Tawaran Kerjasama

1085 Kata
Mobil yang membawa Raffa dan Elmyra tiba di perusahaan. Para pengawalnya bergegas turun dari mobil mereka, membukakan pintu untuk bos mereka. Sedangkan Elmyra dibiarkan turun sendiri yang langsung berjalan cepat mengikuti satu langkah berada di belakang Raffa. Raffa memasuki ruangan lobi perusahaannya dengan tatapan dingin, belasan anak buah Frans berpakaian hitam dengan wajah sangar terlihat memenuhi lobi dan duduk seenaknya pada sofa depan resepsionis. Sangat mengintimidasi, namun bagi Raffa norak, menjijikkan! “Siapa mereka?” tanya Raffa berpura-pura tidak tahu ke resepsionis perusahaannya yang langsung terlihat ceria menyambut kedatangannya. “Selamat datang kembali, Bos,” ucap sang gadis resepsionis menyambut kedatangan Raffa. “Mereka adalah anak buah Tuan Frans Shaka …." Belum sempat perkataan sang resepsionis selesai, Raffa sudah memotongnya tajam, “Kau mengijinkan Frans Shaka naik ke ruanganku?!” tanyanya tegas. Udara yang sebelumnya dirasakan oleh resepsionis sudah mulai menghangat karena kehadiran Raffa di perusahaan, kembali menurun drastis. Sangat dingin seolah menusuk relung hati terdalam. “Ma-maafkan kami, Bos.” Gadis resepsionis yang memiliki nama Ima di sematan nama pada dadanya itu buru-buru menundukkan kepalanya meminta maaf pada Raffa. Rekan Ima yang berjumlah dua orang, tidak ada yang berani bicara, apalagi mengangkat wajah untuk menatap Bos besar mereka yang terkenal sangat tegas juga berpenampilan dingin serta ketus. Meskipun ketampanannya juga di atas rata-rata. Mereka semua hanya bisa memperhatikan dan mengagumi Raffa dari jauh. Tetapi jika sudah mendekat, tidak ada seorangpun yang bisa terang-terangan mengangkat kepala dengan tatapan memuja. “Usir mereka semua keluar! Bersihkan semua area lobi ini dan berikan pewangi menyenangkan untuk udara yang sudah terlanjur tercemar karena kelalaian kalian!” titah Raffa sembari memberikan tatapan tajam menggunakan sudut mata ke arah para anak buah Frans. “Ta-tapi …, Bos?” Lidah resepsionis terasa kelu. Belasan anak buah Frans Shaka yang memiliki tubuh besar, penampilan kasar dan sangat sangar menyimak perkataan Raffa yang yang diucapkan dengan nada besar sebelumnya. Namun, tidak ada satupun yang bergerak mematuhi perkataan Raffa. “Rendy ….” Raffa memanggil kepala pengawalnya yang sebelumnya menjadi sopir mobilnya kembali ke perusahaan. “Tembak kepala mereka semuanya jika dalam waktu lima menit tidak ada yang keluar dari perusahaanku!” titah Raffa pada Rendy begitu kepala pengawalnya itu berada di sebelahnya. “Anda akan menyesali perkataan Anda ini, Tuan Raffa,” ucap salah satu dari anak buah Frans. “Menyesal?!” dengkus Raffa berdiri menghadap anak buah Frans yang berkata padanya. “Kalian datang ke perusahaanku tanpa janji dan mengotori serta mengintimidasi semua karyawanku di sini, sekarang kau bilang aku akan menyesal dengan mengusir kalian keluar?” tatapan mata Raffa berkilat kejam memindai pria bertubuh besar anak buah Frans yang terlihat sedikit menggigil dengan aura gelap Raffa. “Bawa semua rekanmu keluar atau kau yang akan menyesal!” tegas Raffa dengan tatapan sangat mengintimidasi sang pria di depannya yang akhirnya menoleh memberi kode pada rekannya untuk menunggu di luar perusahaan Raffa. Frans Shaka sudah kejam tanpa hati nurani. Tetapi aura Raffa jauh lebih kental kekejamannya seolah mampu dan tidak akan segan mematahkan batang leher siapapun orang yang menentangnya. Lift khusus yang membawa Raffa dan Elmyra naik, tiba di lantai ruangannya. Benar saja dugaan Raffa, Frans benar-benar melakukan sesuatu dengan berlebihan dan sangat norak! Dari depan lift dan di sepanjang koridor menuju ruang kerja Raffa, terdapat banyak pria-pria anak buah Frans berpakaian hitam. Mereka anak buah Frans seakan membaur dengan para karyawan perusahaan Raffa tetapi terlihat jelas jika anak buah Frans sangat mengganggu karyawan perusahaan Raffa. “Suruh Dewa mengirimkan anak buahnya ke sini secepatnya!” bisik Raffa pada Elmyra yang langsung mengangguk dan memasuki ruangan kerjanya di depan ruangan Raffa yang kini berdiri dua orang pria pada depan pintunya, bukan anak buah Dewa. Dewa‐tangan kanan Raffa dalam menghadapi musuh-musuhnya yang menggunakan cara licik seperti Frans juga dia adalah ketua dari orang-orang yang bertugas mengurus langsung masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan jalur hukum, sampai saat ini baru pria itu yang mampu mendapat kepercayaan penuh dari Raffa. Elmyra masuk ke dalam ruangannya, meraba sisi pahanya yang terselip pistol otomatis, juga meraba bagian bawah laci meja kerjanya, masih terdapat jarum-jarum berbahaya yang bisa membunuh siapapun jika wanita muda berwajah dingin itu melemparkannya. “Aku menyukai ruang kerjamu," ucap seorang pria dengan bekas luka di pelipis kiri berkata pada Raffa begitu pria itu memasuki ruangannya. Raffa menatap Frans tajam. Tak seperti perkataan pria itu, dia justru tidak menyukai sama sekali apa yang dilakukan pria itu di dalam teritorialnya. Namun, setelah beberapa saat dengan pandangan dingin Raffa menyeringai kecil. “Kau menyukai ruangan ini?” dengkus Raffa sinis. "Sayangnya, kau sama sekali tidak cocok berada di sini.” Karena ruangan ini di desain khusus sesuai dengan selera Raffa. Frans tertawa kecil menanggapi perkataan Raffa. Dia berjalan dari depan jendela menuju sofa tempat Raffa baru saja menghenyakkan tubuh atletisnya dan duduk tepat di depan pria itu. “Harusnya aku ubah juga ruang kerjaku menjadi seperti milikmu,” cetus Frans santai memindai setiap sudut ruangan Raffa yang terlihat sangat berkelas dan maskulin dengan nuansa coklat gelap bergradasi putih terang menyala. “Seleramu masih belum berubah, hah? Menyukai apa yang menjadi milikku!" Seringai Raffa menyandarkan punggung ke sandaran sofa dan membuka kancing jas yang dia pakai. Benar-benar terlihat sangat tampan dan maskulin, namun berwajah dingin juga tegas. Raffa memiliki tulang hidung yang tinggi, alis lebat dengan fitur wajah sudah keturunan dari Ayahnya yang tegas dan Ibu cantik jelita, tulang rahang kokoh dan tubuhnya tinggi seperti model-model pria pujaan para wanita yang bertubuh tinggi atletis. Penampilan yang selalu membuat seorang Frans Shaka merasa iri. “Daripada kau membuang waktu untuk memikirkan hal tidak penting seperti mengubah desain ruang kerjamu seperti milikku, lebih baik kau segera menyingkirkan anak buahmu di lantai ini bergabung dengan yang lainya di luar perusahaan,” lanjut Raffa tanpa tedeng aling-aling pada Frans yang langsung berjengit sejenak mendengar perkataannya. “Anak buahmu sudah mengintimidasi karyawanku yang sedang serius bekerja. Sebaiknya kau singkirkan sebelum aku mengusir mereka dengan cara kasar.” “Aku ingin tahu sejauh apa kau akan bertindak.” Frans berkata santai, turut menyandarkan punggung ke sandaran sofa seperti Raffa dan memberikan senyum manis yang terlihat seperti seringai di wajahnya. “Ada perlu apa kau datang ke sini?” Raffa memandang Frans dengan dingin dan angkuh, tetapi juga terlihat sangat tenang tak tersentuh. Raffa paling tidak suka jika ada orang lain masuk ke tempatnya tanpa izin. Frans menghela napas sejenak, lalu memajukan tubuh bagian atasnya ke arah Raffa. “Aku datang bukan untuk mengibarkan bendera perang. Aku ingin berbisnis denganmu.” Raffa mengerutkan kening. Bisnis? Memangnya bisnis apa yang ingin dilakukan rubah licik itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN