Bagian 4

2009 Kata
Adelle duduk didepan meja riasnya. Dibelakang ada seorang penata rias yang terkenal dikalangan artis. Penata rias tersebut sedang merias rambutnya yang berwarna coklat, menggulungnya ke belakang sehingga menampilkan leher jenjangnya. Sangat simple dan elegan. Make-up yang tipis tapi tetap terlihat cantik. Adelle merasakan jantungnya berdegup kencang. Sebentar lagi proses ijab qobul akan dimulai. "Saya tinggal dulu mbak." ucap sang perias tersebut. Adelle hanya tersenyum lalu mengangguk. Tak lama kemudian Camelia datang. Camelia yang memakai kebaya berwarna putih sangat terlihat cantik meski usianya tak lagi muda. "Anak Bunda udah cantik." ucap Camelia. "Bundaa.." ucap Adelle dengan mata berkaca-kaca. Bibirnya melengkung kebawah dan ia langsung memeluk Camelia. "Jangan nangis dong. Nanti make-upnya luntur. Sebentar lagi acaranya dimulai." ucap Camelia. "Maafin Adelle ya Bunda. Adelle belum bisa bahagiain Bunda sama Ayah." ucap Adelle setelah melepaskan pelukannya. "Kata siapa Adelle belum bahagiain Bunda sama Ayah? Adelle udah kok bahagiain Bunda sama Ayah dengan cara menerima perjodohan ini." Adelle menggeleng. "Sudah ah jangan nagis. Masa udah mau jadi istri masih aja cengeng." Ujar Camelia sambil terkekeh. Adelle mengerucutkan bibirnya. "Kamu harus jadi istri yang baik yah. Harus nurut sama suami. Ridho suami sama dengan ridhonya Allah." ucap Camelia menasehati Adelle. "Iya Bunda, insya Allah Adelle bakalan jadi istri yang baik, kaya Bunda." ucap Adelle membuat senyum Bundanya itu mengembang. “Kamu harus lebih dariapada Bunda ya Sayang.” Adelle tersenyum. “Insya Allah.” "Tante, Adelle, acaranya udah mau dimulai. Katanya Adelle bisa turun sekarang." ucap Lita yang tiba-tiba masuk. Lita adalah saudara Adelle yang tinggal di Yogyakarta. Pernikahan ini memang hanya mengundang keluarga besar, tetangga, dan beberapa rekan bisnis Arya dan Aditama. Adelle mematut dirinya sekali lagi dicermin. Setelah memastikan penampilannya sempurna barulah ia keluar bersama dengan Bundanya dan Lita. **** Adrian sedari tadi meremas tangannya dibawah meja. Ia benar-benar gugup. Didepannya ada calon papa mertuanya dengan penghulu disampingnya, juga ada beberapa orang didekatnya yang akan menjadi saksi dipernikahannya. Prosesi ijab qobul memang dilaksanakan dikediaman Adelle. Arya berada disamping Adrian dengan Anya. Anna, Rangga dan juga si kecil Angga berada dibangku dibelakang Adrian. Arya menepuk bahu Adrian. "Rileks aja, gak usah tegang Yan." Adrian menoleh lalu tersenyum. Adrian menghembuskan nafasnya panjang, berusaha menghilangkan rasa gugupnya. Jantungnya sudah marathon sedari tadi. Adrian berdoa bahwa ia tidak salah memilih Adelle sebagai istrinya meski Adrian menerimanya secara terpaksa karna paksaan kedua orang tuanya. "Adelle udah dateng tuh." bisik Anya. Adrian mendongakkan kepalanya. Menatap Adelle tanpa berkedip. Disana Adelle tengah berjalan menuruni tangga dengan Camelia berada disamping kanannya dan seorang wanita yang usianya sepertinya diatas Adelle yang ia ketahui namanya adalah Lita berada disamping kiri Adelle. Juga seorang maid yang menangkat ekor gaun yang di pakai Adelle yang menjuntai menyapu lantai. Adelle lantas duduk disamping Adrian. Jantung keduanya sama-sama berdetak cepat. Rona merah tercetak dipipi Adelle saat Adrian menatap Adelle tadi. "Saudara Adrian telah siap ?" tanya sang Penghulu. Adrian menghela nafas panjang, kemudian mengangguk mantap lalu menjabat tangan Aditama. "BISMILAHIROHMANIROHIM, SAUDARA ADRIAN ALDIANO FERNANDEZ BIN ARYA FERNANDEZ SAYA NIKAHKAN DAN KAWINKAN ENGKAU DENGAN PUTRI SAYA ADELLE MENDELEVIA RUBY BINTI ADITAMA RUBY DENGAN MAS KAWIN SEPERANGKAT ALAT SHOLAT DAN EMAS SEBESAR 200 GRAM DIBAYAR TUNAI." Adrian menarik nafasnya. "SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ADELLE MENDELEVIA RUBY BINTI ADITAMA RUBY DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT TUNAI." ucap Adrian lantang dengan satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu. "SAH." ucap saksi dan para tamu undangan. "Alhamdulillah..." penghulu lalu membacakan doa-doa agar pernikahan Adrian dan Adelle selalu dalam perlindungan Allah Swt. Adrian dan Adelle saling bertukar cincin. Kemudian dilanjutkan dengan Adrian mengecup kening Adelle lama dan Adelle mencium punggung tangan Adrian sebagai bentuk hormatnya kepada suami. Ada rasa yang tak biasa ketika Adrian mengecup kening Adelle, begitupun Adelle. Adelle memejamkan matanaya ketika Adrian mencium keningnya lama dan Lembut. Sekarang ia telah resmi menjadi seorang istri dan menyandang gelar Nyonya Fernandez. Adelle menitihkan air mata, entah bahagia atau malah sebaliknya. Adrian mengusap cairan bening yang menetes disudut mata Adelle lalu ia tersenyum kecil membuat Adelle merona. Setelah acara ijab qobul selesai, sorenya mereka mengadakan acara makan bersama. Hanya ada keluarga Adrian dan Adelle, juga para sahabatnya. Anggota keluarga yang lain, tetangga dan teman bisnis Arya dan Aditama sudah mulai berpulangan. "Wah senangnya ya akhirnya kita bisa menjadi keluarga." ucap Anya senang. "Iya jeng, aku juga seneng banget. Jadi gak sabar pengen cepet-cepet punya cucu." ucap Camelia membuat Adrian dan Adelle tersedak. "Bunda apa-apaan sih." bisik Adelle. "Apa sayang?" "Tante cantik mau punya anak Ma ?" tanya Angga kepada Anna dengan polosnya. Anna tersenyum. "Enggak sayang." Angga mengerucutkan bibirnya. "Tante cantik kapan punya dedeknya? Angga mau liat biar nanti Angga punya temen kalo lagi main. Angga kalo dirumah suka main sendiri huh." ucap Angga kepada Adelle. Pipi Adelle bersemu merah. "Iya sayang, nanti tante Adelle pasti punya dedek dan bisa jadi temen Angga main yah." Senyum Angga menggembang. Semua yang ada dimeja makan juga tersenyum. "Aku mau kedepan dulu ya, mau nemuin temen-temen." ucap Adelle. Adelle langsung berjalan ke arah depan di ikuti Adrian yang ternyata mengekor dibekakang. "Hadeuhh Pasutri baru." celetuk Reza. "Diem lo." sinis Adrian. Semua langsung tertawa terbahak mendengar ucapan sinis Adrian.. "Kakak Adelle, nanti malem hati-hati ya sama Adrian dia agresif loh." goda Bima kepada Adelle. Adelle menaikan satu alisnya. Sedetik kemudian ia tau ucapan Bima mengarah kemana. " bacot lo, dan gak usah panggil-panggil kakak, gue bukan kakak lo." ketus Adelle. Bima hanya tertawa menanggapi ucapan Adelle. "Yan stamina lo oke gak ?" tanya Reza. Adrian menaikan satu alisnya bingung. "Stamina lo buat malem pertama." goda Reza menaik turunkan alisnya. Adrian memutar bola matanya. Dilemparnya bantal sofa ke arah Reza yang sedang tertawa terbahak-bahak bersama yang lainnya. "Mendingan lo semua pulang deh berisik tau gak." ujar Adelle kesal. "Okelah kita pulang dulu." ucap Tiara. "Gue pesen satu ponakan cewek ya, Delle." lanjutnya. Adelle memutar bola matanya malas dan menghembuskan nafasnya kasar. “Sono ngambil dipanti.” Tak lama setelah teman-teman mereka pulang, para orang tua langsung menghampiri mereka. “Udah pada pulang ya? Tanya Anya sambil melihat ke arah halaman. “Iya, baru aja.” Sahut Adelle. Arya menyerahkan sebuah kunci kepada Adrian membuat Adrian menaikan satu alisnya. "Ini kunci apa Pa ?" "Ini kunci rumah baru kalian. Ini hadiah dari Papa sama Mama Yan." "Kenapa gak dirumah kita aja sih, Pa ?" "Ya enggak lah Yan, kamu kan udah menikah. Jadi memang seharusnya kamu sudah tinggal sendiri bersama isteri kamu." Jelas Arya. "Iyah Yan, Rumahnya juga sudah Bunda isi dengan perlengkapan seperti biasa, kalian tinggal nempatin aja. Ayah juga udah mempekerjakan satu pembantu sama satpam disana. Jadi kalian gak usah khawatir." ucap Camelia. "Makasih Pa, Ma, Ayah, Bunda." ucap Adelle. "Sama-sama Sayang. Kamu gak usah sungkan ya sama Mama kalo ada apa-apa." ucap Anya. "Iya Ma." Ucap Adelle lalu tersenyum. "Yasudah kalian berangkat sana. Kasihan Adelle sepertinya capek. Dan untuk barang-barang kalian nanti Ayah aja yang kirim yah." ucap Aditama. Adrian dan Adelle mengangguk lantas berpamitan kepada orang tuanya. Dan segera melajukan mobilnya ke alamat rumah barunya. Tiga puluh menit kemudian, mobil yang dikendarai Adrian memasuki pelataran rumah dua lantai bercat putih. Disambut oleh dua orang paruh baya, laki-laki dan perempuan yang sepertinya satpam dan pembantu dirumah ini langsung membungkukan badannya sopan. "Selamat sore Tuan dan Nyonya Fernandez. Perkenalkan saya Dadang dan ini Yanti. Kami yang dipekerjakan oleh Tuan Aditama dirumah ini.." ucap Pak Dadang sopan. Adelle tersenyum. "Iya Pak. Kalo gitu kami masuk dulu." ucapnya. Sedangkan Adrian hanya memasang wajah datarnya. Pak Dadang dan Bi Yanti mengangguk. Adelle lantas menarik lengan Adrian masuk ke dalam rumah. "Yan, rumah ini kayanya terlalu besar deh kalo buat kita berdua aja." ucap Adelle. Camelia benar-benar mengisi isi rumah dengan perabotan yang menurut Adelle sangat mewah sekali. Rumah ini sangat besar jika cuma di isi dengan dua orang saja. Sedangkan satpam dan pembantunya yang kebetulah suami istri, tinggal di paviliun belakang rumah mereka. Paviliun saja terlalu bagus untuk disebut paviliun. "Yaudah lah mau gimana lagi. Oh ya, kamar lo disana, kamar gue disitu." ucap Adrian. Setelah mengucapkan itu, ia langsung menuju ke kamarnya, meninggalkan Adelle tanpa sepatah katapun. Adelle mangkat bahunya cuek. Lantas ia juga melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan langsung masuk menuju kamar mandi, badannya sungguh terasa remuk sekali, kakinya pegal karena memakai sepatu berhak 10cm. 20 menit kemudian ia keluar dengan tanktop berwarna hitam juga hotpants. Handuk yang melilit kepalanya ia buka dan langsung mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Setelah selesai, Adelle keluar kamar berniat untuk mencari cemilan. Dilihatnya Adrian yang sedang duduk diruang tv sambil memangku laptopnya. Adelle berjalan melewati Adrian menuju dapur. Membuka kulkas kemudian berjongkok, kepalanya masuk kedalam kulkas dengan kedua tangannya yang mengobrak-abrik isi kulkas. "Nyonya butuh sesuatu ?" tanya Bi Yanti mengagetkan Adelle. "Ah enggak Bi, saya cuma mau cari cemilan saja." "Maaf Nyonya, saya tadi tidak beli, tapi jika Nyonya mau saya akan belikan sekarang cemilannya." "Gak usah Bi, Gak papa." Bi Yanti Mengangguk. Adelle keluar dari dapur dan langsung duduk di sebelah Adrian. Adrian menengok ke arah samping dan alangkah kagetnya ia melihat penampilan Adelle yang hanya mengenakan tanktop dan hotpants. Adrian menelan ludahnya susah payah. Penampilan Adelle sungguh membuatnya emm.. b*******h. Adelle mengerucutkan bibirnya. Rasanya tinggal dirumah sebesar ini dan hanya berdua saja dengan Adrian membuatnya bosan setengah mati. "Yan, gue mau ke supermarket depan yah, mau beli cemilan." ujarnya sambil berdiri. "Hmm.." Adelle menghela nafasnya. Lalu bangkit menuju kamarnya untuk mengambil jaket. Adelle berangkat menggunakan mobilnya yang sepertinya sudah diantar lebih dulu kerumah ini. Sesampainya di supermarket, Adelle langsung mengambil troli dan menelusuri rak. "Rasa balado atau rumput laut ya ?" gumam Adelle saat memilih snack. "Ini aja deh ah." ucapnya yang memutuskan untuk memilih rasa rumput laut. Setelah beberapa saat, troli yang di dorongnya sudah hampir penuh dengan segala macam snack dan minuman. "Ini udah, ini udah, ini juga udah." Setelah dirasa cukup Adelle lantas berjalan menuju kasir dan langsung pulang. Sesampainya dirumah, Adelle langsung memasukkan cemilannya ke kulkas dan membawanya beberapa ke ruang tamu. Disana juga masih ada Adrian yang masih memangku laptopnya. "Ngerjain apa sih Yan ?" tanya Adelle. "Berkas kantor." ucapnya dingin. Adelle hanya memutar bola matanya, menyedikan bahunya, tangan kanannya menekan-nekan tombol remote mencari chanel yang bagus dan tangan kirinya memegang yougurt. Adrian menutup laptopnya, melirik ke arah Adelle sekilas lalu tanpa sepatah kata pun ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. Adelle juga hanya cuek saja. **** Adelle terbangun dari tidurnya, diliriknya weker di atas nakas menunjukan pukul enam pagi. Adelle turun dari ranjangnya dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Ia memang sudah biasa bangun pagi-pagi. Setelah selesai dengan kegiatannya, Adelle lantas turun kebawah untuk membuat sarapan. Saat melewati kamar Adrian, pintunya masih tertutup dan lampunya juga sepertinya mati terlihat dari ventilasi udara diatas. Mungkin belum bangun. Pikirnya. Saat masuk ke dapur, disana ada Bi Yanti yang mungkin sedang masak sesuatu. "Pagi Bi." sapa Adelle. "Selamat pagi Nyonya. Ada yang bisa Bibi bantu ?" ucap Bi Yanti sopan. "Bibi masak apa ?" tanya Adelle. "Bibi masak sup daging, Nyonya. Ada yang Nyonya mau ? Biar bibi bikinin." "Gak usah Bi. Yaudah saya mau kedepan dulu ya." ucap Adelle yang langsung diangguki oleh Bi Yanti. Niatnya ingin memasak, namun karena sudah oleh Bi Yanti jadi ia mengurungkan niatnya untuk membuat sarapan. Tak lama Adrian turun dari kamarnya. Adelle hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan langkahnya menuju halaman depan. Hari ini ia berniat untuk membeli beberapa bibit bunga untuk ditanam didepan rumah. Untung saja sekarang hari minggu jadi ia libur kuliah. Adelle sedikit menyiapkan keperluan yang lainnya untuk nanti menanam bunga. Setelah selesai Adelle langsung mandi dan bersiap-siap pergi ke toko bunga. 30 menit kemudian, Adelle telah siap dengan outfit santainya. "Gue keluar dulu, mau beli bibit bunga." ucapnya pada Adrian yang ada diruang tengah. Adrian mendongak, menatapnya datar. "Iya." ucapnya singkat. Adelle menghela nafas. Lalu melangkahkan kakinya ke garasi menuju mobilnya. Sepertinya akhir-akhir ini ia sering menghela nafas. Setelah sekitar satu setengah jam, Adelle kembali kerumahnya dengan beberapa macam bibit bunga. Mulai dari mawar, anggrek, lily dan yang lainnya. Tadinya ia ingin membeli melati Cuma ia merasa takut. Lalu Adelle langsung saja menanamnya sendiri. Awalnya Bi Yanti menawarkan bantuan namun Adelle menolaknya, karna ia masih bisa melakukannya sendiri. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN