediakala, lepas dari kendali para coven milik kerajaan Centrum. "Ayo ambil pedang Ini, Algren," ucap Odien karena Algren yang tak kunjung mengambil pedang itu dan hanya menatapnya seolah ragu untuk mengambilnya. Sekali lagi Algren meneguk ludah sebelum akhirnya kedua tangannya yang bergetar terulur ke depan untuk menerima pedang tersebut. Setelah pedang berada di tangannya, sungguh Algren merasakan perasaan yang aneh. Dia juga seperti halnya saat di ruang bawah tanah tadi, tiba-tiba merasakan seolah ada kekuatan yang mengalir dari pedang itu ke dalam dirinya. Ini memang aneh, tapi itulah yang dirasakan Algren sekarang. "Berjuanglah, Algren. Kami percaya kau pasti bisa menjalankan misi dan tugas ini dengan baik. Kau merupakan orang yang dipilih langsung oleh Eldron untuk menjadi penunggangnya karena itu kami percaya kau istimewa. Kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain karena itu kau dipilih oleh Eldron. Eldron tidak akan memilih sembarangan orang untuk menjadi penunggangnya. Aku sangat setuju dengan perkataan Edrea tadi." Algren tersenyum mendengar ucapan Odien tersebut. Dipercaya seperti itu oleh banyak orang membuatnya sangat senang karena ini pertama kalinya ada banyak orang yang mempercayai dirinya, Algren juga merasa tengah menanggung beban yang sangat berat di pundaknya. Apalagi jika dia mengingat nasib semua orang di kerajaan Regnum berada dalam genggaman tangannya. Memikirkan hal itu membuat tubuh Algren gemetaran dan lututnya terasa lemas. Namun, dia sadar harus kuat dan tidak boleh mengecewakan orang-orang yang sudah percaya dan menaruh harapan besar padanya bisa menjalankan tugas dan misi ini dengan baik. "Terima kasih Tuan. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan tugas dan misi ini." Odien mengangguk. Dia menepuk bahu Algren berulang kali. "Doa dan dukungan kami selalu menyertai kalian berdua. Algren dan Edrea, semoga kalian selamat dan berhasil." "Terima kasih Tuan." Algren refleks menoleh ke belakang begitu mendengar suara Edrea mengalun. Dia tak sadar gadis itu sudah berdiri di belakangnya, tampak sudah siap untuk meniup tubae di tangannya. "Ayo kita panggil Elmara dan Eldron sekarang," ajak Edrea. Algren mengangguk setuju, dan di saat mereka berdua hendak meniup tubae untuk memanggil wyvern masing-masing. "Tunggu sebentar!" Sebuah teriakan terdengar membuat mereka berdua urung meniup tubae tersebut. Rupanya semua orang tengah berlari menghampiri mereka berdua, rekan-rekan mereka di academy yang saat ini tengah berbaris dan menatap Algren serta Edrea penuh harap. Andi maju ke depan, tampaknya dia akan mewakili rekan-rekannya untuk mengutarakan sesuatu pada Algren dan Edrea sebelum mereka berangkat. "Algren, Edrea, sebelumnya kami ingin meminta maaf pada kalian karena selama ini kami selalu merendahkan, mengejek dan menghina kalian hanya karena kalian berbeda. Perbuatan kami sangat kejam pada kalian di masa lalu. Tolong maafkan kami." Algren dan Edrea saling berpandangan melihat semua rekan mereka yang selamat itu kini sedang membungkuk memohon ampun pada mereka. Walau itu wajar mereka lakukan mengingat dulu mereka begitu jahat. Memperlakukan Algren dan Edrea sangat buruk karena menganggap mereka berdua tak layak menjadi penunggang wyvern. Namun, lihat kenyataannya sekarang justru nasib mereka semua berada di tangan dua orang yang selalu mereka jahati itu. "Tolong maafkan sikap kami dulu pada kalian, Algren, Edrea." Dengan serempak mereka berkata demikian. Terlihat mereka tulus memohon maaf. Edrea berdecak. "Sudahlah, kalian. Tidak perlu seperti ini. Kita lupakan saja kejadian tidak menyenangkan di masa lalu dan kita mulai semuanya dari awal lagi. Lagi pula sekarang bukan saatnya membahas kejadian di masa lalu. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana nasib kita di masa depan." Mendengar ucapan Edrea, semua orang menundukkan kepala, mungkin menyadari kebenaran ucapan gadis itu. "Aku setuju dengan Edrea. Kejadian di masa lalu tidak perlu dibahas lagi. Tapi jika kalian baru merasa tenang setelah mendengar kata maaf dari kami maka baiklah, kalian tidak perlu khawatir karena kami sudah memaafkan kalian. Benar, kan, Edrea?" Edrea mengangguk tanpa ragu. "Ya, kau benar," sahutnya disertai senyum mendengar penuturan Algren tersebut. Semua orang pun akhirnya mengangkat kepala dan senyuman terulas di bibir mereka. "Terima kasih Edrea, Algren, dukungan dan doa kami semua selalu bersama kalian. Semoga kalian selamat dan berhasil menjalankan misi dan tugas ini dengan baik." Algren dan Edrea mengangguk. "Terima kasih," sahut mereka bersamaan. "Edrea, Algren, ini perlengkapan yang harus kalian bawa untuk memenuhi kebutuhan kalian selama perjalanan." Yang kini datang menghampiri adalah Morgan dan Crowley. Kedua pengajar RKA itu membawa dua keranjang terbuat dari kain hitam. Setelah Algren dan Edrea menerimanya, mereka memeriksa isi di dalam keranjang itu dan ternyata berisi pakaian dan makanan untuk bekal mereka di perjalanan. Ada juga uang yang sudah disiapkan untuk kedua orang itu jika diperjalanan nanti membutuhkannya. "Terima kasih Tuan Crowley, Tuan Morgan." Lagi-lagi Edrea dan Algren berucap dengan serempak. "Sekarang berangkatlah. Kami akan selalu mendoakan dan mendukung kalian dari sini." Setelah mendengar perintah itu mengalun dari mulut Morgan, Edrea dan Algren pun mulai meniup tubae masing-masing. Suara khas untuk memanggil para wyvern itu kini tengah mengalun kencang di udara. Semua orang tampak menantikan kedatangan dua wyvern yang dipanggil oleh Edrea dan Algren. Sedangkan Algren tampak cemas bukan main, jantungnya berdetak sangat cepat karena takut panggilannya tak direspons oleh Eldron. "Itu mereka datang!" Begitu teriakan itu terdengar, spontan Algren menatap arah yang dimaksud dan detik itu juga dia mengembuskan napas lega disertai senyum lebar karena melihat Elmara dan Eldron sedang terbang menghampiri mereka. Hingga kedua wyvern itu pun akhirnya mendarat di tanah. Edrea dengan mudah menaiki dan duduk di punggung Elmara karena dia memang sudah terbiasa melakukannya. Berbeda dengan Algren yang tampak ragu untuk naik ke punggung Eldron karena dia sering mengalami kejadian memalukan sehingga tampak pria malang itu sedikit trauma untuk menunggangi wyvern-nya sendiri. "Eldron, lihat ini." Algren mengangkat King Sword di tangannya. "Kita harus berjuang bersama untuk melawan musuh dari kerajaan Centrum. Mulai sekarang aku akan bertarung menggunakan pedang ini karena itu mohon kerja samanya darimu seperti dulu kau selalu bekejrja sama dengan penunggangmu yang lain." Eldron tak merespons apa pun, tapi sang pemimpin wyvern itu kini membungkuk seolah mengizinkan Algren untuk naik ke punggungnya, bagi Algren itu pertanda bahwa Eldron menerima ajakannya untuk bekerja sama menjadi sebuah tim. Algren pun naik ke punggung Eldron tanpa ragu dan untuk pertama kalinya pria itu tak perlu bersusah payah menunggangi wyvern-nya. Setelah melambaikan tangan sebagai salam perpisahan pada semua orang yang mengantar kepergian mereka, Edrea dan Algren pun memberi isyarat pada wyvern masing-masing untuk terbang tinggi di udara. Dan Setelah itu mereka pun terbang dengan kecepatan tinggi, siap untuk mendatangi kediaman keluarga Evander sebelum menjalankan misi dan tugas mereka yang sebenarnya yaitu pergi ke wilayah kekuasaan Kerajaan Centrum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN