Adelle duduk diruang televisi dengan semangkuk es krim dipangkuannya. Tangan kanannya menekan-nekan tombol remot mencari acara yang bagus, sedangkan tangan kirinya sibuk menyendokan es krim kedalam mulutnya.
Ia hari ini tidak ada kelas jadi ia tidak berangkat ke kampus. Adrian berangkat ke sekolah. Bi Yanti pergi ke pasar tadi pagi. Sekarang ia dirumah sendirian. Dirumah besar namun seperti tak ada kehidupan didalamnya.
Adelle menghela nafasnya. Jam menunjukkan pukul dua siang tapi Adrian belum juga pulang darki sekolahnya.
Sekarang pernikahannya dengan Adrian menginjak satu bulan, namun belum ada perubahan diantara mereka. Masih terkesan cuek dan tidak peduli satu sama lain.
Adelle bangkit dari duduknya. Ia memutuskan untuk berenang saja dari pada menghadap layar televisi yang menyajikan sinetron yang membosankan.
Adelle memakai bikini yang tidak terlalu mengekspos tubuhnya, tidak seperti bule-bule dipantai.
Adelle mulai menceburkan dirinya ke kolam. Adelle memang suka berenang. Dari semua cabang olahraga, berenanglah yang paling Adelle sukai, ia juga sedikit menguasai berbagai macam gaya renang. Tapi yang Adelle masih bingung sampai sekarang adalah kenapa masih pendek? Padahal ia sering berenang. Bukannya berenang bisa membuat badan tinggi?
Adelle berenang hilir-mudik selama kurang lebih sepuluh menit. Selama itu pula ia tidak menyadari nahwa sedari tadi ada seseorang yang menatapnya dari arah pintu. Melipat tangannya didepan d**a, menatap Adelle dengan datar.
Adelle merasa cukup dengan berenangnya hari ini, lantas ia menepi dan keluar dari kolam. Begitu ia membalikkan badannya, ia tersentak kaget saat ia melihat seseorang berdiri tak jauh darinya.
Adrian berlari saat ia lihat Adelle akan terjatuh ke kolam berenang, dengan sigap ia menarik pinggang ramping Adelle agar gadis itu tidak terjatuh.
Adelle menutup matanya rapat-rapat. Badannya bergetar hebat dan nafasnya memburu.
“Lo kenapa?” tanya Adrian.
Adelle menggeleng dipelukkan Adrian.
Adrian menggendong Adelle dan membawa ke kamarnya. Lalu ia membaringkan tubuh mungil Adelle diranjang.
“Lo kenapa?” tanya Adelle melembutkan suaranya.
“Gue kaget tau.” Ujar Adelle sambil mengusap wajahnya yang memerah. Adrian terkekeh pelan.
“Lagian lo ngapai sih pake berdiri disitu tadi?
“Gue liatin lo.” Ujar Adrian santai.
Adelle menatap Adrian kesal. “Sana ah keluar. Gue mau mandi.”
“Ngapain gue keluar? Ini kamar gue.” Ujar Adrian sambil menahan tawanya.
Mata Adelle membulat. “APA?!” terial Adelle histeris. “Ngapain gue dibawa kesini? Lo mau macem-macem ya sama gue?” kata Adelle sambil melipat tangannya didepan d**a, seolah menutupi bagian depan tubuhnya.
“Kenapa? Sah-sah aja kalo gue mau macem-macem sama lo.” Katanya dengan enteng.
Wajah Adelle memerah. Ia bahkan melupakan statusnya yang memang istri Adrian sekarang. Adelle memasang wajah galaknya. “Minggir.” Ucapnya lalu turun dari ranjang Adrian dan langsung berlari ke kamarnya.
Adelle menutup pintu kamarnya setengah dibanting. Jantungnya berdetak kencang. Baru kali ini ia dan Adrian mengobtol panjang lebar seperti itu tanpa rasa canggung, apalagi Adrian tidak menunjukkan wajah datarnya sama sekali.
“Gila, gila, gila.” Gumam Adlle sambil memegang d**a kirinya.
“Gue jantungan ya? Tapi masa sih ah.” Bodoh.
Adelle menggelengkan kepalanya, menghembuskan nafasnya berkali-kali, berusaha menetralkan debaran jantunya kembali.
“Adrian yang kelewatan atau gue yang gila sih?” gumamnya sambil berjalan menuju kamar mandi.
****
Kejadian tadi dikolam berenang membuat Adelle malu untuk bertemu dengan Adrian. Bahkan setelah ia masuk kedalam kamarnya, Adelle bahkan belum keluar kamar sampai waktu menunjukkan pukul makan malam.
Gadis itu menutup tubuhnya dengan selimut, seolah ia bersembunyi dari seseorang yang mengejarnya. Setelah kejadian tadi pula, Adelle seperti orang bodoh sekarang.
“Ih kok jantung gue deg-degan terus sih?” tanyanya pada diri sendiri.
Adelle menyingkabkan selimutnya lalu menarik nafasnya panjang. Namun tiba-tiba saja seseorang masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintu atau mengucap salam membuatnya memekik kaget.
“Astagfirullah..” pekik Adelle sembari mengelus dadanya. Adelle menoleh, ternyata Adrian yang masuk kedalam kamarnya.
“Lo ng-nga-ngapain ke-kesini?” tanyanya dengan terbata-bata.
Adrian menutup pintu kamar Adelle lalu berjalan menghampiri Adelle yang kini sudah duduk di atas ranjangnya.
“Lo kenapa gak keluar-keluar?” ujarnya dengan datar. “Lo bahkan belum makan dari siang.”
“Lo kok tau gue belum makan dari siang?” tanya Adelle.
“Kata Bi Yanti.”
Adelle diam. Otaknya berputar berusaha mencari alasan yang pas untuk menjawab pertanyaan Adrian.
“Gue lagi gak enak badan aja. Iya, gak enak badan, makanya gue gak keluar, pengen tiduran aja.” Ujarnya lalu tersenyum kikuk.
Wajah Adrian merubah menjadi khawatir. “Lo sakit? Kenapa gak ngomong dari tadi. Tunggu, gue bawain makanan sama obat dulu buat lo.” Ujarnya lalu bangkit.
“Eh---“ belum sempat Adelle menahannya, cowok itu terlebih dahulu melesat keluar dari kamar Adelle.
Adelle terdiam. Bukan memikirnya dirinya yang bodoh mengucapkan bahwa dirinya tidak enak badan, tapi raut wajah Adrian yang terlihat khawatir kala Adelle bilang bahwa dirinya sakit.
Tak lama Adrian kembali dengan sebuah nampan ditangannya. Lalu ia menaruh nampan tersebut di atas nakas. “Lo makan dulu ya?” Adrian berujar lembut. Adelle mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengangguk kaku.
Lima belas menit kemudain, Adelle telah selesai menghabiskan makanannya.
“Lo minum obat dulu.” Ucap Adrian.
Adelle meringis, merutuki kebodohannya sendiri yang dengan cablaknya mengatakan bahwa ia sakit. Jadilah sekarang ia harus meminum obat meski tidak sakit.
****
Adelle terbangun dari tidurnya saat sinar matahari pagi mencoba menerobos lewat celah gorden kamarnya.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menutup mulutnya karena menguap. Adelle melirik jam wekernya yang entah berbunyi atau tidak, jam menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit.
Adelle bangun lalu ia mrenggangkan ototnya sebentar yang terasa kaku. Menggaruk lehernya sendiri lalu ia menoleh kesegala sudut kamarnya.
Adelle semalam langsung tidur setelah meminum obat yang diberikan Adrian, lalu sekarang ia bangun kesiangan karna pengaruh obat itu.
Adelle melirik kesamping. Lalu matanya tertuju pada sebuah nampan yang berada di atas nakasnya. Ada secarik kertas yang ada disamping mangkuk, sepertinya isinya bubur. Adelle mengikat rambutnya asal lalu mengambil secarik kertas itu.
Ternyata sebuah note dari Adrian.
Kalo lo baca note ini, lo langsung makan buburnya ya. Gue tau lo pasti bangunnya siang dan gue tau juga kalo buburnya pasti udah dingin. Kalo lo masih mau makan buburnya, lo tinggal minta bibi angetin aja, kalo gak juga lo tinggal buang. Gue berangkat sekolah dulu. Gue pulangnya pasti sore kalo gak ya malem, ada latihan basket. Jangan kangen :p , cepet sembuh :)
-Adrian ganteng.
Adelle tertawa kecil membaca note tersebut, pesan dari Adrian menurutnya sangat lucu sekali.
Tanpa sadar Adelle tersenyum lembut, lalu ia mengambut mangkuk bubur tersebut dan langsung memakannya tanpa dibanaskan terlebih dahulu seperti pesan dari Adrian. Memang buburnya sudah agak dingin, tetapi Adelle menikmatinya.
Adelle megambil ponselnya yang tergeletak disamping nampan, lalu ia membuka passwordnya dan memainkan ponsel itu sampai buburnya habis.
Adelle meneguk minumannya, disana juga ada obat yang yang sama seperti semalam, namun Adelle tidak ingin meminumnya.
Adelle membuka room chat whastapp dengan Adrian, lalu ia mengertik sebuah pesan kepada cowok yang berstatus suaminya itu.
Adelle Mruby :
Makasih buburnya :) udah gue makan.
Adelle menaruh ponseknya disampingnya, gadis itu kembali membaringkan kembali tubunya lalu menarik selimutnya sebatas perut. Tak lama ponselnya kembali bergetar.
Adrian Aldiano :
Bagus kalo gitu. Cepet sembuh, Sayang.
Deg.
****
Adrian menyandarkan punggungnya pada dinding kelasnya, kedua kakinya ia selonjorkan pada bangku Reza yang masih kosong, entah kemana pemiliknya.
Bel tanda dimulainya pelajaran baru saja berbunyi sekitar tujuh menit yang lalu, namun guru yang mengajar belum masuk kedalam kelas Adrian.
Adrian menutup matanya, hari ini ia rasanya ngantuk sekali. Semalaman ia menjaga Adelle hingga tengah malam karna takut sakit Adelle bertambah parah lagi.
Ponsel didalam saku celananya bergetar, lalu ia merogohnya kedalam saku celananya. Adrian membuka aplikasi whatsappnya dan ternyata pesannya dari Adelle.
Adelle Mruby :
Makasih buburnya :) udah gue makan.
Tanpa sadar Adrian tersenyum kecil, lalu ia mengetik balasan kepada Adelle.
Adrian Aldiano :
Bagus kalo gitu. Cepet sembuh, Sayang.
Adrian terkekeh pelan, kata Sayang yang ia ketik begitu refleks sekali. Adrian menatap layar ponselnya, berharap dalam hatinya Adelle cepat membalas pesannya.
Adelle Mruby :
Najis banget sih :p
Adrian tertawa pelan, membuat beberapa teman sekelasnya menatap kearahnya, merasa heran dengan seorang bad boy yang terkenal dingin tiba-tiba tertawa didepan layar ponselnya. Namun Adrian tidak memperdulikan itu mereka semua yang menatapnya.
Adrian Aldiano :
Gue tau gue ganteng.
Adelle Mruby :
Males banget -_-
Adrian terkekeh lagi, ia tidak membalas pesan Adelle karena guru yang mengajar telah masuk bersama dengan Reza dan Bima yang mengekor dibelakangnya.
****