Bagian 2

2145 Kata
"Assalamualaikum." ucap seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. "Wa'alaikumsalam, Adelle sini duduk dulu sayang Ayah sama Bunda mau bicara penting sama kamu." ucap Camelia Ruby, Bundanya. Adelle Mendelevia Ruby, seorang Mahasiswi Universitas Trisakti Fakultas Designer semester akhir berusia 21 tahun yang saat ini tengah menyelesaikan skripsinya. "Ada apa Bun ?" tanya Adelle setelah mendudukan bokongnya disamping Bundanya. "Begini, Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah." ucap Aditama Ruby, Ayahnya, to the point. What??? I'ts CRAZYYYY. VERY!!! "Apaaa? Dijodohin? Gak! Adelle enggak mau Yah." tolak Adelle menggelengkan kepalanya. "Ayolah sayang, kamu terima ya perjodohan ini." ucap Camelia memohon. "Lagian kami kan sudah tua, Bunda juga ingin sekali segera punya cucu, dan kamu kan anak Bunda satu-satunya." lanjutnya. "Iya Bunda. Tapi gak harus jodohin Adelle juga. Adelle bisa kok cari sendiri pendamping Adelle." "Adelle bahkan kamu aja selama ini belum memperkenalkan siapa pacar kamu atau yang dekat sama kamu kecuali Rama dan Erick." ucap Camelia. Pacar? Gebetan aja kagak punya. Batin Adelle. Adelle menghembuskan nafasnya lelah. Selama ini ia memang tidak pernah memperkenalkan siapapun laki-laki yang tengah dekat dengannya kepada Ayah dan Bundanya karna memang ia tidak pernah berpacaran selama hidupnya. "Lagian dia anaknya baik kok sayang, ganteng banget. Masih muda, masih 18 Tahun." ucap Camelia. "18 tahun?! Astaga Ayah, bahkan dia masih SMA. Masa Ayah tega nikahin aku sama anak SMA, mau dikasih makan apa aku nantinya Yah." ucap Adelle. Ia tidak habis fikir, bagaimana bisa Ayahnya menjodohkannya dengan laki-laki yang usianya dibawahnya, bahkan masih SMA?! "Kamu jangan salah, walaupun dia masih SMA tapi dia punya penghasilan. Dia mempunyai saham sebesar 25% di perusahaan Papanya." ucap Aditama. "Tap―" "Nggak. Ini udah keputusan Ayah. Dan kamu gak boleh nolak dengan alasan apapun." ucap Aditama tegas. Adelle menghela nafasnya. Ayahnya kalo sudah begini tidak akan bisa di ganggu gugat. Dan mau tidak mau, Adelle harus menerima perjodohan ini. "Oke, Adelle mau." Senyum kedua orang tuanya langsung mengembang. Camelia memeluk Adelle. "Terimakasih sayang kamu sudah mau menerima perjodohan ini. Jadi gak sabar pengen daper cucu deh." ucap Camelia girang. Adelle memutar bola matanya malas. "Bagus. Kamu besok selesai kuliah harus langsung pulang. Besok kita akan makan malam dengan teman Ayah itu untuk membahas tanggal pernikahan kamu." ucap Aditama. "Iya Yah." ucap Adelle malas. "kalo gitu Adelle ke kamar dulu." lanjutnya. Adelle melangkahkan kakinya menuju kamarnya dilantai dua. Begitu sampai, Adelle langsung duduk dikasur queen sizenya. Diambilnya guling lalu ia meremasnya kesal. "Ayah kok tega banget sih mau jodohin gue sama anak SMA." "Gimana nasib gue nantinya." "Gimana kalo dia punya pacar? Atau playboy? Pacarnya banyak? GAK MAU!!!" ucap Adelle frustrasi. “Gimana kalo dia jelek, terus item, gendut, atau AAAAA..” Oke, itu ngawur. "Anak SMA kaya gitu kan pasti labil-labilnya, gimana kalo dia tiba-tiba nyerein gue? Gue gak mau jadi janda." ucap Adelle ngelantur. Adelle mengusap wajahnya gusar. "Pusing gue mikirinnya." gumamnya. Kemudian Adelle merebahkan dirinya dan memejamkan matanya. Daripada ia stress memikirkan tentang perjodohan gilanya itu, mendingan kan tidur. Adelle lantas tidur tanpa mandi terlebih dahulu, tanpa makan malam, tanpa mengganti pakaian. Masa bodo dengan semuanya, yang penting ia ingin tidur sekarang. **** "Gue dijodohin man sama bokap gue." ucap Adrian kepada kedua sahabatnya itu. Reza menyemburkan sedikit minuman yang baru saja masuk kedalam mulutnya ke arah Adrian. Sedangkan Bima langsung tersedak kuah bakso yang lumayan pedas, akibatnya tenggorokan dan hidungnya terasa panas dan perih. "Bangke! Sialan lo, Za." ucap Adrian sembari mengusap wajahnya menggunakan tissue. "Uhukk.. Uhukk.. Uhukk.. Minumm..." ucap Bima terbatuk. Adrian menyodorkan minuman kearah Bima yang langsung diteguk habis oleh Bima. "Serius lo Yan ?" ucap Reza sambil mengelap mulutnya yang basah. "Hmm." "Terus lo mau ?" kini giliran Bima yang bertanya. "Mau gak mau. Gue gak mau ngecewain nyokap gue." Reza dan Bima mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka tau kalo Adrian memang sangat menyayangi Mamanya itu. "Ceweknya gimana ? Cantik gak ?" tanya Reza. "Gue gak tau gimana tuh cewek kaya gimana. Yang gue tau dia mahasiswi fakultas Designer." ucap Adrian. "Berarti lebih tua dari lo dong." ucap Reza tidak percaya. "umurnya 21 tahun." "Gila." gumam Bima mengelengkan kepalanya. "Tiati lo, gimana kalo ceweknya itu gendut, jelek, pake kacamata bulet. Gue gak bisa bayangin Yan nanti lo kalo malem pertama gimana." ucap Bima menggoda Adrian. Adrian menoyor kepala Bima. "Otak lo, Bim." Bima hanya menyengir kuda lalu melanjutkan memakan baksonya. "Gue tunggu undangannya bro." ucap Reza sambil menepuk pundak Adrian. Adrian hanya memutar bola matanya. **** “Lo kenapa sih ngelamun mulu?” Tanya salah satu sahabat Adelle. Dia Rama. “Gak papa.” Ucapnya. “Lo lagi ada masalah ya?” tanya Erick. “Enggak kok, gue gak papa.” Ujar Adelle lalu tersenyum. Adelle menghela nafasnya, ia masih belum siap untuk menceritakan tentang perjodohannya kepada keempat sahabatnya itu. Adelle malu sekaligus takut jika ia menceritakan ini kepada keempat sahabatnya, mereka nantinya malah justru menjauhinya karna ia sudah menikah. Diliriknya jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, jam menunjukkan pukul setengah enam sore. “Gue balik duluan ya.” Ujar Adelle. “Mau kemana sih buru-buru amat?” tanya Tiara yang tengah fokus pada laptopnya. “Ada urusan gue. Udah ya, Bye.” Adelle meninggalkan sahabat-sahabatnya yang masih mengerjakan tugas. Ia teringat ucapan Ayahnya yang menyuruhnya pulang cepat sekarang. Adelle mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, jalanan agak macet karena jamnya pulang kantor. Dua puluh menit kemudian ia sampai dirumahnya. Adelle langsung nyelonong masuk karna pikirnya rumahnya tidak ada siapa-siapa. “Dari mana saja kamu baru pulang?” tanya Aditama yang ternyata sudah ada dirumah. Adelle kira Ayahnya itu belum pulang dari kantor. “Tadi ngerjain tugas dulu, Yah.” Sahut Adelle. “Bunda mana?” tanya Adelle. “Bunda lagi mandi. Kamu cepet siap-siap.” “Iya. Adelle ke kamar dulu ya.” pamitnya yang langsung diangguki oleh Aditama. Adelle masuk kedalam kamarnya, membanting tasnya ke atas kasurnya lalu ia duduk dibibir kasurnya. Adelle menghela nafas nya berat, bagaimana caranya untuk dia bisa menolak perjodohan ini. Adelle sungguh tidak siap. Lama Adelle merenungkan nasibnya denganberdiam diri, akhirnya ia memutuskan untuk segera mandi dan bersiap-siap sebelum Ayah dan Bundanya mengomel. Lima belas menit kemudian ia keluar dengan dress berwarna selutut berwarna biru laut tanpa lengan. Adelle berjalan menuju meja riasnya dan mulai merias bagian wajah dan rambutnya. Tak butuh waktu lama Adelle telah siap. Rambutnya yang ia biarkan tergerai, dan make-up yang natural hanya bedak tipis, maskara, dan liptint berwarna pink mempercantik dirinya. Setelah selesai, Adelle berjalan menuju garasi karena Bundanya sudah berteriak sedari tadi. Malam ini, malam dimana ia akan bertemu dengan calon suaminya dan membahas tentang tanggal pernikahannya. Jujur saja, Adelle sangat belum siap. Bebannya akan semakin bertambah. Dimana ia harus mengurus suami dan rumah tangga, belum lagi skripsi yang sedang ia susun sekarang. Sekitar 30 menit, mobil Ayahnya memasuki pelataran rumah mewah bercat abu-abu. Tok.. Tok.. Tok.. Beberapa saat kemudian muncul seorang wanita cantik yang seusia dengan Bundanya. "Eh jeng Meli udah dateng. Mari masuk." ucapnya. "Duduk jeng." lanjutnya. "Wah ini Adelle ya jeng, cantik sekali." ucap wanita tersebut. Adelle hanya tersenyum "Sudah mending kita makan terlebih dahulu sebelum membahas lebih lanjut. Anna tolong panggilkan Adrian." ucap Lelaki yang seumuran dengan Ayahnya. Setibanya di meja makan, Adelle hanya memainkan ponselnya sembari menunggu calon suaminya itu datang. Bundanya dan tante tadi itu sedari tadi mengobrol heboh membuat Adelle benar-benar kesal. Bagaimana tidak, yang mereka bahas itu adalah cucu. Tolong digaris bawahi Cucu. Belom juga nikah udah ngebahas cucu aja. Batin Adelle malas. Tak lama kemudian, Adelle mendengar suara bariton yang terkesan seksi dipendengarannya. Namun Adelle tetap dalam posisinya sampe sebuah senggolan pelan ditangannya dan juga bisikan. "itu calon suami kamu udah dateng." bisik Camelia. Adelle memasukan ponselnya ke dalam tas lalu mendongakkan kepalanya. Matanya tiba-tiba membulat. "LO?!" **** Jam sudah menunjukan hampir pukul tujuh malam, dan sebentar lagi pasti keluarga calon istrinya datang. Adrian menghembuskan nafasnya kasar. Ia sudah tidak bisa lagi memikirkan cara untuk menolak perjodohan ini. Mungkin ini sudah takdirnya, mengingat Adrian memang sangat cuek terhadap perempuan. Adrian saat ini tengah duduk di balkon kamarnya, menikmati sebatang nikotin yang memang sudah menjadi teman setianya. Matanya menatap langit malam yang tampak dihiasi oleh ribuan bintang. Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu terdengar disusul suara teriakan Anna. "Yan, ayo turun mereka udah dateng." Adrian mematikan batang nikotinnya di atas asbak. Lantas masuk kedalam kamarnya., menyemprotkan sedikit minyak wangi agar bau rokok yang menempel pada bajunya menghilang. Kan tidak enak kalo nanti calon mertuanya menciumnya bau asap rokok. Merapikan bajunya yang sedikit kusut. Adrian saat ini memakai celana jeans panjang dan kemeja hitam dengan bagian lengannya ia gulung sampai siku. Berjalan menuruni tangga dan langsung masuk ke ruang makan yang disana sudah ramai oleh Mamanya yang sedang berbicara heboh dengan seorang wanita yang seumuran juga dengan Mamanya, sepertinya calon ibu mertuanya. Dan ada seorang wanita yang sepertinya belum menyadari kehadiran Adrian karena sedang menunduk memainkan ponselnya. "Adrian sini duduk. Kenalin ini Om Aditama sama Tante Camelia, temen Papa." ucap Arya. Adrian tersenyum dan langsung menyalami keduanya. "Adrian Om, Tante." ucapnya sopan. Aditama dan Camelia tersenyum. "Wah ini ya anak kamu itu Any, ganteng banget." ucap Camelia. Adrian hanya tersenyum. Camelia menyenggol lengan Adelle membuat Adelle melirik ke arah Bundanya itu. "Itu calon suami kamu udah dateng." bisik Camelia. Adelle menaruh ponselnya kedalam tasnya dan mendongakkan kepalanya. Adrian dan Adelle sama-sama membulatkan matanya "LO?!" ucap mereka bersamaan. Apa Adelle tidak salah lihat? Dia orang menabraknya sampe kameranya rusak adalah calon suaminya? Oh Tuhan, dunia sempit sekali. Semua yang ada di ruang makan merenyit dahinya. "Kalian udah saling kenal ?" ucap Camelia. "Gak!" ucap mereka bersamaan dan cepat. Mereka semakin dibuat bingung. "Dia yang nabrak aku kemarin Bun sampe kamera aku jatuh dan rusak. Terus dia malah pergi gitu aja." ucap Adelle kesal. "Gue bilang kan gue gak sengaja. Lagian lo sendiri ngapain berdiri dijalanan." ucap Adrian membela diri. "Eh gue berdiri dipinggir ya, lo nya aja yang lari-larian gak liat-liat." Sahut Adelle tidak mau kalah. Adrian memutar bola matanya jengah. "Wah jadi kalian sudah saling kenal, lebih gampang kalo gitu." ucap Anya semangat. "Sudah-sudah lebih baik kita makan dulu, setelah itu kita bahas lebih lanjut." ucap Arya melerai keduanya. Suasana makan berjalan hikmat dan hening. Adelle melirik sinis ke arah Adrian yang ada dihadapannya, cowok itu hanya memasang wajah datarnya, bahkan Adelle sendiri merasa bahwa Adrian seperti tidak merasakan apapun, termasuk makanan enak yang ada dimeja makan. Setelah selesai, mereka semua langsung beralih ruang tamu. Angga langsung berlari menghampiri Adelle. "Hallo tante cantik siapa namanya ?" tanya Angga dengan polosnya. Adelle tersenyum. "Nama tante Adelle, Sayang. Nama kamu siapa ?" "Angga." Adelle terkekeh. Langsung mendudukan Angga dipangkuannya, mengecup kedua pipi Angga yang gembul itu. Ia memang sangat menyukai anak kecil. "Angga ini anaknya Anna, kakaknya Adrian." ucap Anya. Adelle hanya tersenyum sebagai respon. "Kata Mama, tante cantik ini calon isterinya Om Iyan ya? Berarti nanti jadi tante Angga dong ?" ucap Angga tersenyum lebar. Adelle tersenyum. "Iya." jawabnya singkat. Jujur saja ia bingung harus jawab apa. Jantungnya sedari tadi berdetak cepat. "Kami sudah memutuskan bahwa pernikahan kalian akan dilaksanakan lima hari lagi. Semua sudah kami siapkan. Undangan juga sudah dicetak dan tinggal dibagikan." ucap Arya to the point. Adrian dan Adelle sama-sama kaget. Lima hari lagi? Menikah? Bahkan mereka saja tidak saling mengenal. "Harus banget secepet itu, Pa ?" ucap Adrian. "Iya Yan, Om sama Tante tidak punya banyak waktu. Seminggu lagi kami harus berangkat ke Aussie karna ada perjalanan dinas." ucap Aditama mewakili. Adelle menoleh ke arah orang tuanya. "Ayah sama Bunda gak pernah bilang ke Adelle kalo kalian bakalan pergi ke Aussie." "Ini memang mendadak Sayang, dan Ayah sama Bunda harus pergi." ucap Camelia. "Nanti Ayah jelaskan dirumah." ucap Aditama saat Adelle membuka mukutnya hendak berbicara lagi. Adelle mengerucutkan bibirnya. Adrian yang melihat itu sedikit menyinggungkan senyumnya. Adelle sangat menggemaskan dimatanya saat sedang merajuk seperti itu. Namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. Astaga, apa yang ia pikirkan? "Yan kamu ajak Adelle dulu sana, saling mendekatkan diri dulu." ucap Anya. Adrian mengangguk pasrah. Angga langsung diambil alih oleh Anna. Adrian berjalan menuju taman belakang rumahnya dengan Adelle yang mengekor dibelakang. Mereka duduk disalah satu bangku disana. Seketika suasana hening selama beberapa saat. "Kok lo mau nerima perjodohan ini sih ?" tanya Adelle. Adrian menengok. "Gue gak mau ngecewain mereka, termasuk nyokap gue." Adrian menghela nafasnya. "Jujur gue sama sekali gak pernah kepikiran buat nikah diusia gue yang masih muda. Apalagi untuk remaja attitude berjiwa berontak kaya gue, gue masih pengen bebas-bebasnya. Apalagi lo tau kan gue aja kemarin sampe dikejar-kejar polisi gara-gara gue tawuran." ujar Adrian. Adelle hanya diam. Ia bungung harus menjawab apa. Jujur saja ia masih bingung bagaimana nanti nasib peenikahannya. Apalagi Adrian masih SMA dan Berandalan sekali. "Lo punya pacar ?" tanya Adrian. "Gue gak pernah pacaran." jawab Adelle. Ada sedikit kelegaan disudut hatinya mendengar jawaban Adelle barusan. "Kalo lo ?" tanya balik Adelle. "Gak." ucapnya datar. Adelle memutar bola matanya malas. Mendengar Adrian yang datar dan dingin barusan membuatnya kesal seperti pertama kali mereka bertemu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN