"Matamu kenapa?" "Oh, kemasukan debu, Paman." "Ingin mengambil mobil?" "Iya," kepala Razzi mengangguk. "Ini kuncinya." "Terima kasih, Paman. Aku pergi dulu, Assalamualaikum." Razzi mencium punggung tangan Aska. Aska mengikuti Razzi dengan tatapannya, ada yang terasa mengganjal di dalam hatinya. Sementara itu, Rara membawa motornya santai saja, semalam Si Mbah mengatakan kalau libur jualan dulu. Karena ia diminta menjadi kepala dapur di rumah salah satu warga yang akan mengadakan acara resepsi pernikahan anaknya. Rara membawa motor sambil memikirkan tentang amplop yang Razzi berikan. Ia menebak-nebak apa isinya. Masih terbayang tatapan mata Razzi. Tatapan yang menggetarkan jiwanya. 'Ikhlas, Ra. Ayo berusaha, kamu pasti bisa.' Brakk! Suara benda jatuh membuat Rara yang ingin memu