6. Aku Pria yang Jahat. Aku Pangeran Kegelapan — I'm a bad guy. I'm the Prince of Darkness.

1884 Kata
"Jangan mudah percaya terhadap orang yang baru kamu kenal selintas. Apalagi yang menyembunyikan privasinya sedemikian rupa darimu dan semua orang. Siapa tahu dia memang berasal dari dimensi yang gelap. Siapa tahu dia sungguh seorang Pangeran Kegelapan. Dia pasti akan meredupkan pelita indah dalam hidupmu. Hingga kamu, turut berkabung dengan kegelapan bersamanya." ZEKRION A. LAITH ⠀ Laith Gallery House ⠀ "Apa semuanya sudah beres?" Zekrion menggores pen digital ke iPad, membentuk gambar bangun sebuah ruangan. "...." Good job."^ Senyum terukir di bibirnya saat mendengar jawaban di seberang telepon. "Gimana dengan bocah itu? Dia sudah berjanji untuk tutup mulut, 'kan?" "...." "Baguslah. Tidak ada yang curiga?" "...." Zekrion mendengus sinis, menganggukkan kepala. Tampak puas mendengar laporan tangan kanannya. "Persiapan lainnya sudah sempurna?" "...." "Well done!"^^ seringainya. "Jangan bodoh. Aku tidak akan pernah mundur, tentu saja. Kamu tahu itu. Aku sudah menunggu sangat lama." "...." "Selagi kamu melakukan segala yang aku arahkan dengan sempurna, maka tidak ada satu pun yang bisa menggagalkannya." ⠀ Rion memutus panggilan. Matanya menatap intens sosok yang begitu tekun mengukir potongan kayu di hadapannya. Semangat bocah itu untuk membuktikan diri, mengingatkan Rion akan dirinya dua belas tahun yang lalu. Begitu lugu dengan aura positif terhadap segala hal. Sampai-sampai tidak bisa membaca niat dan karakter seorang iblis yang berpenampilan layaknya malaikat. Bocah remaja itu menengadahkan kepala, sadar sedang diperhatikan. Wajahnya menimbulkan sesuatu yang menggelegak dalam diri Rion. Mengingatkannya pada sosok lain dari masa lalunya. Mata biru itu menyorot tajam ke arahnya, mengedip sambil tersenyum jenaka. Buat Rion senyum itu hanyalah seringai serigala berbulu domba. Ia membenci sosok di hadapannya, tapi ... ia senang, cecunguk kecil ini masih polos. Mungkin beberapa tahun lagi, semua prinsip mulia bocah ini akan berubah seperti Rion dulu. Dan Rion akan teramat bangga, jika bisa menjadi alasan kehancuran karakter bocah ini dan semua imajinasi polosnya tentang segala yang baik. Rion akan membuatnya membenci apa yang Rion benci. Rion balas tersenyum. "Kamu yakin bisa mengukir semua ini sesuai pola?" Sosok di hadapannya mengangguk cepat. "Yakin!" "Gimana kalau sampai batas waktu aku kembali, uhm ... mungkin sekitar enam bulan lagi, proyek dasar bangunanmu belum selesai juga?" "In Syaa Allah akan selesai," jawabnya tegas. "Aku bahkan ingin memecahkan rekor di bawah enam bulan." Zekrion tergelak. Sangat percaya diri. Kalau saja ia tidak mengingat separuh jati diri bocah ini, Rion pasti sudah mengangkatnya sebagai anak. "Kalau begitu buat aku bangga dan jangan pernah mengecewakanku. Jadilah orangku," ucap Rion lagi. "Tentu saja. Aku adalah orangmu dan kamu adalah salah satu orang yang paling aku kagumi." "Salah satu, ya? Memangnya ada orang lain lagi yang kamu kagumi?" "Ya, ada. Keluarga besar temanku. Keluarga Reinhardt, keluarga Ricci dan Davies. Mereka semua orang yang aku kagumi. Mereka menyayangiku." Sudut bibir Rion terangkat. Ia mengenali tiga keluarga triliuner itu. Salah seorang dari mereka, Nates Ricci, juga sangat dekat dengannya. Khususnya Ricci dan Davies, merekalah yang menyokong dirinya ketika ia begitu terpuruk. "Bagaimana dengan Daddymu. Apa kamu tidak mengaguminya, Zicho?" Remaja bernama Zicho itu berhenti sejenak. Berpikir keras harus menjawab apa. Ia menatap Rion sendu dengan mata berkaca-kaca. "Aku membaca profilnya dan perusahaannya. Aku menghargai semangat juangnya mengangkat nama perusahaannya yang hampir bangkrut dulu. Masa mudanya berat, tapi dia bisa melaluinya dengan baik. Hanya saja ..., aku tahu dia membenciku dan sama sekali tidak menginginkanku menjadi anaknya. Dia bahkan tidak tahu siapa Ibuku. Bagaimana bisa aku kagum padanya. Buatnya, saudariku adalah satu-satunya putrinya. Darah dagingnya. Orang yang paling dia sayangi. Dia bahkan tidak menyayangi Mommy, istri sahnya sendiri. Jadi, wajar saja jika dia tidak mengakuiku dan siapa pun ibuku." Rion menganalisa sorot mata biru itu. Senang karena, ternyata bocah ini bahkan tidak mengidolakan ayah kandungnya sendiri. Rion mendengus. "Kalau begitu, apa kamu membenci Kakakmu? Dia mengambil kasih sayang Daddy mu begitu saja." Alis Zicho mengernyit. "Aku sangat menyayangi Kakakku. Kalau ada alasan buatku untuk terus berjuang dan membuktikan diriku, maka Kakakku adalah alasan terkuatnya. Anda tidak akan bisa menemukan Kakak dan Mommy yang mau menerima dan menyayangi putra tidak sah dari suami atau ayahnya sendiri," ucap Zicho berapi-api. "Tapi, mereka berdua menerimaku. Sementara Daddyku sendiri ... menolakku mentah-mentah." Air mata menetes dengan sendirinya di wajah remaja itu. Pisau ukir bergetar di tangannya. "Stop! Jangan lanjutkan ukiranmu!" titah Rion. "Aku tidak apa-apa, Sir." Zicho mengusap air mata dengan lengan kemejanya. "Aku tidak akan terluka," ucapnya sambil mengarahkan kembali pisau ukirnya ke kayu. Zekrion bangkit dari duduknya. Ia merebut pisau tadi dari tangan bocah itu. "Kubilang berhenti." Ia menatap mata biru itu dengan intens. "Emosi negatif akan menghasilkan karya yang tidak sempurna. Kamu harus pahami itu." Ia duduk di bangku di sebelah Zicho. "Bagus sekali pun hasil ukiranmu, itu hanyalah sekadar tampilan. Rasa di dalamnya sudah menjadi hambar, karena kenangan yang masuk saat membuatnya adalah kenangan buruk. Kamu butuh mood positif, semangat dan motivasi yang bagus saat mengukir maupun melakukan pekerjaan apapun. Pikirlan sesuatu yang menyenangkan atau seseorang yang membuatmu kembali bersemangat, baru boleh mengukir kembali." Rion menjauhkan peralatan ukir bocah itu ke sisinya. "Apa motivasi terbesarmu untuk mempelajari ini?" Zicho mengejapkan mata, berpikir sejenak. "Aku ingin jadi orang yang sukses. Aku ingin membuat Kakakku bangga. Dia pernah cerita padaku, perusahaan Daddy sedang mengalami kesulitan. Kalau seandainya perusahaan itu bangkrut, bagaimana nasib Kakak dan Mommy nanti? Aku tidak mau mereka terlantar. Aku memang masih SMP. Tapi sebentar lagi aku akan SMA. Kalau aku bisa berbisnis mulai dari sekarang, setelah tamat SMA, aku akan membangun usahaku sendiri. Jadi kalau terjadi hal buruk pada perusahaan Daddy, Kak Ceisya dan Mommy masih punya aku." Rion terkekeh. "Kak Ceisya dan Mommy. Lalu gimana dengan Daddymu? Apa kamu akan membuangnya?" Zicho terdiam. "Aku tidak bisa membuangnya begitu saja. Kakak dan Mommy akan sedih. Adam Reyes juga orang yang menyekolahkanku di sekolah yang bahkan anak Panti biasa, tidak akan sanggup menjangkau pintu pagarnya. Aku anggap, jika aku menolongnya, hutangku padanya akan lunas. Tapi si Adam itu punya gengsi tinggi, aku tidak yakin dia mau aku menampungnya!" Rion terbahak. Sungguh pola pikir yang suci dari segala hadas dan najis. Seandainya saja Rion masih punya sebagian keciiil ... saja dari sifat pemaaf Zicho. Sayangnya Rion tidak punya. "Baiklah, kamu sudah membuktikan bahwa kamu begitu menyayangi kakakmu. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah menyerahkan kado ulang tahunnya?" ucap Rion penasaran. Zicho tersenyum riang. Matanya berbinar-binar saat mengambil ponselnya, memperlihatkan akun instalkgram kakaknya. Rion menunduk menatap postingan akun Ceisya Reyes dengan centang biru. Tentu saja, wanita itu terkenal bukan hanya sebagai putri Adam Reyes, tetapi juga sahabat selebgram Syallica dan Twins YouTobest Harzel dan Rayel Ricci. Sejujurnya Rion sudah mem-follow^^^ akun Ceisya. Sekadar menjadi stalker^^^^ yang ingin tahu apa saja kegiatan Ceisya. Mungkin juga ... uhm ... mencuri dan mengoleksi foto gadis itu diam-diam. Yeah ... gadis itu membagikannya di postingan social media, itu pertanda dia mempersilahkan siapa pun untuk men-download dan memiliki fotonya. Bisa untuk dipandangi, bisa juga jadi bahan pelet atau santet. Ck! Apa Rion terdengar seperti psikopat? So creepy.^^^^^ Hah! Ia tidak pernah berkeinginan memelet Ceisya, tentu saja. Rion punya banyak modal untuk memesona dan menggaet gadis mana pun. Lihat saja nanti. Ceisya akan bertekuk lutut di hadapannya! ⠀ "Lihat, dia memposting kado buatanku," tunjuk Zicho pada postingan Ceisya dua jam yang lalu. Matanya tampak berbinar-binar. Foto ksatria berzirah dengan kuda hitam dalam beragam sisi sebanyak tujuh foto dengan caption: ⠀ With @ZCho_Portal Love U my Bro ^_~ "Mysterious knights with black war horses. Terlalu banyak pujian justru mencurigakan. Buatku, dirimu tak lebih sekadar Pangeran Kegelapan." ⠀ Rion melirik Zicho. "Dia menyebutku Pangeran Kegelapan?" Zicho terkekeh. "Itu karena dia ngambek. Aku tidak bisa menceritakan siapa Anda, nama, alamat, pekerjaan, semua tentang Anda, Sir. Anda melarangku, 'kan .... Tapi aku memang cerita kalau Anda orang yang mengajariku mengukir dan Anda masih muda dan gagah." Rion mendengus tertawa. Begitukah pandangan Zicho terhadapnya? "Kamu setuju kalau aku Pangeran Kegelapan?" tanya Rion lagi. Zicho menggeleng cepat. "Jelas bukan. Anda pria yang sangat baik, Sir," puji bocah itu tulus. "Bagaimana kalau ternyata aku memang Pangeran Kegelapan, hum?" "Aku tidak percaya," ucap Zicho. Remaja itu meng-scroll^^^^^^ postingan Ceisya yang lain. Berhenti di satu postingan foto Ceisya yang terlihat cantik mengenakan mini dress leher sabrina dengan aksen motif style bohemian. Gadis itu sepertinya sedang dapat job endorse di sebuah Cafè dengan konsep bohemian. Ia bersama temannya Syallica. "Apa menurut Anda ... Kakakku cantik?" Rion menatap bocah remaja itu. Jangan bilang tatapan itu ... terlihat penuh harap. "Jangan bilang kamu sedang mencomblangiku?" Zicho tersenyum malu-malu. "Kakakku gadis yang sangat cantik. Dia cerdas, ramah dan baik hati. Semua orang sayang padanya. Sedihnya, semua pria yang mendekati Kak Ceisya adalah orang yang bodoh. Dia harusnya bertemu dengan pria yang kuat, cerdas, tampan dan baik." Rion tergelak dalam hati. "Jadi kamu pikir aku memenuhi syarat itu?" "Ya! Tidak ada ruginya punya ipar seperti Anda." Rion tertawa terbahak-bahak. Kenapa bocah ini begitu frontal mengatakan apa yang dia pikirkan? Sungguh berbeda sekali dengan saat pertama kali Rion bertemu dengannya. Bocah ini sangat pesimis, mudah curiga dan sulit didekati. Apa segitu percayanya dia pada Rion sekarang? Sungguh Rion tidak sabar untuk melihat reaksi Zicho begitu tahu apa yang akan dia lakukan nanti. Membenci seseorang sementara kamu punya hutang budi dengannya itu sungguh situasi yang sangat rumit. Rion mengusap puncak kepala Zicho. "Kalau begitu aku mau menjadi iparmu." "Anda akan membahagiakan Kakakku, 'kan?" tukas Zicho riang. Kenapa bocah ini terlihat sejinak anak kucing begini? Kucing putih kecil bermata biru cyan. Ingin rasanya Rion memeliharanya. Rion melirik postingan terbaru Ceisya. Mengerutkan kening dengan bibir menipis. "Sepertinya tidak. Aku akan membuatnya menderita. Lihat!" Rion menunjuk postingan itu. Zicho ikut menatap ke layar. Di sana baru saja muncul foto-foto terbaru Ceisya dengan sahabat-sahabatnya, termasuk si kembar Harzel dan Rayel dan beberapa orang teman lelaki lainnya. "Coba lihay story-nya," cetus Rion. Zicho menekan story Ceisya. Muncul beberapa video bumerang dan video siaran langsung Ceisya beserta kawan-kawan. Siapa lagi laki-laki yang duduk di samping Ceisya?! Pria baru? Teman Tapi Mudus-nya lagi? Gadis ini benar-benar persis seperti Daddynya! Mudah sekali mendapat pasangan. Lelaki yang berusaha mendekatinya seakan tak ada habisnya. Dipangkas satu, tumbuh seribu. Sialan! Ceisya bahkan membiarkan pria-pria pencari perhatian itu beredar mengelilinginya. Memangnya dia tidak punya hati untuk bersedih? Bukankah pacarnya baru saja meninggalkannya? rutuk Rion penuh kesumat. Ia menelisik pria yang ada dalam postingan dan live streaming Ceisya. Mungkin nanti ia akan menyelidiki siapa pria itu dan hubungannya dengan Ceisya. "Sir, Anda jangan berpikiran buruk dulu. Kakakku hanya sedang makan bersama teman-temannya." "Dia punya dua orang teman wanita dan sangat banyak teman lelaki, ya," simpul Rion. "Aku akan bilang Kakakku untuk menjaga jarak dengan teman lelakinya," ucap Zicho merayu. "Anda masih mau jadi iparku, 'kan?" Rion mendengus. "Bagaimana kalau ternyata aku malah membuatnya menderita?" "Itu tidak mungkin. Anda orang yang sangat pemikir, baik dan penyabar. Anda pasti akan berhati-hati untuk tidak menyakiti Kakakku." "Kamu seyakin itu?" Rion menyipitkan mata pada Zicho. "Kamu tidak terlalu mengenalku, Bocah Dewasa. "Aku juga punya sifat buruk." "Oh, ya?" "Aku manusia biasa dan aku jelas punya sifat buruk." Rion menggores pisau ukir ke miniatur berbentuk anjing. "Kamu lihat ukiran ini? Aku salah menyabet bentuk telinganya. Itu cacat tak termaafkan di mataku. Jika ukiran ini diperbaiki sekalipun, pasti akan terlihat tidak sempurna. Anjing ini sangat buruk. Aku mengukirnya dalam suasana hati yang juga teramat buruk semalam." Rion mematahkan kepala miniatur Anjing tadi. Membuat Zicho berjengit kaget. "Aku orang yang jahat. Aku juga bukanlah orang yang 'pemaaf' khususnya atas sesuatu yang sifatnya terlihat buruk."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN