“Nama yang cantik! Sama seperti orangnya yang sangat menarik dan kuat!” puji Raffa memberikan seulas senyuman tipis pada Vanesha yang hanya menggetarkan sudut bibirnya menyeringai masam.
Dokter dan team perawatnya muncul hendak membawa Vanesha ke ruang operasi , sehingga Raffa menyingkir yang kemudian ia turut mengiringi brangkar Vanesha dari belakang dan menunggu di depan ruang operasi dengan bibir tersungging senyuman tipis.
Ronald kembali dengan dua cup kopi di tangannya.
Pria itu terkejut karena tidak melihat Vanesha di tempatnya. Melihat itu Raffa paham dan dia mengajak Ronald menunggu di ruang tunggu.
"Dia sedang di operasi. Aku ingin bicara denganmu," ujar Raffa sembari menjatuhkan bokongnya di kursi tunggu yang berjajar rapih di ruang operasi
Ronald pun ikut duduk di sebelahnya bersamaan dengan itu dia menyerahkan satu cup kopi pada Raffa.
Raffa menarik napas nafas dalam, bersiap untuk menceritakan sebuah kronologis kejadian yang mengakibatkan Vanesha menjadi korban.
***
Raffa baru saja tiba di gudang suku cadang mobil mewah yang menjadi bisnis legalnya, untuk memeriksa langsung persiapan pesanan klien yang dia sebut dengan nama Sultan karena nilai transaksinya sangat besar.
“Apakah semuanya aman terkendali?” tanya Raffa pada pria berusia 40tahunan yang datang tergopoh-gopoh keluar dari ruangan kantornya menyambut Raffa.
“Aman, Bos!” sahut sang pria cepat, berusaha meredakan debaran jantungnya berdentam-dentam tidak beraturan dalam rongga dadanya.
Raffa kembali menoleh melirik pria kepala gudangnya dengan sudut mata tajamnya, “Catatan stok barang!” pintanya tegas juga sangat dingin tanpa bisa ditawar ataupun ditunda sedikitpun.
“Sebentar, Bos.” Yogi-kepala gudang menjawab cepat.
Pria itu setengah berlari memasuki ruangan kantornya dimana Raffa tetap berdiri di luar ruangan besar tengah gudang memperhatikan para karyawannya sibuk bekerja. Ada yang sedang mengemas barang untuk di kirim, ada juga yang memegang papan alas untuk memeriksa persediaan.
Tidak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajah atau bersantai ketika Raffa sedang berkunjung ke gudang. Bahkan yang sedang terdesak buang air pun akan berusaha mati-matian menahan buang hajatnya.
Yogi kembali dengan catatan stok barang yang di periksa oleh anak buahnya setiap hari, menyodorkannya ke depan sang atasan.
Raffa melirik wanita cantik berwajah dingin yang selalu setia mendampinginya sebagai asisten juga sekretaris di perusahaannya.
Elmyra, sang wanita cantik segera mengambil papan catatan dari tangan Yogi dan mencocokkan dengan pendataannya yang dia terima beberapa hari lalu.
Sementara wanita itu memeriksa laporan stok barang, Raffa melangkahkan kakinya semakin masuk ke dalam gudangnya yang terdiri beberapa sekat dan jenis pekerjaan yang berbeda satu sama lainnya.
“Hati-hati, jangan sampai rusak!” Yogi memberikan teguran pada anak buahnya yang terlihat gugup bekerja ketika melihat kehadiran Raffa.
Raffa tidak banyak bicara, tetapi matanya sangat jeli memperhatikan semua pergerakan para karyawan yang telah ia bayar mahal tersebut.
“Semua stok lengkap, Bos.” Elmyra memberitahukan hasil pemeriksaannya pada bossnya yang tetap berwajah kaku menanggapi dengan deheman pendek.
Kepala gudang itu mengangguk dan memberikan seulas senyuman manis pada Elmyra ketika wanita muda itu mengembalikan catatan stok barang padanya. Meskipun tanggapan dari dia juga tidak berbeda jauh dengan Raffa. Sama-sama manusia dingin tanpa ekspresi!
“Hubungi Sultan, pesanannya sudah siap dan akan dalam pengiriman malam ini.” ucap Raffa dengan menoleh sedikit pada Elmyra.
Sang asistent plus sekretarisnya Raffa itu langsung segera membuka ponsel dan menghubungi Sultan dalam panggilan telpon yang dia berikan pada Raffa, begitu telpon telah tersambung. Mengabaikan alis bos tampannya itu yang sedikit bertaut tidak senang.
“Raffa …” Terdengar suara pria muda memanggil Raffa dengan ramah.
“Pesananmu sudah siap dan akan dalam pengiriman malam ini.” Raffa berkata to the point memberitahukan pesanan sang Sultan.
“Ini yang ku suka berbisnis denganmu. Kau selalu memberikan kabar baik untukku. Akan ku lunasi sisa pembayarannya begitu pesananku telah tiba di sini," sahut sang Sultan terdengar ceria.
“Baik!”
Raffa segera memberikan ponsel ke tangan Elmyra begitu dia selesai menjawab pendek. “Lain kali, hubungi dia atas namaku. Aku tidak suka berhubungan dengan pria banyak bicara selain membicarakan pesanan bisnis,” tutur Raffa di depan wajah Elmyra yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua.
Sudut bibir merah tertarik naik, ia tersenyum sangat tipis dan menganggukkan kepala menanggapi perkataan Raffa.
Yogi hendak menawarkan kopi pada Raffa dan Elmyra, ketika seseorang datang setengah berlari ke hadapan Raffa.
“Ada masalah apa lagi?” dengkus Raffa bertanya pada Dewa, pria yang datang menghampirinya tersebut.
“Saya ingin bicara, Bos,” ucap Dewa pelan karena ada Yogi dan Elmyra di samping bos tampannya tersebut.
Raffa menoleh pada Yogi, “Siapkan kontainer dan barang-barang yang akan dikirim untuk Sultan. Pastikan tidak ada cacat atau masalah terjadi!”
“Baik, Bos.” Yogi segera berlalu dari hadapan Raffa untuk melakukan tugasnya.
“Katakan!” tegas Raffa pada Dewa seraya berjalan ke arah pintu keluar gudang diiringi Dewa dan Elmyra di belakangnya.
“Frans Shaka baru saja terlihat mendatangi perusahaan.”
Langkah kaki Raffa langsung berhenti mendadak, dia menoleh ke belakang dan memindai wajah Dewa dengan tatapan menghunus tajam.
“Siapa tadi kau bilang?”
“Frans Shaka tanpa janji meminta bertemu dengan Anda untuk membicarakan bisnis,” ulang Dewa memperjelas maksud perkataannya pada Raffa.
Tatapan mata elang Raffa berpindah dari Dewa ke Elmyra, “Kita kembali ke perusahaan!” ditanggapi anggukan Elmyra yang segera menghubungi para pengawal di bagian depan gudang untuk bersiap-siap.
“Kau … tetap kontrol muatan untuk Sultan. Dia memiliki pemesanan dengan nilai besar, jangan sampai ada kesalahan terjadi. Mengerti?” titahnya dengan jari menunjuk lurus pada Dewa.
“Mengerti, Bos.”
Dewa menerima dokumen daftar barang pesanan Automotif dari tangan Elmyra untuk seseorang yang di sebut Sultan oleh Raffa. Sementara Raffa sudah melangkah lebar keluar dari gudang diikuti Elmyra.
Dari pergerakan Raffa, terlihat jelas jika suasana hati pria tampan yang dingin itu tidak sedang baik. Apalagi setelah tadi mendengar nama Frans Shaka di sebut, pria yang pernah dianggap sahabat oleh Raffa tetapi tega mengkhianatinya dengan cara yang sangat licik.
Untuk apa lagi pria kotor itu mendatangi Raffa?
Raffa dan Elmyra meninggalkan gedung untuk kembali ke mobil di mana sudah ada pria-pria berpakaian hitam dengan alat dengar berkabel keriting di telinga mereka. Begitu melihat bos mereka dan Elmyra datang, salah seorang pria langsung sigap membukakan pintu mobil.
“Apa Anda membuat janji dengan Frans Shaka secara pribadi sebelumnya, Bos?” Elmyra memberanikan diri untuk bertanya setelah mereka berada di dalam mobil, perjalanan menuju perusahaan.
Elmyra adalah asisten pribadi sekaligus sekretaris Raffa. Semua janji untuk Raffa harus melewati dirinya terlebih dahulu. Tetapi wanita muda itu tidak ada menerima janji temu atas nama Frans untuk Raffa.
“Aku tidak berbisnis dengan rubah licik seperti pria b******n itu!” suara bariton Raffa terdengar marah, seperti baru saja menerima tuduhan tidak beralasan. “Akan ku bolongi kepalanya jika dia berani menemuiku bukan karena hal penting!”
Elmyra segera menanggapi dengan anggukan cepat dan mengerjapkan kelopak matanya, tidak berani bertanya lagi jika suasana hati Raffa sedang buruk seperti saat ini.
Wanita dengan kulit kuning langsat itu sudah bekerja untuk Raffa selama dua tahun dan baru kali ini melihat wajah tampan bosnya itu benar-benar sangat tidak bersahabat. Terlihat ada emosi yang di pendam. Pun tadi Dewa menyampaikan pesan seolah pria itu mempersiapkan diri untuk di amuk oleh bos mereka ini.
Ada apa sebenarnya dengan Frans?
Elmyra tidak akan bertanya, tetapi dia akan mencari tahu dan waspada jika di masa depan pria itu mencari bosnya kembali.