Adelle melempar undangan pernikahannya dimeja, dihadapan semua sahabatnya.
Saat ini Adelle dan sahabatnya sedang berada di cafe depan kampusnya.
Tiara Early, Dara Anggita, Rama Agustian, Erick Abimana adalah sahabat Adelle dari SMA. Mereka memang masuk ke kampus yang sama namun beda fakultas kecuali Tiara, dia mengambil fakultas yang sama dengannya.
"Apaan nih?" tanya Dara menaruh sendoknya lalu membuka plastik undangan tersebut. Dara mengerutkan keningnya. "Undangan pernikahan."
Dara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedetik kemudian matanya matanya membulat. "ADELLE MENDELEVIA RUBY?! Ini nama lo kan? Lo mau nikah?" ucap Dara histeris.
Tiara, Rama dan Erick langsung tersedak minuman dan dengan bubu-buru membuka undangan tersebut memastikan ucapan Dara.
Adrian Aldiano Fernandez
Dengan
Adelle Mendelevia Ruby
"What?! Empat hari lagi?!" ucap Tiara histeris.
"Calon laki lo ganteng banget Delle." ucap Erick melihat foto prewedding Adelle dan Adrian. Erick memang anaknya sedikit melambai.
Adelle memang telah melakukan sesi prewedding sehari setelah diumumkannya tanggal pernikahan mereka.
Rama yang melihat siapa nama yang tertulis di undangan pernikahan itu membuat hatinya amat sakit. Rama memang sejak dulu menyukai Adelle. Bukan, bahkan mencintai. Namun ia tidak bisa mengungkapkan perasaanya secara langsung karena selama ini Adelle hanya menganggapnya sebagai sahabat dan seorang kakak, tidak lebih. Terkadang Rama ingin menyangkal tentang kenyataan itu. Ingin memberontak. Mengapa harus ditakdirkan sebagai seorang sahabat? Ia tersenyum miris.
"Lo gak pernah bilang ke kita kalo lo punya pacar dan sekarang udah mau nikah aja." ucap Tiara.
"Gue dijodohin Ra."
"What? Dijodohin? Kok lo mau mau aja sih, Delle." ucap Tiara.
"Lo tau sendiri bokap gue kaya gimana. Dan ini udah finally banget, jadi gue gak bisa ngapa-ngapain." ucap Adelle sembari menyeruput jusnya. “Bahkan bokap gue baru ngasih tau ini kemarin.”
Adelle menyelipkan rambutnya kebelakang telinga lalu ia menghela nafasnya pelan. “Sorry baru ngasih tau kalian sekarang. Gue malu.” Ujarnya sambil menunduk.
Tiara tersenyum kecil. “Lo gak perlu malu sama kita. Kita kan sahabat.” Ujar Tiara sambil merangkul bahu Adelle.
Adelle mendongak. “Kalian gak bakal ngejauhin gue kan setelah ini?”
Erick dan Dara tetawa pelan. “Kenapa kita harus jauhin lo? Gak ada alasan buat kita ngejauhin lo.” Ujar Erick yang mendapat anggukan dari Tiara dan Dara.
Rama? Cowok itu hanya diam, hatinya seperti ada yang menyayat oleh sesuatu yang tajam. Ia hanya bisa tersenyum miris. Rama akui dirinya pengecut yang tidak berani mengatakan kepada Adelle yang sesungguhnya tentang perasaannya.
Drrrrtttttt.
Ponsel Adelle bergetar. Sebuah pesan masuk dari Adrian.
Adrian Aldiano :
Gue udah didepan kampus lo. Cepetan.
Adelle mengunci kembali ponselnya. Pesan tadi hanya ia baca tanpa ia balas.
"Gue duluan. Adrian udah nunggu gue buat fitting baju." ucap Adelle.
"Yaudah hati-hati ya." ucap Dara.
Adelle mengangguk lantas keluar dari cafe dan langsung menghampiri mobil Adrian yang terparkir tidak jauh darinya.
Suasana didalam mobil hening, tidak ada yang membuka suara diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing hingga mobil yang dikendarai Adrian berhenti didepan butik salah satu Designer ternama langganan Anya, pemilik butik sendiri sebenarnya adalah teman kuliah Anya dulu. Adrian dan Adelle masuk dan langsung disambut oleh sang pemilik butik.
"Akhirnya kamu datang juga Yan, kirain gak jadi hari ini." ucap Elma sang pemilik butik.
"Maaf tan tadi ada urusan sebentar." Sahut Adrian merasa tidak enak.
Elma tersenyum. "Ya sudah gak papa." kemudian menoleh ke arah Adelle yang berada di disamping Adrian. "Ini calon istri kamu yah? Wah cantik sekali, lebih cantik daripada yang di foto." Pujinya.
Adelle tersenyum lalu mengangguk. "Adelle, Tante."
“Saya Elma, pemilik butik ini.” Ujarnya. "Ya sudah, Adelle mari ikut Tante kita cobain gaunnya." Ucap Elma sambil menarik tangan Adelle.
Adrian duduk disofa yang disediakan. Sambil menunggu Adelle, ia memainkan ponsel.
Adelle mematut dirinya dicermin. Saat ini ia tengah mengenakan gaun pilihan Anya. Gaun yang akan di pakainya saat ijab qobul nanti. Tidak ada resepsi setelah ijab qobul mengingat Adrian yang masih sekolah. Dan rencananya, resepsi akan di adakan saat Adrian di angkat sebagai CEO Muda di perusahaan Papanya atau pada saat Adrian telah lulus SMA nanti. Tapi itu semua terserah Adrian dan Adelle yang menginginkan kapan acara resepsinya akan di laksanakan.
Gaun berwarna putih tulang tanpa lengan, selembar kain tipis yang membungkus sebagian lengannya bagian atas, gaun yang panjang menjuntai kebawah, dengan bagian bawah yang mengembang dan berekor. Menampilkan bahunya yang mulus dan lehernya yang jenjang.
Adelle tidak menyangka jika ia akan memakai gaun rancangan orang lain dihari pernikahannya. Padahal ia dulu sudah bermimpi bahwa suatu saat jika ia menikah, ia akan memakai baju rancangannya sendiri. Tapi sekarang apa? Mimpinya hancur sudah hanya dalam satu malam gara-gara perjodohan ini.
"Ini gak terlalu mewah Tante ?" tanya Adelle.
"Enggak lah Sayang, kamu cantik kok pakai ini. Yuk keluar, kasih liat sama Adrian." ucap Elma.
Adelle mengangguk.
Adrian mendongak saat suara pintu walk in closet terbuka. Disana telihat seorang wanita yang berstatus calon isterinya keluar dengan gaun yang menurutnya mewah itu.
Adrian berdiri dan masih menatap Adelle tanpa berkedip. Sungguh, Adelle sangat terlihat cantik dengan gaun pengantin ini walau tanpa make-up.
Jantung Adelle berdetak cepat saat melihat Adrian yang berjalan ke arahnya membuat Adelle menunduk takut menatap Adrian yang melihatnya tanpa berkedip itu.
Adrian menyentuh bahu mulus Adelle, dan mengangkat dagu Adelle dengan telunjuknya. Mereka saling bertatapan cukup lama.
Elma yang berada disamping Adelle lantas berjalan meninggalkan mereka menuju meja kerjanya yang terletak tidak jauh dari tempat berdirinya calon pasutri itu.
Adelle menatap Adrian yang berjarak sangat dekat sekali dengannya. Mereka dapat merasakan hembusan nafas mereka masing masing.
Pipi Adelle bersemu merah saat melihat Adrian sedikit memiringkan kepalanya dengan gerakan lambat seperti slow motion.
Setitik cahaya mengembalikan kesadaran Adrian. Membuatnya langsung menjauhkan kepalanya dari Adelle.
"Tante Elma, saya ambil yang ini saja." ucap Adrian.
Sebenarnya barusan ia hanya beralibi saja. Menutupi kegugupannya barusan. Adelle yang sangat cantik dengan mengenakan gaun pengantin membuatnya kehilangan akal sehat. Hampir saja!
Adrian merutuki kebodohannya yang hampir saja mencium Adelle. Ini benar-benar di luar kendalinya. s**t!. Makinya dalam hati.
Adelle kembali masuk kedalam walk in closet untuk mengganti bajunya kembali sekaligus menyembunyikan wajahnya yang merona. Beberapa saat kemudian, Adelle keluar dengan baju yang sebelumnya ia pakai bersama Elma.
"Terimakasih ya Tante." ucap Adelle sampil cipika-cipiki bersama Elma.
"Iya sayang. Sampai ketemu nanti di hari H ya."
Adelle tersenyum lalu mengangguk.
"Kita pamit dulu tan." ucap Adrian. Elma menangguk.
Adrian dan Adelle langsung keluar dari butik. Adrian mengantarkan Adelle ke rumahnya terlebih dahulu.
Suasana didalam mobil hening lagi, hanya suara lembut mesin mobil yang dubawah kendali Adrian yang mengisi keheningan diantara mereka. Hingga Adrian mengentikan mobilnya didepan rumah Adelle.
“Lo mau mampir dulu?” tanya Adelle.adrian menggeleng kecil. “Gak usah, gue balik aja. Salam sama Om dan Tante.”
Adelle mengangguk. “Thanks.” Ucapnya lalu ia keluar dari mobil Adrian.
****
Setelah kejadian dimana Adrian hampir saja menciumnya di butik, mereka tidak bertemu sampai sekarang. Orang tua mereka tidak mengizinkan mereka bertemu. Bahkan keluar rumah saja tidak boleh.
Adelle bahkan tidak kuliah selama dua hari ini. Begitupun dengan Adrian, dia juga tidak sekolah.
Yang bisa dilakukan oleh Adelle hanya membaca n****+, menonton tv, menonton drama korea atau film kesukaannya. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain itu. Bahkan untuk sekedar pergi ke cafe di depan komplek rumahnya saja, Mamanya melarangnya.
Katanya mereka sedang di pingit. Keluarganya memang selalu melaksanakan tradisi pingit jika ada yang menikah.
Dan besok adalah hari pernikahan mereka.
Hari dimana semua akan berubah. Dimana ia akan resmi menjadi isteri troublemaker seorang Adrian Aldiano Fernandez dan akan menyandang gelar sebagai Ny. Fernandez.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Adelle.
Pintu terbuka dan langsung menampilkan keempat sahabatnya itu.
"ADELLEEEEE?!" ucap Dara dan Erick.
Mereka semua langsung duduk dikasur Adelle kecuali Rama, ia duduk di sofa panjang disamping kasur.
"Ciee yang besok bakalan nikah cieee." goda Dara.
"Berisik lo." ucap Adelle ketus.
Dara, Tiara dan Erick langsung tertawa membuat Adelle memutar bola matanya jengah.
"Kaya yang gak seneng gitu mau nikah, Delle ?" ucap Rama.
Adelle menghela nafasnya. "Gimana gue mau seneng, orang nikahnya juga dijodohin kaya gini."
"Coba kalo lo nikahnya sama gue, Delle" gumam Rama pelan.
"Hah? Lo ngomong apa Ram?" ucap Adelle.
Rama mengerjapkan matanya. "Ah.. Enggak kok." ucapnya tersenyum.
Rama menghembuskan nafasnya lega. Untung saja sahabat-sahabatnya ini tidak mendengarnya.
Erick melirik ke arah Rama. Ia jelas mendengar apa yang baru saja di ucapkan Rama. Erick memang mempunyai firasat jika Rama menyukai Adelle dan memang benar saja, ucapan Rama barusan cukup mendeskripsikan bahwa Rama memang menyukai Adelle dan dia sedikit tidak bisa menerima kenyataan jika Adelle akan menikah dalam waktu dekat ini.
"Kita-kita nginep disini ya." ucap Tiara.
"Iya biar besok kita langsung udah stay disini." ucap Dara.
"Yaudah oke kalian boleh nginep disini. Dan buat Rama sama Erick, kalian tidur di kamar bawah ya." ucap Adelle.
"Siap deh sista." ucap Erick dengan gaya khasnya.
Adelle kembali diam, memikirkan nasibnhya besok. Ia masih belum siap untuk ini. Adelle tidak menyangka bahwa dirinya akan mengalami kejadian seperti ini. Kejadian yang sering ia baca pada nove-n****+ koleksinya.
“Jangan sedih dong.” Ujar Dara.
Adelle menghela nafasnya, mencoba tersenyum kearah sahabat-sahabatnya. Mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja.
Adelle tidak tau lagi harus bagaimana, mungkin ini sudah takdir tuhan untuknya.
****
Adrian berdiri di balkon kamarnya sambil menyesap sebatang Rokok Malboro Black Mentholnya. Memikirkan apa yang akan terjadi besok?
Ya, besok adalah hari pernikahannya.
Hari dimana ia akan menjadi seorang suami diusianya yang masih muda. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Jika disuruh memilih antara harus menikah di usianya yang masih muda atau harus diusir dari rumah karna menolak permintaan orang tuanya, misalnya. Maka Adrian akan memilih opsi yang kedua. Namun sayangnya, Arya tidak memberikan pilihan apapun untuknya dan memang mengharuskan Adrian untuk menerima perjodohan ini.
Sahabatnya juga tidak bisa ia mintai pendapat. Ya, Adrian memang sudah memberitahukan kepada sahabatnya jika ia akan menikah dan ia juga sudah memberikan undangannya juga.
Hanya Reza dan Bima. Tidak yang lain apalagi teman satu sekolahnya. Adrian tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.
"Adelle."
Tanpa sadar Adrian menyebut nama gadis itu itu. Jantungnya sekarang bedegup kencang. Adrian tersenyum tipis. Meskipin Adelle cerewet tetapi gadis itu menggemaskan dimata Adrian. Pipinya yang tembam, matanya yang sipit, senyumnya yang manis dan lebar yang entah sejak kapan Adrian menyukai senyum itu. Hanya senyumannya, mungkin.
Tangannya merogoh sesuatu disaku celananya. Mengambil kecarik kertas dan langsung dibacanya berulang kali agar menempel dipikiriannya.
Kertas itu berisikan kata-kata saat ijab qobul nanti. Arya memang memberikannya kepada Adrian agar Adrian menhafalnya dan pada saat ijab qobul nanti sudah lancar dan tidak akan salah pengucapan.
****