Bab 6

1099 Kata
Tidur siang Oceana harus terganggu karena Samudera datang menyeretnya keluar kamar dan sampailah sekarang mereka di mall, sedari tadi Oceana hanya mengikuti kemana langkah kaki Samudera tanpa tahu maksud dan tujuannya ke sini. Keluar masuk toko tidak jelas membuat Oceana kesal kemudian ia menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba, Samudera menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa sih Sam? Kalau gak jelas mending gue pulang naik taksi!" Samudera merangkul pundak Oceana tanpa sepatah katapun, gadis itu semakin kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti kemauan sahabat gilanya ini. Mereka masuk ke toko boneka dan berkeliling mencari boneka yang indah. Samudera mengambil sebuah boneka beruang besar yang berwarna cokelat. "Ini bagus, Na?" Oceana mengangguk. "Bagus, buat gue ya?" "PD." Oceana mengerucutkan bibirnya kemudian mengikuti Samudera yang berjalan ke arah kasir, setelah selesai membayar mereka keluar dari toko boneka itu kemudian masuk ke toko florist. "Lah sekarang bunga lagi?" tanya Oceana bingung. Lagi-lagi Samudera tidak merespon, Oceana duduk di sofa yang tersedia di tempat itu, biarkan Samudera memilih apa yang ia mau. Jangan bilang dia mau nembak gue? Gue belum sanggup rubah status sahabat menjadi pacar apalagi dia baru putus sama Ara dan di hati gue masih ada Rasya. "Yuk," ajak Samudera, setelah ia sudah mendapatkan bunga pilihannya. Oceana berjalan beriringan dengan Samudera. "Sini biar gue aja yang bawa bonekanya," Oceana mengambil alih boneka itu. "Awas jangan sampai lecet." "Astaga bukan manusia ini Sam, takut banget lecet!" Samudera tidak menanggapi ocehan Oceana, padahal gadis itu penasaran setengah mampus apa yang ingin Samudera lakukan sebenarnya. ♥ ♥ ♥ Saat mobil Samudera berhenti di depan rumah Ara membuat kening Oceana berkerut seakan meminta penjelasan kepada sahabatnya itu. Samudera tersenyum tipis kemudian mengacak rambut Oceana. "Hari ini anniversary gue yang ke satu tahun sama Ara." Oceana tidak tahu kapan tanggal jadian mereka dan tidak mau tahu karena itu bukan urusannya, yang jadi masalah bukan itu tapi l tadi pagi Samudera baru putus dengan Ara. Lalu ini apa? "Yang gue bilang bosan tadi pagi itu dusta, gue masih sayang sama dia." Oceana menangkap maksud Samudera. "Jadi maksudnya lo cuma mau ngerjain Ara di hari anniversary kalian?"?) Samudera mengangguk dan keluar dari mobil dengan memegang boneka besar dan bunga itu. Oceana keluar mengikuti langkah Samudera. Oceana memencet bel, beberapa saat kemudian muncuk wanita paruhbaya yang tak lain adalah Mamanya Ara, setelah itu mereka dipersilakan masuk. "Langsung ke kamarnya Ara aja ya, dari tadi pulang sekolah dia belum keluar," Samudera dan Oceana mengangguk. Kemudian mereka naik ke lantai dua. Kebetulan kamarnya tidak dikunci lalu Oceana memutar knop pintu kemudian Samudera langsung masuk, tampaknya Ara sedang tidur tengkurap. Oceana menyaksikan mereka dari luar. "Sayang...," Samudera berdiri di dekat ranjang Ara, refleks gadis itu bangkit dari ranjanganya seraya menyeka air matanya yang sedari tidak berhenti menangis. "Pasti ini halu 'kan? Gak mungkin Samudera di sini." Ara menggeleng kuat. "Happy anniversary, Afatunnisa Arabella." Samudera mengarahkan boneka beruang besar ke hadapan Ara. Namun, Ara masih bergeming. Ia masih belum sadar kalau apa yang ia lihat adalah nyata bukan ilusi yang ia ciptakan. "Ara, kamu gak lagi berhalusinasi." "Kamu benar Samudera?" tanya Ara memastikan, bisa saja detik berikutnya cowok di hadapannya ini menghilang. "Iya, aku Samudera." "Dia jawab, berarti gue gak halusinasi," gumamnya. Detik berikutnya ia meraih boneka itu kemudian memeluknya. Bunga yang masih dipegang oleh Samudera ia berikan kepada Ara. "Happy anniversary, sayang." "Anniv? Kita 'kan udah putus." "Aku cuma kerjain kamu, lucu aja buat kamu nangis di hari anniv kita yang ke satu tahun." Mata Ara membulat lucu dan menatap Samudera kesal. "Ih jahat, aku udah nangis bombay ternyata dikerjain doang." Samudera mengelus rambut Ara. "Maaf ya, sayang." Ara meletakkan bunga dan boneka itu di atas kasur lalu ia memeluk Samudera. "Gak apa-apa, aku sayang kamu." Samudera membalas pelukan itu. "Aku juga, jangan nangis lagi." Hati Oceana seperti tertusuk duri melihat adegan di depan matanya. Gue gak mungkin baper sama sahabat gue sendiri, pasti gue cuma terharu. Iya, gue senang mereka baikan. Oceana langsung masuk ke kamar Ara seraya menampilkan senyuman terbaiknya, sepasang kekasih itu melepaskan pelukannya melihat kedatangan Oceana. "Happy anniv ya dua sahabat jelek gue." Oceana dan Ara saling berpelukan. "Sorry ya, Na. Gue udah tampar lo tadi pagi terus nuduh lo." "Iya, Ra. Pokoknya lo gak usah khawatir. Gue sama Samudera itu murni sahabatan." "Iya sayang dan maafin aku ya kalau aku kesannya cuekin kamu dan kamu gak boleh sakiti Oceana lagi," ujar Samudera. "Gue pulang dulu ya," ujar Oceana tiba-tiba. "Kok buru-buru?" tanya Ara. "Gak apa-apa, pasti kalian mau quality time. Jalan dah kalian ke ragunan kek, ke gunung kek, ke ancol kek atau ke mana gitu," celetuk asal Oceana. "Tapi gue antar dulu?" "Gak usah, gue pesan grab aja." Samudera mengacak rambut sahabatnya untuk kesekian kalinya karena itu memang hobinya. "Hati-hati, jangan bikin gue khawatir kayak waktu itu." "Siap." "Aku siap-siap dulu, sayang." Samudera mengangguk. "Ok, aku tunggu di bawah." Samudera dam Oceana menuruni tangga beriringan. "Yakin gak perlu gue anatar?" "Iya, yaudah gue cabut ya." Oceana berjalan ke luar rumah. ♥ ♥ ♥ Oceana berjalan dengan langkah gontai memasuki rumahnya, ia melihat orangtuanya dan Adrian sedang duduk di ruang tengah dan tidak berniat untuk ikut gabung. "Na, ayo kumpul." "Malas, Bun. Mau ke kamar aja." Oceana naik ke lantai dua dan menuju kamarnya. Ia menghela napas kemudian duduk di meja belajar seraya memandangi pigura foto dirinya dengan Samudera saat masih SMP. Oceana tersenyum simpul melihat rangkulan sahabatnya itu. Pikiran Oceana terbang ke masa lalu. Saat kelas 8, Oceana pulang sore karena ada pelajaran tambahan dan teman-temannya sudah pada pulang. Ia masih menunggu dijemput oleh Ayahnya. Langkah kaki Oceana terhenti saat melewati koridor karena ada cowok yang bermain basket seorang diri di tengah lapangan. Tembakan-tembakan keren tepat sasaran masuk ke ring membuat Oceana berdecak kagum. Apalagi saat dribble-nya terdengar begitu indah. Oceana tahu siapa cowok itu karena sering menjadi topik pembicaraan teman-temannya di kelas. Ia berjalan ke tengah lapangan kemudian memanggilnya. "Kak...," Cowok itu merasa terpanggil, ia menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. "Bisa ajarin gue main basket gak? Soalnya gue remedial mulu kalau ada olahraga basket." "Kenapa minta ajarin gue?" "Karena lo jago, Kak." "Nama lo siapa?" "Oceana Qiandra Xaquila." "Ok, Oceana. Panggil gue Sam atau Samudera." "Lo 'kakak kelas gue." "Lo sekarang sahabat gue jadi gak perlu panggil Kak." "Sahabat?" "Iya, karena lo udah berani minta ajarin gue berarti lo sekarang adalah sahabat gue." "Kenapa gak pacar aja?" gumam Oceana tidak jelas. "Apa?" Oceana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ayo ajarin aku." Setelah itu mereka bermain basket bersama. Lebih tepatnya Samudera yang mengajari Oceana, sejak saat itu mulai dekat bahkan tak jarang banyak yang menganggap mereka relationship padahal nyatanya cuma friendship. ♥ ♥ ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN