Bagian 1

2235 Kata
Belasan siswa menatap tajam ke arah depan, ke arah segerombolan siswa yang jumlahnya lebih banyak dari mereka. Ditambah dengan cuaca yang terik dan panas yang menyengat seakan menggambarkan suasana hati kedua kubu pelajar berbeda atribut tersebut. Seorang lelaki berambut hitam maju beberapa langkah kedepan dengan tangan kosong. Berbeda dengan teman-temannya yang masing-masing memegang benda tumpul dan tajam. Adrian, si lelaki yang berada paling depan itu membuang puntung rokoknya yang tinggal beberapa senti dari filternya. Mata elangnya menatap tajam ke arah seorang lelaki yang menjadi ketua dari sekolah lawannya. Bibirnya menyinggungkan senyum miring. Sedangkan lelaki tersebut hanya menatapnya sinis. Deva, seseorang yang sedari tadi ditatap oleh Adrian itu adalah ketua dari SMA Pelita yang merupakan musuh dari SMA Garuda, tempat Adrian bersekolah, lalu Deva tiba-tiba langsung berlari dan menyerang Adrian tanpa aba-aba sebelumnya. Deva menyerang Adrian menggunakan balok kayu yang ia pegang. Sedangkan Adrian, ia hanya menggunakan tangan kosong mencoba menangkis agar balok kayu tersebut tidak mengenai tubuh dan wajahnya. Siswa SMA Garuda yang lain pun sudah melakukan baku hantam dengan siswa SMA Pelita yang jumlahnya lebih banyak dari SMA Garuda. Pertarurangan sengit diantara dua sekolah ini tidak dapat dihentikan. Keduanya sama-sama terbakar emosi yang membara. Adrian menghentakan kakinya menendang perut Deva membuat Deva tersungkur ke tanah memegangi pertutnya dan balok kayu yang ditangannya terlepas. Adrian langsung melayangkan bogemannya ke wajah Deva secara membabi buta dengan tangan kosong. Adrian memang tidak pernah memakai senjata apapun dalam masalah tawuran seperti ini. Menurutnya sangat banci jika hanya mengandalkan benda-benda tajam. Beberapa bagian di wajah Deva terlihat lebam dan bagian sudut bibirnya robek sehingga mengeluarkan darah segar. Adrian tersenyum sinis ke arah Deva yang tergeletak sembari memegangi sudut bibirnya. Kemudian Adrian berlari untuk membantu teman-temannya menyerang lawannya. Karena jumlah SMA Pelita yang lebih banyak dari jumlah SMA Garuda membuat Adrian sedikit kewalahan apalagi mereka yang membawa benda-benda tajam dan tumpul sehingga pelipisnya robek dan mengeluarkan darah akibat terhantam salah satu balok kayu dari lawannya. Baku hantam di antara keduanya terus berlangsung sengit. Beberapa diantara mereka sudah terkapar ditanah meski masih dalam keadaan seratus persen sadar. Pertaruangan di antara keduanya terhenti saat suara sirine mobil polisi mengarah ke arah jalanan yang mereka gunakan untuk tawuran. Sekuat tenaga mereka berlari menghindari polisi yang sudah pasti akan menangkapnya. Berpencar agar polisi kesulitan menangkap mereka. Adrian berlari ke arah gang yang menghubungkan ke jalan utama tempat ia menyimpan motornya. Diliriknya ke belakang ada seorang polisi yang masih mengejarnya. Bruk. Tiba-tiba ia menabrak seseorang. "Kamera gue..." teriak si wanita tersebut. Lalu dia menatap Adrian kesal. "Lo..." geramnya sembari menunjuk Adrian. "Gan---" ucapannya terhenti saat Adrian membekap mulutnya dan mengajak paksa wanita itu berjongkok disamping mobil, bersembunyi dari polisi yang mengerjarnya. Si wanita tersebut melotot. Menatap Adrian yang berjarak kurang dari sepuluh senti dari wajahnya. Adrian mandongakan kepalanya, melihat sekelilingnya apakah polisi masih ada dan ternyata sudah tidak ada. Adrian melepaskan bekapannya dari si wanita tersebut lalu berdiri merapikan seragamnya. "Sorry." ucap Adrian datar. Si wanita tersebut yang sebelumnya masih melamun, sekarang mendongakan kepalanya lalu berdiri dan menatap Adrian kesal. "Tuh lo liat kamera gue gara-gara lo jadi rusak kan." ujar wanita itu sambil menunjuk ke arah bawah dimana kameranya sudah hancur bagian lensanya yang pecah. Adrian hanya menatapnya datar. "Salah lo sendiri ngapain berdiri dipinggir jalan segala." "Salah gue?" wanita tersebut menunjuk dirinya sendiri. "Itu jelas-jelas salah lo ngapain pake lari-larian pake gak liat-liat lagi." Katanya setengah berteriak. Wanita tersebut melihat ke arah seragam Adrian yang sedikit kotor dan pelipisnya yang berdarah, kemudian tersenyum sinis. "Oh jangan-jangan lo abis tawuran ya terus lo dikejar-kejar sama polisi." ucapnya tepat. "Bukan urusan lo." ucap Adrian datar. "Pelajar zaman sekarang emang kaya gini ya? Tawuran sana sini. Kalo ibarat artis ya, ini cuma eksistensi doang." ucap wanita tersebut berdelik. Adrian menjadi geram sendiri. Wanita dihadapannya ini benar-benar cerewet sekali. Tanpa mengucapkan apa-apa, Adrian melenggang pergi meninggalkan wanita tersebut yang masih menatapnya kesal. "Woy mau kemana lo? Urusan kita belum selesai ya! Itu kamera gue gimana nasibnya." teriaknya yang tidak digubris oleh Adrian. "Awas lo ya kalo ketemu lagu gue bejek-bejek lo." gumam wanita tersebut. Wanita tersebut kemudian berjongkok, mengambil kamera dan lensanya yang sudah rusak. "Yah..padahalkan belum beres bagian tamannya." gumamnya lirih. **** Adrian Aldiano Fernandez, seorang troublemaker di SMA Garuda. Dijuluki Badboy oleh murid-murid yang lainnya. Menjadi bahan halusinasi para siswi karena wajahnya yang sangat tampan, tubuhnya yang atletis, dan banyak wanita yang mengejarnya. Namun sayang, ia sangat cuek kepada seorang perempuan. Menjadi langganan keluar-masuk ruang BP bersama Reza Pamungkas dan Bima Angkasa, sahabatnya saat masih duduk dibangku SMP. Reza merupakan anak dari pemilik yayasan SMA Garuda. Maka dari itu tak ada yang berani mengeluarkan Reza, Adrian, dan Bima dari sekolah meski mereka terkenal nakal dan badung disekolah. Namanya mereka pun tak lepas dari daftar anak bermasalah pada catatan BK setiap minggunya. Mulai dari masalah sering tidur disaat jam pelajaran, bolos, merokok dikantin sekolah, sampai tawuran pun sering mereka lakukan. Menurut mereka, tanpa melakukan itu semua, masa SMA gak ada apa-apanya. Hambar! Payah! "Lo tadi kabur kemana, Yan?" tanya Reza kepada Adrian yang tengah menyesap batang nikotinnya. "Ke jalan utama. Gue dikejar nyampe sana sama tuh polisi. Gue juga nabrak cewek sampe kamera punya tuh cewek jatuh." ucap Adrian. "Terus tuh cewek gimana?" kali ini Bima yang menangkat suara. "Ya gue bilang gue mau ganti tapi dia malah marah-marah ya gue cabut aja." ucap Adrian santai. "Hahaha ada-ada aja lo." ucap Bima sambil tertawa. "Mana bawel lagi anaknya." tambah Adrian. "Kayanya sih anak kuliahan tuh cewek." lanjutnya. Adrian masih merasa kesal dengan cewek tadi. Adrian sebenarnya tidak begitu menyukai wanita yang bawel. Itulah alasannya mengapa Adrian malas mendekati wanita. "Nih bersihin dulu luka kalian." ucap Reza yang baru kembali dari dapur mengambil semangkuk air es dan handuk kecil kepada Adrian dan Bima. Sekarang mereka bertiga memang sedang berada di apartemen Reza. Reza sebenarnya tinggal dirumah bersama kedua orang tuanya dan apartemen ini ia jadikan sebagai tgempat berkumpul dengan teman-temannya seperti sekarang. Adrian mengambil handuk kecil tersebut dan dicelupkannya kedalam air es. Membersihkan perlahan lukanya dan menutupnya menggunakan plester. "Si Deva tadi bawa pasukan banyak bener ya, kita hampir kewalahan buat nyeimbanginnya." ujar Bima. "Dia emang gak ada kapoknya udah berkali-kali kalah juga meski mau bawa sekampung juga tuh anak pasti bakalan tetep kalah." sahut Reza kesal. SMA Pelita dengan Deva Sanjaya yang menjadi ketua dalam hal tawuran memang sering kalah jika tawuran dengan SMA Garuda. Hal tersebut membuat Deva semakin gencar untuk menyerang habis-habisan SMA Garuda terutama Adrian yang menjadi musuhnya sejak lama. "Gue cabut dulu." ucap Adrian lalu menyambar tas dan jaketnya. Bersalaman ala lelaki dengan kedua ssahabatnya lalu keluar dari apartemen Reza. Adrian melajukan motornya dengan kecepatan sedang, pikirannya melayang ke kejadian dimana ia bertemu dengan gadis cerewet itu. Adrian masih kesal pada gadis itu karena cerewet. Adrian tidak menyukai cewek yang cerewet! Adrian memarkirkan motor ninja merahnya di garasi rumahnya. Jam menunjukan pukul enam lebih limabelas menit malam. Lantas ia masuk kedalam rumahnya. "Assalamualaikum." Adrian mengucap salam kepada orang tuanya yang tengah duduk diruang tengah. Ada juga kakaknya, Anna dan Rangga suaminya. "Wa'alaikumsalam." ucap mereka bersamaan. Adrian menyalimi punggung tangan mereka satu persatu sebagai bukti tanda hormat ia kepada orang yang lebih tua darinya. Meski Adrian diluar urakan, tapi saat dirumah ia akan menjadi pribadi yang sopan kepada keluarganya. "Dari mana aja baru pulang jam segini?" tanya Arya, papa Adrian. Adrian yang hendak menginjakan kakinya di anak tangga pertama langsung mengurungkan niatnya. Memutar tubuhnya menghadap ke ruang tengah. "Diem di apartemen Reza, Pa." ucap Adrian. "Sini duduk dulu sayang." ucap Anya, mama Adrian. Adrian mengangguk dan langsung duduk disamping mamanya. "Ini kenapa Yan? Ck, pasti kamu tawuran lagi ya." ucap Anya saat melihat pelipis Adrian yang ditutupi plester yang sudah memerah karena darahnya yang keluar. "Ya gitu." ucap Adrian tersenyum kikuk. "Kamu itu ya gak ada kapok-kapoknya." ucap Arya geram. "Kamu mandi dulu sana sekalian bersihin lukanya yah." ucap Anya. "Habis itu, kamu kesini lagi ada sesuatu yang mau papa bicarain sama kamu penting." tambah Arya. Adrian menaikan satu alisnya. "Ada apa pa ?" "Udah nanti aja." Adrian membuang nafasnya kasar. Melangkahkan kakinya menuju kamarnya dilantai dua. Menyambar handuknya langsung masuk ke kamar mandi. 15 menit kemudian, Adrian keluar dengan baju santainya. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil berwarna hitam. Setelah itu, Adrian keluar dan lansung menuju ruang makan karena sebentar lagu waktunya makan malam. Adrian menarik kursi di samping mamanya dan langsung duduk. "OOMMM!!!." Teriak anak laki-laki berumur 5 tahun. "Hay jagoan." Sapa Adrian kepada keponakannya. Angga Ashlan Wijaya, anak dari kakaknya Anna dan Rangga. "Angga makan dulu yuk sayang." ucap Anna kepada Angga. Angga mengangguk. Adrian mendudukkan Angga di kursi disampingnya. Suasana diruang makan hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Angga juga yang anaknya hyperaktif jika sedang makan akan diam tanpa bersuara. Selesai makan, Anya membereskan meja makan dibantu oleh Anna. Sedangkan Arya, Adrian, Rangga dan juga Angga sudah berada diruang keluarga. "Adrian papa mau bicara penting sama kamu." ucap Arya serius. "Kenapa pa ?" tanya Adrian. Anya dan Anna datang dari dapur langsung ikut duduk bersama mereka. “Ada hal yang ini Papa bicarakan sama kamu,Yan?” ujar Arya. Adrian menaikkan satu alisnya. “Ada apa, Pa?” tanyanya. "Papa sama mama sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anaknya teman papa." ucap Arya to the point. "APAA ?" ucap Adrian kaget. "Adrian ga---" "Dan kami gak nerima penolakan dalam bentuk apapun." ucap Arya tegas. "Ma..." panggil Adrian dengan wajah memelas. "Ini semua kami lakukan demi kamu sayang. Kami cuma gak mau kamu itu semakin terjerumus kedalam pergaulan yang lebih liar lagi. Soal kamu yang sering buat onar disekolah aja sudah bikin Mama sama Papa pusing mikirinnya." ucap Anya memberikan pengertian kepada Adrian. "Dia juga udah setuju. Anaknya baik kok, cantik, pinter masak lagi duh mama aja langsung suka sama dia. Dia mahasiswi designer semester akhir loh, Yan. Pokoknya istriable banget deh." lanjutnya dengan semangat. "Tapi ma, aku belum siap buat nikah. Lagian juga aku baru delapan belas tahun. Belum juga kerja, nanti aku kasih makan apa istri aku. Dan apa? Dia juga berarti lebih tua dari Iyan dong ma." ucap Adrian beralasan. "Kamu lupa Yan, 25% dari saham perusahaan Papa kan sudah Papa berikan ke kamu, dan setelah ujian nanti Papa akan angkat kamu jadi CEO muda diperusahaan Papa." ucap Arya. Arya memang memberikan 25% saham perusahaannya kepada Adrian 3 bulan lalu. Dan setelah Adrian melaksanakan ujian nasional nanti, Arya akan mengangkat Adrian menjadi CEO muda diperusahaannya. Agar saat Adrian lulus sekolah nanti, Adrian akan lebih mudah dalam melaksanakan tanggung jawab yang sesungguhnya sebagai CEO nantinya. Hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi Adrian lulus dari SMA-nya. Alasan Arya memberikan sebagian sahamnya kepada Adrian selain memang Adrian adalah salah satu pewarisnya, ini juga demi memperlancar rencana perjodohannya dengan anak sahabatnya itu karena ia tau bahwa Adrian akan menolaknya dengan berbagai macam alasan. "Cuma beda tiga tahun doang sayang. Umurkan gak jadi masalah." ucap Anya. "Gimana, kamu setuju kan sayang ?" tanya Anya, dan ia juga memasang wajah memohon kepada Adrian agar Adrian mau menerima perjodohan ini. Adrian memang sangat menyayangi Anya dan selama ini ia tidak pernah menolak permintaan Anya. Adrian menghela nafasnya, jujur saja ia masih sangat belum siap untu menikah. Bukan karena ia takut tidak bisa menafkahi anak-isterinya nanti, hanya saja ia masih ingin bebas sekarang. Belum ada niatan untuk Adrian membuka hatinya untuk orang lain. Tapi melihat mamanya yang memasang wajah memohon, Adrian menjadi tidak tega untuk menolak perjodohan ini, tapi ia juga tidak mau. Shit!!!. Makinya dalam hati. "Yaudah Adrian mau nerima perjodohan ini demi mama sama papa." ucap Adrian sedikit terpaksa. Anya tersenyum lebar. "Terima kasih ya sayang." ucap Anya sembari mengelus rambut Adrian. Adrian tersenyum. "Iya ma." "Besok kamu jangan pulang telat ya, karena besok keluarga temen Papa bakalan makan malam disini." ucap Arya. Adrian memutar bola matanya malas. "Iya-iya papa." "Ciee yang bentar lagi mau nikah cieee." goda Anna. Adrian menatap tajam kakaknya itu. "Diem deh lo." ketusnya. "Iya gue juga ikut seneng kalo lo seneng." ucap Anna menahan senyumnya. Adrian memutar bola matanya jengah. "Adrian ke kamar dulu ya, mau ngejain tugas." ucapnya lalu melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari semuanya. Bohong jika ia ke kamar untuk mengerjakan tugas, itu ia lakukan karna ingin menghindari percakapan lebih tentang perjodohan sialan ini. Adrian membanting tubuhnya dikasur. Rasanya kepalanya ingin pecah saja karena memikirkan tentang perjodohan gila itu. Bagaimana bisa Mama dan Papanya mempunyai pemikiran untuk menjodohkannya. And what is this? Bahkan wanita tersebut lebih tua tiga tahun darinya. Adrian tak habis pikir, bagaimana bisa wanita itu menyetujui perjodohan ini. Dan bagaimana dengan sekolahnya nantinya ia menikah? Bagaimana jika pihak sekolah tau? Bagaimana jika ia dikeluarkan? Adrian menggelengkan kepalanya. Jelas Adrian tidak mau kalo sampai pihak sekolah mengeluarkannya hanya karena ia sudah menikah. Meski ia seorang troublemaker dan suka tawuran, Adrian sebenarnya salah satu murid terpandai disekolahnya yang mendapatkan nilai di peringkat ke-3 seangkatannya. Adrian bangun dari tidurannya dan langsung berlari ke lantai bawah menemui Papanya. "Pa nanti gimana sekolah Adrian kalo sampe Adrian nikah? Adrian gak mau dikeluarin dari sekolah cuma gara-gara perjodohan gila ini." ucap Adrian langsung. "Kamu tenang aja, papa udah urus semuanya. Papa pastikan kamu gak bakalan dikeluarin dari sekolah." ucap Arya menahan senyumnya. Adrian menghela nafasnya. Pikirannya sedikit lega mendengar jawaban dari Papanya itu. "Yaudah Adrian ke kamar dulu ya." ucap Adrian yang langsung diangguki Arya dan Anya. Adrian lantas membaringkan tubuhnya lagi dan langsung memejamkan matanya. Berharap saat ia bangun nanti semuanya akan kembali seperti sedia kala, tanpa adanya perjodohan gila itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN