Bab 8

1128 Kata
Oceana tidak dapat menahan rasa kantuknya selama pelajaran berlangsung, berusaha melototkan matanya pada papan putih yang penuh dengan rumus  Matematika, padahal matanya sudah 5 watt dan ingin segera terbang ke alam mimpi. Ini semua gara-gara Samudera yang mengajaknya ke kafe sampai hampir larut malam. "Oceana Qiandra Xaquila!" panggil Ibu Alin dengan nada tinggi, sang guru Matematika yang terkenal galak di SMA Harapan Bangsa. Maka terkutuklah kelas yang diajar oleh Ibu yang satu ini. Oceana menatap Ibu Alin seraya menguap membuat wanita paruh baya itu semakin kesal dengan Oceana. "Oceana, kamu sudah mengantuk di jam pelajaran saya, sekarang kamu berani menguap di hadapan saya!" ujarnya penuh tekanan yang membuat bulu kuduk siapapun merinding tetapi tidak dengan Oceana, ia tampak biasa saja. "Saya ngantuk, Bu." "Jam berapa kamu tidur semalam?" "Jam 11 lebih kayaknya, Bu. Saya kalau tidur di atas jam 10 pasti paginya ngantuk, Bu." Rasanya Oceana ingin sekali memejamkan matanya lalu mimpi indah. "Makanya jangan begadang kalau gak kuat itu!" Oceana menguap berkali-kali dan itu sangat mengganggu pemandangan Ibu Alin. "Oceana, sekarang kamu cuci muka biar segar!" "Izin tidur di UKS, Bu. Saya gak butuh cuci muka, saya butuh tidur." "Yasudah, untuk kali ini saya izinkan. Lain kali jangan diulangi." Setelah mengucapkan terima kasih, Oceana berjalan ke arah UKS dengan mata yang ia paksa terbuka seraya menguap berkali-kali. Dari kejauhan ada yang memperhatikannya dan mengikuti dari belakang. Iya, dia adalah Aldric. Saat sampai di UKS, Oceana langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang sempit, baru saja ingin terbang ke alam mimpi tiba-tiba seseorang mengagetkannya. "Oceana, jangan tidur!" Oceana mengucek matanya dan menatap seseorang itu dengan kesal. "Ada apa sih, Kak Aldric?" "Lo gak baca pesan gue yang bilang pagi ini ada rapat Osis untuk persiapan pemilihan ulang ketua dan wakil osis baru!" Oceana tak menggubris, ia memejamkan matanya tapi suara Aldric sangat mengganggu. "Makanya gue ke kelas lo, ternyata lo malah tidur di sini." "Kenapa gak nanti pas istirahat atau pulang sekolah sih?" "Biar gue ada alasan bolos di pelajaran kimia yang melelahkan." Aldric menarik tangan Oceana. Oceana meronta dan berusaha melepaskan cekalan tangan itu. "Tangan gue sakit!" Perlahan Aldric melepaskan dan menatap Oceana yang kembali memejamkan matanya, terdengar napas gadis itu beraturan sepertinya ia sudah terlelap. Tangan Aldric terulur membelai rambut Oceana. "Selamat tidur." Aldric tersenyum simpul sebelum akhirnya keluar dari UKS. ♥ ♥ ♥ Bel istirahat sudah terdengar ke penjuru sekolah lalu Samudera langsung ke kelas Oceana dan Gia memberitahu bahwa sahabatnya itu sedang tidur di UKS. Oceana masih terlelap, enggan untuk bangun. Bahkan, ia tidak merasa terganggu dengan seseorang yang tiba-tiba menggeser posisinya dan tidur di sampingnya sambil memeluk tubuhnya. Samudera menatap wajah Oceana, mendengar deruan napasnya yang teratur dan tangannya terulur untuk menyelipkan anak rambut Oceana ke belakang telinganya. "Lo selalu cantik, bahkan saat tidur lo semakin cantik." Samudera semakin mengeratkan pelukannya, memberikan kenyamanan untuk sahabatnya ini. "Lo pasti ngantuk banget karena gue ajak begadang semalam 'kan?" Lelaki itu tetap bermonolog, tidak peduli bahwa Oceana tidak akan menjawabnya. Pandangannya seakan tidak mau berpindah, layaknya ia sedang menatap sesuatu yang sangat indah dan sayang untuk terlewatkan. "Samudera, apa yang kamu lakukan di sini?" Samudera menoleh dan mendapati Ibu Dian penjaga UKS, yang berdiri sambil bercakak pinggang menatap dirinya seakan ingin memakan hidup-hidup. Samudera turun dari ranjang. "Tidur, Bu. Jagain sahabat saya. Lagian Ibu sih saya datang gak ada, kalau sahabat saya jatuh dari kasur gimana?" "Saya habis dari toilet, kamu jangan modus." Samudera menghela napas. "Yasudah, saya balik ke kelas dulu." Samudera melenggang pergi, padahal ia masih ingin menikmati pemandangan wajah sahabatnya yang terlelap. Tak lama kemudian, Oceana terbangun dari tidur indahnya dan matanya menatap Ibu Dian yang memperhatikannya. "Sudah puas tidur seperti orang pingsan?" tanya penjaga UKS itu yang lebih kepada sindiran. Oceana beranjak dari tempat tidurnya. "Sangat puas, sekarang saya lapar." Ia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya dan waktu istirahat tersisa 10 menit lagi, segera melangkahkan kakinya dan rela berdesak-desakan hanya untuk mencari pengisi perut. Mata Oceana terhenti kepada Samudera dan Aldric yang sedang memakan bakso. Gadis itu menghampiri dan dan duduk di sebelah sahabatnya. "Sam, pesanin gue makanan dong, lapar banget sumpah." Samudera menatap Oceana. "Baru bangun langsung lapar, tunggu sebentar." Ia langsung berdiri dan mengantri makanan untuk Oceana. Aldric menatap wajah Oceana, wajah natural baru bangun tidur dan itu terlihat sangat lucu, Oceana menyipitkan matanya karena merasa diperhatikan secara intens. "Kenapa?" Aldric mengendikkan bahunya dan kembali menyantap baksonya yang tersisa setengah. Samudera datang dengam semangkuk bakso dam segelas es jeruk. "Sahabat gue emang baik." Kemudian Oceana mulai menyantap makanannya. "Apa sih yang gak buat lo." Aldric berdiri. "Gue ke kelas duluan." Tanpa menunggu jawaban, Aldric langsung meninggalkan kantin. "Teman makan teman ya gini, tusuk dari belakang." Oceana menghentikan aktivitasnya dan menatap sumber suara yang berasal di sebelahnya. Oceana berdiri dan menatap tajam seseorang yang telah menyindirnya. "Atas dasar apa lo bilang gue teman makan teman? Gue makannya nasi kok!" Gea mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. "Asal kalian semua tahu wakil ketua Osis HarBang, telah merebut cowoknya Ara. Mereka putus di anniv mereka yang ke satu tahun, katanya sih sahabat ternyata bulshit." Ara dan Gia hanya menjadi pendengar yang baik atas sindiran Gea terrhadapa Oceana. Samudera bangkit dari tempat duduknya. "Dia sahabat gue, satu dunia juga tahu kalau gue sama dia sahabatan! Jadi buat lo yang namanya gue gak tahu, gak usah judge Oceana, ngerti?" Samudera semakin menatap tajam Gea. "Gue sekarang single, jomblo, lajang atau apapun itu jadi jangan sok tahu." Tentu saja berita kejombloan Samudera menjadi kebahagiaan tersendiri untuk siswi Harapan Bangsa yang mengagumi Samudera. Samudera merangkul Oceana keluar kantin, padahal Oceana masih lapar. "Sam, gue masih lapar. Astaga." "Kita cari tempat lain. Gue gak suka ada yang permaluin sahabat gue depan umum." Oceana menghentikan langkahnya, juga membuat Samudera ikut terhenti. "Gue emang salah kali ya Sam?" "Gak, lo gak salah." "Tapi—" "Lo masih lapar 'kan? Sekarang kita cari makanan." "Mau bolos?" Samudera mengangguk. "Mana bisa?" "Banyak alasan menuju bolos." Oceana tersenyum dan mengikuti langkah kaki sahabatnya. Samudera alasan kepada satpam bahwa perut Oceana sakit dan harus dibawa pulang ke rumah, tentu Oceana ikut dalam drama itu agar lebih meyakinkan. Akhirnya satpam yang mudah dibohongi itu membukakan mereka gerbang. ♥ ♥ ♥ Pelayan kedai membawa nampan yang berisi makanan dengan menu utama ayam yang lezat, Oceana langsung menyantapnya dengah hikmad. "Lo gak makan?" Samudera menggeleng. "Semua buat lo. Gue udah kenyang." "Best friend." Sesekali Oceana memainkan ponselnya dan saat ia membuka aplikasi w******p, matanya langsung membulat sempurna. Girl's squad Gea keluar Ara keluar Gia keluar Samudera yang melihat ekspresi wajah Oceana yang berubah langsung meraih ponsel di tangannya dan melihat apa yang terjadi. Ia menghembuskan napas kasar dan memberikan kekuatan pada sahabatnya itu. "Sahabat bukan cuma mereka, masih ada gue." Oceana mengangguk dan berusaha tetap tersenyum. "Jangan pernah tinggalin gue, Sam." "I always stay with you." ♥ ♥ ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN