Edrea Yang Aneh

1263 Kata
Algren pikir apa yang akan diminta Edrea sehingga gadis itu sampai memasang ekspresi serius saat bertanya bolehkah dirinya mengajukan permintaan. Ternyata hal diminta olehnya sama persis seperti yang diminta Algren yaitu ingin mengunjungi kampung halamannya sejenak untuk memastikan kondisi keluarganya. Tentu saja Algren langsung menyetujuinya. Perjalanan mereka tak memakan waktu lama mengingat mereka menunggangi wyvern yang terbang sangat cepat. Kini mereka telah tiba di tanah kelahiran Edrea. Berbeda dengan kampung halaman Algren yang merupakan sebuah pedesaan dan hancur porak poranda karena disembur api oleh para wyvern sehingga semuanya hancur dan hangus terbakar, pemukiman tempat Edrea tinggal merupakan kawasan elit yang sangat modern. Rumah-rumah di sana mewah bak istana karena semua yang tinggal di kawasan itu merupakan keluarga bangsawan. Yang paling membuat Algren takjub karena di kawasan itu semua tampak baik-baik saja, tak ada satu pun rumah yang hancur atau terbakar karena semua rumah mewah masih berdiri kokoh seperti semula. "Aku pikir kondisi di sini juga akan sama seperti di pemukiman tempat tinggalmu," ucap Edrea. "Ternyata di sini baik-baik saja. Mungkin karena para wyvern tidak terbang melintasi kawasan ini. Jika dipikir-pikir ini wajar karena jika ingin pergi ke wilayah kekuasaan Kerajaan Centrum, kawasan ini bukan jalur yang harus dilalui. Dengan ini bisa disimpulkan bahwa para wyvern hanya menghancurkan tempat-tempat yang mereka lewati saat akan pergi menuju wilayah kekuasaan Kerajaan Centrum dan sialnya pemukiman rumahku menjadi salah satu tempat yang dilewati para wyvern itu." Algren mengutarakan argumennya karena tampaknya memang seperti itu yang terjadi jika dilihat dari kawasan perumahan elit para bangsawan ini terlihat baik-baik saja. Tak ada tanda-tanda telah diserang oleh para wyvern. "Syukurlah Edrea. Aku ikut senang untukmu. Dengan begini artinya keluargamu baik-baik saja," ucap Algren tulus berkata demikian. Namun, ada hal aneh yang disadari Algren, Edrea tak terlihat senang atau lega melihat kondisi kawasan tempat tinggalnya baik-baik saja. Justru sebaliknya wajah gadis itu tampak murung dan tak bersemangat, membuat Algren terheran-heran. "Kenapa Edrea? Kau terlihat tidak senang padahal seharusnya kau senang karena di sini baik-baik saja artinya keluargamu juga selamat," tanya Algren, tak kuasa menahan keinginan untuk mengungkapkan rasa heran yang dia rasakan. "Aku hanya sedang bertanya-tanya kenapa harus pemukiman rakyat kecil yang dihancurkan para wyvern, padahal hidup kalian saja sudah susah selama ini, kan? Demi bisa makan saja kalian harus bekerja susah payah. Namun, nasib kalian justru tragis begitu, semuanya hancur karena ulah para wyvern. Tapi lihat kawasan elit para bangsawan ini, mereka tampak baik-baik saja. Padahal yang seharusnya dihancurkan oleh para wyvern itu tempat ini. Bukan pemukiman tempat tinggalmu." Algren terbelalak sempurna mendengar penuturan Edrea tersebut. "Kau ini bicara apa? Justru bagus di sini baik-baik saja, kenapa kau malah berharap di sini juga dihancurkan oleh para wyvern?" "Karena aku muak pada orang-orang yang tinggal di kawasan elit ini. Mereka sangat sombong dan arogan, selalu hidup mewah dan berfoya-foya tanpa tahu di tempat lain ada banyak orang yang hidup kesusahan. Mereka bekerja banting tulang demi mencari nafkah untuk hidup. Tapi orang-orang di sini justru boros karena merasa uang mereka banyak. Mereka juga selalu merendahkan rakyat-rakyat kecil." "Ya, makanya itu kau juga sombong dan arogan. Selalu merendahkan aku juga yang seorang rakyat kecil." Edrea mendengus, dia sudah membuka mulut hendak menyahut dan membantah penilaian Algren tentang dirinya, tapi … "Huh, kau benar. Aku semenyebalkan itu, ya?" Edrea mengurungkan niat dan memilih mengakui kebenaran dari perkataan pria itu. Hidup di kawasan elit para bangsawan membuat Edrea tertular sifat arogan dan sombong mereka. Serta selalu menganggap rendah rakyat kecil. Sekarang setelah melihat kondisi pemukiman rumah Algren dan penderitaan para rakyat kecil yang sampai mengungsi di sebuah gua, Edrea menyadari kesalahannya. Pola pikir Edrea juga jadi berubah setelah dia mendengar pengakuan Algren tadi, di mana pria itu dan orang tuanya selalu hidup susah dan serba kekurangan, sangat bertolak belakang dengan keluarganya yang selalu hidup mewah dan bergelimang harta. "Tapi itu dulu, sekarang kau sudah banyak berubah, Edrea. Walau aku tak tahu kenapa kau bisa berubah drastis seperti sekarang." Algren melanjutkan ucapannya yang ternyata belum selesai. Edrea kembali mendengus. "Setelah melihat dunia ini lebih luas, aku jadi sadar sikapku dan para bangsawan yang tinggal di kawasan elit ini sudah keterlaluan. Seharusnya kami tidak bersikap sombong dan arogan seperti itu. Harusnya kami bisa menghargai kalian karena dibandingkan kami para bangsawan, setelah mendengar ceritamu tadi, aku sadar kalian rakyat kecil sangat luar biasa karena pekerja keras." Algren mengembuskan napas lelah, tatapannya memicing tajam pada kawasan elit para bangsawan yang berdiri tegak, tanpa ada satu pun kerusakan di sana. Semua tampak baik-baik saja, berbanding terbalik dengan kampung halamannya yang hancur porak poranda dan sangat menyedihkan saat dilihat. "Setelah melihat kondisi kawasan elit ini jujur di hatiku sempat ada rasa iri tadi, aku juga merasa yang terjadi ini sangat tidak adil. Kenapa rakyat kecil sepertiku harus mengalami semua penderitaan ini, sampai aku harus kehilangan orang tuaku. Padahal selama ini hidup kami sebagai rakyat kecil penuh dengan penderitaan, tapi kenapa kami harus mengalami malapetaka seperti ini sekarang. Sedangkan di sini… " Algren menjeda ucapannya sejenak, dia mengepalkan kedua tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih. "... semua baik-baik saja padahal para bangsawan yang menetap di sini sudah terbiasa hidup dengan penuh kemewahan. Huh, ini tidak adil karena mereka tak perlu merasakan penderitaan seperti yang sedang dirasakan para rakyat kecil di pemukiman tempat tinggalku, kan?" Edrea tak mengatakan apa pun karena dia juga sepemikiran dengan Algren merasa yang terjadi ini sungguh tidak adil. "Tapi itu hanya pemikiran selintas saja, karena setelah aku pikir-pikir justru bagus kawasan ini baik-baik saja artinya masih banyak orang yang selamat dari tragedi p*********n para wyvern ini, termasuk keluargamu yang selamat. Aku tulus ikut senang untukmu, Edrea." Edrea lagi-lagi tak menanggapi, dia justru memasang wajah sendu alih- alih ikut merasakan senang dan lega seperti yang dirasakan Algren. Lalu tiba-tiba Edrea mengelus leher Elmara seolah dia sedang memberi isyarat pada wyvern-nya untuk pergi dari sana. "Algren, ayo kita lanjutkan perjalanan." Seketika Algren terbelalak. "Kenapa kita tidak turun dulu ke bawah? Kau bilang ingin memastikan kondisi keluargamu makanya kita datang ke sini?" Edrea menggelengkan kepala. "Tidak perlu lagi karena hanya dengan melihat kawasan elit ini baik-baik saja, aku yakin keluargaku juga baik-baik saja." "Jangan begitu, kau harus memastikannya dulu dengan melihat keluargamu secara langsung." "Itu tidak perlu. Kita lanjutkan saja perjalanan ini karena waktu kita tidak banyak, bukan? Jadi jangan membuang-buang waktu dengan hal yang tidak penting." "Apanya yang tidak penting? Mengunjungi orang tuamu tentu saja sangat penting, kita harus memastikan kondisi mereka secara langsung." Edrea menggelengkan kepala dengan tegas. "Itu tidak perlu. Ayo kita berangkat saja." "Jangan begitu, Edrea. Kita sudah jauh-jauh datang ke sini, masa kita pergi lagi begitu saja tanpa menemui orang tuamu dulu? Ayo kita turun sebentar. Lagi pula menemui keluargamu tidak akan memakan waktu yang banyak. Kita pastikan saja dulu secara langsung bahwa keluargamu memang baik-baik saja, toh kita sudah terlanjur datang ke sini." Edrea hanya diam membisu dengan kepala tertunduk dalam, masih terlihat enggan untuk menemui keluarganya sendiri. "Edrea, ayo kita turun dan temui keluargamu sebentar." Edrea pun mengembuskan napas pasrah karena lelah berdebat dengan Algren. "Ya, baiklah. Ayo kita turun dulu." "Ya, memang seharusnya begitu. Lagi pula memangnya kau tidak merindukan keluargamu? Enam bulan selama di RKA tidak sekali pun kau bisa menemui mereka, kan? Aku yakin kau pasti merindukan mereka, bukan?" Namun, Edrea tak menjawab, gadis itu dan Elmara justru menukik turun dengan cepat ke bawah untuk mendarat di kawasan elit para bangsawan tersebut. Algren mendengus. "Huh, kenapa sikapnya aneh begitu? Lagi pula kenapa dia seperti tidak ingin menemui keluarganya sendiri? Aneh sekali." Algren dan Eldron lantas ikut menukik turun dan sebentar lagi Algren akan mengetahui alasan Edrea tampak tak ingin menemui keluarganya sendiri. Entah ada masalah apa antara Edrea dan keluarganya sendiri?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN